Kekuatan Poros Perlawanan Meningkat Signifikan dalam 3 Tahun Terakhir
Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), menegaskan bahwa kekuatan Perlawanan meningkat ribuan kali lipat 3 tahun pasca teror Jenderal Syahid Soleimani.
Hajizadeh menyatakan dalam sebuah wawancara pada hari Selasa (03/01/2023) bahwa bendera balas dendam terhadap para pembunuh para komandan akan tetap dikibarkan sampai penghancuran kebatilan dan pengusiran pasukan AS dari kawasan.
Penekanan Jenderal Hajizadeh pada peningkatan yang signifikan dalam kekuatan Perlawanan di kawasan setelah kesyahidan Jenderal Soleimani disampaikan mengingat konspirasi jahat Amerika Serikat dan rezim Zionis untuk melenyapkan Jenderal Syahid Soleimani dengan membayangkan dapat memberikan pukulan ke Poros Perlawanan di Asia Barat.
Letnan Jenderal Qasem Soleimani, mantan Komandan Pasukan Quds IRGC bersama dengan Abu Mahdi Al-Muhandis, Wakil Ketua Al-Hashd Al-Shaabi dan 8 rekannya pada Jumat (03/01/2020) dini hari, gugur syahid diteror oleh rudal yang ditembakkan drone AS di dekat bandara Baghdad oleh Gedung Putih dan atas perintah Donald Trump, Presiden AS saat itu.
Padahal, Trump dan tim keamanan nasionalnya, yang memiliki hubungan paling dekat dengan Tel Aviv dan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis saat itu, membayangkan dengan meneror Jenderal Soleimani sebagai komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam, dapat menantang kekuatan regional Republik Islam Iran dan pada saat yang sama akan memberikan pukulan fatal bagi Perlawanan di kawasan.
Meski kehilangan Jenderal Soleimani merupakan kerugian besar bagi Iran dan Poros Perlawanan, tetapi melihat perkembangan tiga tahun terakhir pasca syahidnya Jenderal Soleimani menunjukkan bahwa Iran telah mampu menjalin hubungan yang kuat dengan gerakan Perlawanan di kawasan. Mulai dari Al-Hashd Al-Shaabi di Irak hingga Gerakan Ansarullah di Yaman dan Gerakan Hizbullah di Lebanon serta gerakan dan kelompok Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam, sembari menetralisir rencana Washington dan Tel Aviv di wilayah tersebut, juga memberikan pukulan telak bagi poros Barat-Arab-Zionis, khususnya di Yaman.
Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC)), menegaskan bahwa kekuatan Perlawanan meningkat ribuan kali lipat 3 tahun pasca teror Jenderal Syahid Soleimani.
Dalam konteks ini, Brigjen Hajizadeh mengatakan, "Gerakan Ansarullah di bawah komando Sayid Abdul Malik al-Houthi telah menjadi kekuatan yang kuat dan lengan para pejuang Yaman."
Komandan Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Islam menambahkan, "Ansarullah telah menjadi bangga dengan melawan kekuatan besar dan telah membuktikan kekuatannya di medan aksi."
Sejak Maret 2015, Arab Saudi, dalam bentuk koalisi beberapa negara Arab, termasuk UEA, dan dengan bantuan dan lampu hijau Amerika Serikat serta dukungan rezim Zionis, melancarkan serangan ekstensif terhadap Yaman, negara Arab termiskin.
Setelah 7 tahun menginvasi Yaman dan membunuh ribuan orang serta menghancurkan infrastruktur negara ini, negara-negara tersebut bukan hanya tidak mencapai tujuan mereka, tetapi mereka juga dipaksa untuk menerima gencatan senjata menyusul serangan rudal dan pesawat tak berawak dari angkatan bersenjata Yaman jauh ke dalam wilayah mereka.
Dalam kasus Suriah dan Irak, di akhir hidup Jenderal Syahid Soleimani, pasukan Suriah dan Irak, termasuk Al-Hashd Al-Shaabi, dengan bantuan penasihat Iran, mampu memberikan pukulan hebat pada kelompok teroris Takfiri, terutama Daesh (ISIS), dan menghancurkan kekhalifahan Daesh yang diproklamirkan sendiri di kedua negara ini
Mengenai Palestina, kelompok jihadi seperti Hamas dan Jihad Islam telah meningkatkan militer dan persenjataan mereka dari hari ke hari dan selama perang baru-baru ini di Jalur Gaza, mereka telah memberikan pukulan berat kepada rezim Zionis, sehingga setiap kali perang Zionis menuntut dilakukannya gencatan senjata. Ini menunjukkan kekuatan dan dampak serangan Perlawanan terhadap rezim palsu ini.
Selain itu, Gerakan Hizbullah Lebanon yang kini telah menjadi aktor kuat dan berpengaruh di tingkat Lebanon dan kawasan, berperan sebagai pencegah petualangan rezim Zionis di kawasan, khususnya terhadap Lebanon, karena kemampuan militer dan persenjataannya.(sl)