Iran Aktualita, 14 November 2020
Substansi Amerika Serikat sejak dahulu sampai sekarang tidak pernah berubah, dan saat ini indikasi-indikasi dari perilaku, serta sifat buruk yang tersembunyi di balik demokrasi liberal Amerika tampak jelas dalam pemilu presiden negara ini.
Akun Twitter berbahasa Inggris, Pusat Informasi Kantor Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar minggu lalu merespon kekalahan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika dan menulis, Situasi di Amerika Serikat, dan apa yang mereka katakan terkait pemilu adalah sebuah pertunjukan. ini adalah contoh citra buruk demokrasi liberal di Amerika, terlepas dari hasil pilpres, ada sesuatu yang sangat jelas, dan itu adalah runtuhnya secara pasti politik, sosial, dan moral rezim Amerika.
Rahbar minggu lalu dalam pidatonya yang disiarkan langsung lewat televisi dalam memperingati maulid Nabi Muhammad Saw, dan Imam Jafar Shadiq as menyinggung sikap kontroversial, perilaku buruk dan skandal dalam pemilu Amerika.
Menurutnya, kondisi ini adalah contoh dari wajah buruk demokrasi liberal Amerika. Rahbar menjelaskan, terlepas dari siapa yang akan memimpin di Amerika, situasi saat ini menunjukkan keruntuhan akut sosial, politik, dan moral di Amerika, dan ini adalah masalah yang diakui oleh para intelektual, dan pemikir di Amerika.
Ayatullah Khamenei kemudian menyatakan bahwa sistem poitik semacam ini akan binasa, dan hancur, dan menegaskan, jika sebagian berkuasa, kehancuran ini akan terjadi lebih cepat, dan jika beberapa yang lain memimpin, mungkin saja sedikit terlambat, tapi nasib sudah ditetapkan, akan binasa.
Pilpres terbaru di Amerika menunjukan klaim kebesaran demokrasi palsu, dan lemahnya struktur pemerintahan di negara itu, dan klaim kebesaran demokrasi itu runtuh.
Deputi Menteri Luar Negeri Iran urusan politik, Sayid Abbas Araqchi minggu lalu juga mengatakan bertahannya Donald Trump atau naiknya Joe Biden di Amerika, tidak berpengaruh pada kebijakan Iran, menurutnya Iran bertindak, dan mengambil keputusan berdasarkan kepentingannya.
Amerika telah melakukan banyak kejahatan di dunia dengan melanggar hak asasi manusia, dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Duta Besar Iran di Kantor PBB dan Organisasi Internasional di Jenewa, Esmail Baghaei Hamane minggu lalu dalam sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang membahas kondisi HAM di Amerika, menuntut diakhirinya rasisme luas, dan sistematik terhadap warga kulit berwarna terutama kulit hitam di Amerika, penghentian pembunuhan di berbagai belahan dunia terutama oleh drone, dan hukuman atas para pelaku teror Letjend Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Qods, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC.
Atase HAM perwakilan Iran di Jenewa, Sayid Mohammad Sadaatinejad dalam sidang yang membahas kondisi HAM global di PBB terkait kondisi HAM Amerika, kepada delegasi Amerika dalam sidang itu mengatakan, para pembunuh Syahid Qassem Soleimani harus kalian adili, dan pelanggaran HAM akut oleh Amerika harus dihentikan.
Rakyat Iran yang melawan kebijakan tekanan maksimum Presiden Amerika, mengalami penderitaan besar akibat beratnya kebutuhan hidup sehari-hari yang sulit dipenuhi akibat sanksi, para pasien tidak bisa mendapatkan obat, dan mereka tidak akan pernah melupakan teror terhadap Syahid Qassem Soleimani.
Lawatan Menteri Luar Negeri Iran ke Pakistan minggu lalu dilakukan untuk memperluas hubungan bilateral, dan untuk melakukan konsultasi politik pada situasi sensitif kawasan saat ini.
Menlu Iran di Islamabad membicarakan hubungan bilateral, dan regional dengan Menlu Pakistan Shah Mehmood Qureshi, Komandan Militer Pakistan, Jenderal Bajwa, dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Di antara tema yang dibicarakan Menlu Iran dalam pertemuan dengan Menlu Pakistan adaah perkembangan kawasan, masalah dunia Islam, perang melawan Islamfobia, kerja sama regional khususnya memperkuat organisasi ECO, Economic Cooperation Organization, perang bersama melawan terorisme, dan imigran gelap, serta mempermudah kunjungan ziarah dan membentuk komisi ekonomi bersama dalam waktu dekat.
