Sep 17, 2021 13:02 Asia/Jakarta
  • Mansour Hadi, MBS dan Mohammad bin Zayed Al Nahyan
    Mansour Hadi, MBS dan Mohammad bin Zayed Al Nahyan

Ketua Dewan Transisi Yaman Selatan (STC), Aidarus al-Zubaidi yang didukung Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan kondisi darurat di provinsi selatan Yaman. Kondisi darurat ini diumumkan menyusul kebangkitan rakyat di berbagai kota selatan Yaman.

Provinsi selatan Yaman selama satu bulan terakhir menyaksikan aksi demo besar-besaran warga. Provinsi Aden, Taiz, Hadhramaut, al-Mahrah dan Lahij dilanda demo anti-pemerintah. Penyebab utama demo ini adalah protes atas kondisi ekonomi dan sosial di berbagai provinsi selatan Yaman.

Dari sisi ekonomi, kondisi kehidupan yang tak menentu, anjloknya nilai mata uang nasional, kenaikan harga produk olahan minyak telah membangkitkan kemarahan warga. Sementara dari sisi sosial, mandeknya aktivitas pembangkit listrik dan maraknya kriminalitas memicu protes warga di selatan Yaman. Dengan demikian, warga Yaman menggelar protes atas kondisi kehidupan yang tak menentu dan dengan membakar ban dan plastik, mereka memblokade jalan-jalan berbagai provinsi selatan Yaman.

Parahnya kondisi kehidupan dan ekonomi warga di selatan Yaman memiliki berbagai faktor.

Faktor terpenting adalah keberadaan dua pemerintahan dan tidak adanya pemerintahanyang kuat di wilayah selatan Yaman. Saat ini, di Yaman selatan ada dua pemerintahan yang aktif secara bersamaan, pemerintah di bawah STC dan pemerintahan Abd Rabbuh Mansour Hadi. Meskipun Arab Saudi telah mencoba untuk menyatukan aktor-aktor ini di bawah nama Pemerintah Persatuan Nasional, namun dalam praktiknya tidak berhasil, dan ada dua pemerintah di Yaman selatan. Dalam keadaan seperti itu, perebutan kekuasaan semakin intensif dan perhatian pada situasi rakyat menjadi kurang menjadi prioritas bagi pemerintah.

Warga Yaman di wilayah selatan

Pemerintahan Mansour Hadi berafiliasi dengan Arab Saudi, sementara STC merapat ke Uni Emirat Arab (UEA) serta keduanya tidak terlalu memperhatikan kepentingan rakyat. Sekaitan dengan ini, pemerintahan Mansour Hadi di selatan Yaman memiliki aktivitas fisik yang sedikit dan anggota pemerintahannya kebanyakan berada di Riyadh. Oleh karena itu, Koran al-Quds al-Arabi menulis, demonstran Yaman meneriakkan slogan anti-pemerintahan Hadi dan STC serta menuntut mereka keluar dari Yaman.

Alasan lain adalah proliferasi aktor asing di Yaman selatan. Selain aktor Yaman, Arab Saudi, UEA, rezim Zionis, Inggris dan Amerika Serikat juga hadir di wilayah selatan Yaman, menempati wilayah strategis negara dan praktis mencegah rakyat menikmati manfaat ekonomi di titik strategis negara tersebut. Oleh karena itu, dalam demonstrasi rakyat, slogan-slogan diteriakkan melawan aktor-aktor asing ini, dan warga menyerukan penarikan koalisi Saudi dan pasukan asing dari selatan Yaman.

Isu lainnya adalah demonstrasi anti-pemerintah di selatan Yaman menunjukkan kekalahan koalisi Saudi di Yaman. Koalisi ini, yang gagal membawa Mansour Hadi kembali ke Sanaa, malah menyaksikan konsolidasi kekuasaan di Sanaa dengan pembentukan pemerintah penyelamatan nasional yang berpusat di Ansarullah, dan di sisi lain, menyaksikan kemarahan rakyat di Yaman selatan.

Seorang pengamat Yaman mengatakan, "Kemarahan rakyat yang intens adalah tanda kekalahan berat pasukan koalisi agresor dan sekutu mereka dalam mengambil kendali provinsi yang diduduki dan akhir dari tujuan jahat mereka untuk melemahkan negara dan rakyat Yaman." Aksi demo rakyat ini tampaknya membuat koalisi Saudi-Emirat mengalami kebuntuan dan berubah menjadi intifada besar.

Dengan demikian, Arab Saudi merilis instruksi untuk menumpas aksi protes warga di selatan Yaman. Sekaitan dengan ini, Gerakan Pemuda Revolusioner Aden menyebut Arab Saudi berada di balik aksi penumpasan demonstran dan menyatakan, Riyadh merilis instruksi penumpasan demonstran di berbagai provinsi selatan Yaman. (MF)

 

 

Tags