Okt 28, 2023 11:40 Asia/Jakarta

Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, dalam kelanjutan diplomasi aktif dan dinamis mengenai Jalur Gaza, melakukan perjalanan ke New York untuk berpartisipasi dalam sidang luar biasa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam pidatonya, Amir-Abdollahian mengutuk kejahatan yang dilakukan Tel Aviv dan juga menekankan perlunya tindakan serius untuk menghentikan perang terhadap Gaza.

Hossein Amir-Abdollahian adalah salah satu pejabat asing paling aktif yang berusaha menghentikan perang terhadap Gaza.

Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian dan Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah

Setelah dimulainya serangan rezim Zionis terhadap Gaza, Amir-Abdollahian melakukan perjalanan ke empat negara; Irak, Lebanon, Suriah dan Qatar. Menlu Iran berkonsultasi dengan pihak berwenang di negara-negara tersebut tentang perlunya menghentikan perang terhadap Gaza.

Menteri Luar Negeri Iran juga menghadiri pertemuan khusus Organisasi Kerja Sama Islam di Jeddah, dan selain berbicara dalam pertemuan itu, Amir-Abdollahian juga berkonsultasi dengan menteri luar negeri beberapa negara.

Pekan ini, Hossein Amir-Abdollahian juga menjamu Menteri Luar Negeri Afrika Selatan dan Niger, serta empat menteri luar negeri Kaukasus dan Rusia.

Amir-Abdollahian juga bertemu dan berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari Kamis (26/10/2023) di New York.

Amir-Abdollahian yang melakukan perjalanan ke New York atas undangan Menteri Luar Negeri Brasil sebagai ketua periodik Dewan Keamanan, mengikuti sidang luar biasa Majelis Umum PBB tentang masalah Palestina.

Amir-Abdollahian menekankan dalam sidang Majelis Umum PBB, Kenyataannya adalah bahwa pendudukan dengan kekerasan telah berubah menjadi apartheid yang brutal dan mendalam. Kombinasi mengerikan antara ‘pendudukan kronis’ dan ‘apartheid yang mendalam’ inilah yang memberikan mentalitas pada rezim pendudukan izin untuk melakukan pembantaian, dan pembunuhan massal terhadap orang-orang yang berada di bawah pendudukan. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya untuk mempertimbangkan wajah sebenarnya dari rezim ini dan mengakuinya apa adanya, seperti yang dilakukan Majelis Umum pada tahun 1975 melalui Resolusi bernomor 3.379 dengan mengakui ‘Zionisme sebagai rasisme’.

Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, dalam kelanjutan diplomasi aktif dan dinamis mengenai Jalur Gaza, melakukan perjalanan ke New York untuk berpartisipasi dalam sidang luar biasa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Republik Islam Iran selalu menjadi pionir dalam pembelaan terhadap Palestina dan menganggap isu Palestina sebagai isu Islam.

Upaya diplomasi Amir-Abdollahian ditujukan untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis, tetapi sayangnya beberapa negara di kawasan belum melakukan upaya apapun untuk menghentikan kejahatan Zionis dengan menunjukkan sikap pasif dan diam.

Saat ini, di satu sisi, Gaza membutuhkan dukungan negara-negara Islam untuk menghentikan kekejaman dan kejahatan rezim pendudukan Al-Quds, dan di sisi lain, negara-negara Islam setidaknya harus mampu mempertahankan identitas agamanya.

Tidak diragukan lagi, salah satu alasan utama keberanian rezim Zionis untuk terus membunuh dan membantai rakyat Gaza adalah sikap negara-negara Islam. Ketakutan rezim Zionis terhadap reaksi kelompok perlawanan menjadi faktor penting yang menyebabkan rezim ini menahan diri untuk tidak memulai perang darat melawan Gaza.

Tidak diragukan lagi, jika semua negara Islam seperti Republik Islam Iran berusaha menghentikan kejahatan rezim Zionis dan memberikan tekanan pada rezim penjajah ini, maka Tel Aviv tidak akan bisa membantai rakyat Gaza.

Anak-anak korban kejahatan perang Zionis Israel

Masalah penting lainnya adalah, diplomasi Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran yang aktif dan dinamis untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis terhadap Gaza menetralisir klaim dan upaya yang mencoba memperkenalkan Iran di balik layar tindakan Hamas terhadap rezim Zionis.(sl)

Tags