Menelisik Pesan dan Konsekuensi Keanggotaan Iran di BRICS
(last modified Sat, 26 Aug 2023 04:12:36 GMT )
Aug 26, 2023 11:12 Asia/Jakarta

Republik Islam Iran resmi menjadi anggota BRICS setelah Shanghai.

Sejarah BRICS dimulai pada tahun 2001. Empat kekuatan ekonomi baru di dunia termasuk Brasil, Rusia, Cina dan India mengusulkan pembentukan kelompok BRIC.

Terakhir, BRIC Group resmi berdiri pada tanggal 16 Juni 2009, dan dengan bergabungnya Afrika Selatan pada tanggal 21 September 2010, maka namanya diubah dari BRIC menjadi BRICS.

BRICS

KTT BRICS ke-15 diadakan dari Selasa hingga Kamis lalu di distrik keuangan Sandton, Johannesburg, Afrika Selatan.

Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran tiba di negara ini pada Kamis (24/08/2023) pagi atas undangan resmi dari Cyril Ramaphosa, Presiden Afrika Selatan untuk berpartisipasi dalam KTT BRICS.

Dalam pertemuan tersebut, dalam konferensi pers bersama dengan para pemimpin Rusia, Cina, Brasil dan India, Presiden Afrika Selatan mengumumkan persetujuan kelompok BRICS akan keanggotaan resmi Iran, Argentina, Arab Saudi, Mesir, UEA dan Ethiopia dalam kelompok ini.

Bergabungnya Iran dengan kelompok BRICS dapat disebut sebagai pencapaian terpenting ketiga pemerintah Raisi dalam kebijakan luar negeri.

Bergabung dengan Organisasi Kerja Sama Shanghai dan memulihkan hubungan dengan Arab Saudi adalah dua prestasi lain pemerintah Iran di bidang kebijakan luar negeri.

BRICS adalah aliansi lintas benua, dan negara-negara dari benua Asia, Afrika, dan Eropa, yang masing-masing merupakan kekuatan ekonomi global yang sedang berkembang, serta dua anggotanya, Rusia dan Cina adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan mempunyai hak veto sehingga menambah status kelompok ini.

Republik Islam Iran resmi menjadi anggota BRICS setelah Shanghai.

Pesan penting dari bergabungnya Iran dengan Shanghai dan BRICS adalah bahwa kebijakan mengisolasi Iran dalam sistem dunia bukan hanya gagal, tetapi justru penguatan hubungan dengan Iran disambut baik, terutama oleh negara-negara besar dan sedang berkembang.

Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menyatakan bahwa bergabungnya Iran dengan BRICS adalah tanda kebatilan sanksi dan isolasi terhadap Iran serta peluang untuk memperluas hubungan politik dan pertukaran perdagangan.

Amir-Abdollahian juga menulis, Negara-negara BRICS dengan populasi lebih dari 3 miliar orang, yang merupakan 40% populasi dunia, dan memiliki luas setara dengan sepertiga bumi, memiliki kapasitas penting untuk kerja sama bilateral dengan Republik Islam Iran, dan sebaliknya, kapasitas berharga negara kita, termasuk posisi geopolitik dan geostrategis, sumber daya energi yang kaya, tenaga ahli dan efisien, kemajuan signifikan di berbagai bidang dan stabilitas politik menjadi perhatian para anggota BRICS.

Konsekuensi penting dari keanggotaan resmi Iran di BRICS adalah netralisasi sanksi Amerika dan Eropa menjadi lebih mungkin dilakukan dibandingkan masa lalu.

Kazem Jalali, Duta Besar Iran di Rusia, menulis di laman pribadinya tentang keanggotaan Iran dalam kelompok BRICS, Penerimaan keanggotaan dalam BRICS dicapai melalui interaksi yang erat dan membangun kepercayaan dengan anggota utama dan pendirinya, yang membuka peluang baru dalam dinamika kebijakan luar negeri Iran di jalur pembangunan dan melawan tekanan dan sanksi Barat.

Salah satu tujuan BRICS adalah memisahkan dolar sebagai mata uang standar perdagangan internasional.

New Development Bank BRICS

Republik Islam Iran, yang bertujuan untuk menetralisir sanksi AS, berencana melakukan perdagangan dengan mata uang nasional atau mata uang lain selain dolar, dapat memperoleh manfaat dari kebijakan BRICS ini.

Mengingat sebagian besar perdagangan energi dunia dilakukan dalam dolar, pengembangan BRICS akan memperkuat kemampuannya untuk mempromosikan perdagangan dalam mata uang alternatif.(sl)