Menlu Iran Memperingatkan Penggagas Resolusi Anti-Iran di Dewan Gubernur IAEA
Pada pagi hari Senin (06/06/2022), menjelang pertemuan Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mentweet tentang percakapan teleponnya baru-baru ini dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, "Kami berkonsultasi tentang perundingan untuk mencabut sanksi dan bagaimana melanjutkannya."
Dalam percakapan telepon dengan Borrell, Amir-Abdollahian memperingatkan, "Setiap tindakan politik oleh Amerika Serikat dan tiga negara Eropa di IAEA tidak diragukan lagi akan menghadapi tanggapan yang proporsional, efektif dan segera dari Iran."
"Jika penggagas resolusi anti-Iran di Badan Energi Atom Internasional mengikuti metode ancaman, mereka bertanggung jawab atas semua konsekuensinya. Kami menyambut kesepakatan yang baik, kuat dan berkelanjutan. Kesepakatan tersedia jika Amerika Serikat dan tiga negara Eropa realistis," ungkap Menlu Iran.
Dewan Gubernur IAEA dijadwalkan bertemu pada hari Senin (6/6). Sidang IAEA ini diselenggarakan ketika Amerika Serikat dan troika Eropa yang terdiri dari Jerman, Prancis dan Inggris menyerahkan rancangan resolusi bersama mereka kepada Dewan Gubernur.
Dalam rancangan itu, mereka mengklaim bahwa ada masalah yang belum terselesaikan terkait dengan bahan uranium yang ditemukan di situs-situs yang tidak dideklarasikan menjadi perhatian besar.
Keempat negara juga mengklaim bahwa "karena kurangnya kerja sama dengan Iran", perselisihan dan masalah perlindungan tetap belum terselesaikan, dan meminta Iran untuk "segera menerima tawaran IAEA untuk keterlibatan yang lebih besar demi menyelesaikan semua masalah perlindungan yang tersisa".
Tampaknya dengan berlanjutnya pendekatan irasional Amerika Serikat dalam menerima proposal dan tuntutan logis dan legal dari Iran, terutama pencabutan sanksi sepihak dan penghapusan Korps Garda Revolusi Islam dari daftar organisasi teroris, pemerintahan Biden dalam tindakan tidak konstruktif dengan diikuti mitra-mitra Eropa bermaksud untuk menempatkan Iran di bawah tekanan politik yang intens.
Untuk itu, mereka dengan mengadopsi pendekatan tekanan yang komprehensif, dan khususnya mengancam untuk mengeluarkan resolusi di Dewan Gubernur dengan dalih kurangnya kerja sama Tehran dengan IAEA atas permintaan badan pengawas ini.
Pada pagi hari Senin (06/06/2022), menjelang pertemuan Dewan Gubernur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mentweet tentang percakapan teleponnya baru-baru ini dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, "Kami berkonsultasi tentang perundingan untuk mencabut sanksi dan bagaimana melanjutkannya."
Padahal di masa lalu, Iran telah menyelesaikan masalah "kemungkinan aksi nuklir militer" atau PMD dengan IAEA. Sekarang IAEA kembali mengangkat masalah ini dengan klaim rezim Zionis terkait sejumlah situs.
Demikian juga dengan melihat masa lalu dan cara Iran menghadapi kebijakan tekanan, terutama dari Amerika Serikat, yang diterapkan dengan penarikan pemerintah AS dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) pada masa kepresidenan Donald Trump dan dalam bentuk Kampanye tekanan maksimum.
Semua ini menunjukkan bahwa Tehran tidak menyerah pada pemerasan dan ancaman, melainkan menerapkan kebijakan perlawanan maksimum, demi meminimalkan dampak sanksi AS yang menindas dan ilegal.
Pada saat yang sama, pendekatan non-konstruktif Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional, yang praktis menyiapkan sarana bagi rancangan resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat dan mitra Eropanya dengan klaim yang tidak realistis, terutama klaim bahwa Iran tidak cukup bekerja sama dengan IAEA, tidak lepas dari pandangan Iran.
Rafael Grossi melakukan perjalanan ke Palestina Pendudukan menjelang pertemuan Dewan Gubernur IAEA dan bertemu dengan Perdana Menteri Zionis Israel Naftali Bennett pada hari Jumat (3/6).
Kunjungan Grossi, mengingat dekatnya waktu pertemuan Dewan Gubernur IAEA dan sikap sebelumnya, tidak meninggalkan sedikit keraguan atas keselarasannya dengan pejabat Tel Aviv dan koordinasi sikapnya pada pertemuan Dewan Gubernur sejalan dengan kebijakan permusuhan rezim Zionis terhadap Iran.
Hal ini menyebabkan Tehran memperingatkan sikap Direktur Jenderal IAEA.
Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian mengatakan dalam percakapan telepon dengan mitranya dari Singapura pada hari Kamis (2/6) bahwa selama kunjungan Grossi baru-baru ini ke Tehran, kami mencapai kesepakatan yang dapat diterima kedua pihak.
"Kami menilai intervensi politik dalam hal teknis IAEA sama sekali tidak konstruktif, kata Amir-Abdollahian.
Pada saat yang sama, peringatan serius Menteri Luar Negeri Iran kepada Washington dan mitra Eropanya tentang adopsi resolusi apapun terhadap Iran pada pertemuan Dewan Gubernur IAEA menunjukkan bahwa meskipun sikap dan tindakan berdasarkan itikad Iran yang berlandaskan niat baik telah diungkapkan dan diterapkan berkali-kali.
Namun Tehran tidak dapat menerima dengan cara apa pun kelanjutan pendekatan non-konstruktif, politisasi Barat dan pemerasan yang dipimpin AS. Iran akan mengambil sikap dan tindakan timbal balik serta proporsional untuk melawan tindakan non-konstruktif dari Amerika Serikat dan troika Eropa.(sl)