Dalam pertemuan dengan Menlu Pakistan, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif mengingatkan keputusan Iran untuk memperluas pintu-pintu perbatasan dengan Pakistan, dan mengabarkan keputusan Tehran untuk membuka pasar-pasar baru di perbatasan dengan maksud untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dua negara, dan mengumumkan kesiapan Iran untuk menyepakati metode-metode baru dalam transaksi perdagangan dengan Pakistan.
Menlu Iran dalam pertemuan dengan Komandan Militer Pakistan, Jenderal Qamar Javed Bajwa membicarakan soal terorisme, upaya memperkuat kerja sama perbatasan, dan perkembangan keamanan terbaru di kawasan terutama kondisi Afghanistan.
Pemerintah Iran selama ini selalu menekankan bahwa poros upaya Iran di Afghanistan adalah menciptakan stabilitas, keamanan oleh pemerintah Afghanistan di dalam negeri, dan Iran tidak pernah berhenti membantu upaya ini.
Dalam kerangka ini, Wakil khusus Menlu Iran urusan Afghanistan, Mohammad Ebrahim Taherian Fard, minggu lalu dalam pertemuan dengan Wakil khusus Sekjen PBB urusan Afghanistan, Deborah Lyons di Tehran, menyinggung bahwa perdamaian, dan keamanan Afghanistan adalah perdamaian dan keamanan Iran sendiri. Ia mengatakan, Iran mendukung proses perdamaian di Afghanistan dengan kepemilikan, dan poros rakyat Afghanistan.
Deputi Menlu Iran, Sayid Abbas Araqchi menilai tantangan yang dihadapi Afghanistan sekarang, dan masalah-masalah yang tercipta bagi rakyat negara ini adalah buah dari strategi keliru, dan kebijakan sepihak pemerintah Amerika terkait proses perdamaian di negara ini.
Araqchi menekankan urgensi menjaga kemajuan rakyat Afghanistan yang dicapai dalam dua dekade terakhir khususnya undang-undang dasar, dan struktur demokrasi negara ini, dan pentingnya memperhatikan hak minoritas agama maupun etnis, serta hak perempuan dalam perundingan damai.
Dukungan Iran atas perundingan damai di Afghanistan, dilakukan di tengah upaya negara ini menjalankan proyek-proyek penting infrastruktur, jalan penghubung, dan akses perdagangan dengan Afghanistan. Untuk membantu ekonomi, dan kehidupan sehari-hari warga Afghanistan, Iran memberikan kemudahan termasuk akses ke perairan internasional, dan India melalui pelabuhan strategis Chabahar.
Pembangunan rel kereta api Khaf-Herat, dan akses mudah ke jalur transit Iran, merupakan sebagian langkah yang dilakukan Tehran untuk memperluas hubungan ekonomi, dan perdagangan dengan Afghanistan.
Menteri Jalan dan Pembangunan Kota Iran, Mohammad Eslami terkait rel kereta api Khaf-Herat yang rencananya akan dibuka beberapa hari ke depan mengatakan, proyek ini memainkan peran penting dalam meningkatkan transaksi internasional, dan transit nasional, serta memperluas kerja sama ekonomi pemerintah Iran dan Afghanistan.
Eslami memprediksikan, dengan tersambungnya rel kereta api Khaf-Herat dan Mazar Sharif, Afghanistan, setiap tahun 3 juta ton ekspor akan tercipta.
Dengan memanfaatkan proyek yang dilakukan atas investasi dan dukungan Iran ini, akan terbuka peluang pengangkutan barang, dan orang dari serta ke Afghanistan, dan ke tujuan-tujuan lain baik negara tetangga, Eropa, maupun Samudra Hindia, maka dari itu sebuah jalur baru transit dari barat Afghanistan, melalui rel kereta api akan tersambung ke pelabuhan-pelabuhan selatan Iran.
Menlu Iran sebelum bertolak ke Pakistan juga berkunjung ke tiga negara Amerika latin yaitu Venezuela, Kuba, dan Bolivia. Kerja sama negara-negara Amerika latin di bidang ekonomi, politik, dan budaya dengan Iran cukup signifikan.
Menlu Iran dalam pembicaraannya pada lawatan ke Amerika Latin, juga pidatonya di Institut Samuel Robinson, Venezuela menekankan urgensi peningkatan kerja sama Iran dan negara-negara Amerika Latin untuk melindungi kepentingan bangsa-bangsa. Menlu Iran di Bolivia menghadiri acara pelantikan presiden baru negara itu, Luis Arce. (HS)