Kejahatan Saudi Serang Penjara Saada; Tujuan, Reaksi dan Dampaknya
Jet-jet tempur Arab Saudi menyerang pusat penahanan di Provinsi Saada, utara Yaman dan sedikitnya menewaskan 77 orang serta menciderai 230 orang lainnya.
Awal tahun 2022 disertai dengan eskalasi konfrontasi antara Yaman dan Arab Saudi serta Uni Emirat Arab (UEA). UEA mengirim sebuah kapal berisi senjata dan amunisi ke Yaman dan kapal tersebut dihentikan oleh pasukan angkatan laut pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman. Langkah Yaman ini sebuah kekalahan penting bagi Koalisi Saudi di perang ini.
Yaman sebelumnya beberapa kali memperingatkan UEA terkait partisipasi di perang ini dan setelah Abu Dhabi mengirim kapal berisi senjata, Yaman juga melancarkan operasi badai terhadap UEA, dan menyerang zona industri dan bandara Abu Dhabi dengan drone dan rudal. Serangan tersebut menewaskan dan menciderai sejumlah orang.
Di konfrontasi ketiga, Saudi 21 Januari dini hari menyerang pusat penahanan di Provinsi Saada yang merupakan sebuah kejahatan nyata. Di serangan tersebut, jet-jet Arab Saudi sedikitnya menewaskan 77 orang dan menciderai 230 lainnya yang hampir seluruh korban adalah warga sipil.
Arab Saudi melalui serangannya ini mengejar dua tujuan:
Pertama, Arab Saudi berusaha membalas dendam atas operasi badai Yaman terhadap Abu Dhabi melalui serangannya tersebut. Faktanya, upaya Riyadh dalam bentuk serangan ini menunjukkan masih ada kesepahaman dan kerja sama antara Arab Saudi dan UEA di perang melawan Yaman, dan malah UEA sepertinya meningkatkan kerja samanya di perang ini.
Kedua, Arab Saudi melalui serangannya ini berniat memberi peringatan dan menciptakan ketakutan di hati bangsa Yaman, dan berusaha mengirim pesan bahwa berlanjutnya serangan Yaman terhadap Saudi atau Emirat akan menuai respon keras dari mereka. Sekaitan dengan ini, Mohammad al-Bukhaiti, anggota Biro Politik Gerakan Ansarullah Yaman menekankan bahwa tujuan koalisi agresor Saudi-Emirat dari kejahatan beberapa hari terakhirnya adalah untuk menciptakan ketakutan terhadap warga Yaman.
Isu lain terkait serangan Saudi ke Saada dan daerah Yaman lainnya adalah sikap pasif berbagai lembaga, organisasi internasional dan kekuatan Barat. Sementara serangan Yaman hari Senin lalu ke Abu Dhabi mendapat respon kuat dari Dewan Keamanan dan berbagai kekuatan Barat, dan mereka mengecam Ansarullah. Adapun serangan Arab Saudi terhadap warga sipil tidak mendapat respon serius.
Menteri Luar Negeri Amerika, Antony Blinken di Tweetnya tanpa mengisyaratkan serangan koalisi Saudi menulis, "Eskalasi konfrontasi dan serangan di seluruh Yaman harus diakhiri. Kami meminta semua pihak berkomitmen terhadap sebuah solusi damai dan diplomatik untuk mengakhiri perseteruan. Rakyat Yaman layak untuk hidup dalam damai dan menentukan masa depan mereka."
Sementara itu, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres tanpa mengecam kejahatan Arab Saudi, mengingatkan seluruh pihak di perang Yaman bahwa hukum humaniter melarang menyerang warga dan infrastruktur sipil. Sekjen PBB juga menuntut penyidikan segera, efektif dan transparan terkait serangan ini dan jawabannya.
Tidak diragukan lagi, reaksi pasif dan bahkan mendukung seperti itu menandai berakhirnya tahun ketujuh perang koalisi Saudi melawan Yaman. Dalam keadaan seperti itu, Yaman melihat satu-satunya cara untuk menangani kejahatan ini adalah respon yang tegas. Mohammad al-Bukhaiti terkait hal ini seraya menjelaskan poin bahwa negara-negara ini seberapa besar melakukan kejahatan, bangsa Yaman tidak akan menyerah, menegaskan, "Penjahat yang melakukan kejahatan ini bakal menyesal."
Oleh karena itu, mengingat kegagalan kegagalan mekanisme diplomasi harus ditunggu eskalasi konfrontasi Yaman dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Sekaitan dengan ini, Jubir militer Yaman, Yahya Saree meminta perusahaan asing yang aktif di Uni Emirat Arab untuk meninggalkan negara tersebut sehingga serangan Yaman tidak akan membuat mereka mengalami kerugian finansial. (MF)