Mencermati Pertemuan Mahmoud Abbas dan Jake Sullivan
(last modified Fri, 24 Dec 2021 10:17:15 GMT )
Des 24, 2021 17:17 Asia/Jakarta

Ketua Otorita Palestina, Mahmoud Abbas Rabu (22/12/2021) bertemu dan berunding dengan Jake Sullivan, penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat di Ramallah.

Pertemuan Mahmoud Abbas dengan Sullivan dapat dicermati dari sejumlah dimensi.

Pertama, Sullivan bertemu dengan Abbas setelah terlebih dahulu bertemu dengan pajabat Israel. Sullivan hari Selasa (21/12/2021) berkunjung ke Palestina pendudukan dan bertemu dengan pejabat Israel termasuk Perdana Menteri Naftali Bennett. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Sullivan dari satu sisi mendengar pandangan pejabat Israel terkait konflik dengan Palestina dan dari sisi lain, sepertinya ia membawa pesan dari Zionis kepada pemimpin Otorita Ramallah.

Ketua Otorita Ramallah, Mahmoud Abbas

Kedua, pertemuan Sullivan dan Abbas dilakukan bertepatan dengan peringatan keempat keputusan Donald Trump, mantan presiden AS terkait Quds. Donald Trump pada 6 Desember 2017 mengumumkan pemindahan kedubes AS dari Tel Aviv ke Quds pendudukan dan melaksanakannya pada Mei 2018. Selain itu, mantan pemerintah AS ini juga memutus bantuan finansial kepada Otorita Ramallah, dan hubungan Palestina dengan Washington secara resmi terputus.

Sejak tahun 2016 dan selanjutnya, tidak ada perundingan yang digelar antara Palestina dan Amerika. Sekaitan dengan ini, pejabat Amerika dan Palestina pekan lalu, setelah lima tahun, melakukan perundingan sacara virtual dan kemudian merilis statemen bersama yang menekankan pentingnya memulihkan hubungan politik dan ekonomi antara pemerintah Amerika dan Otorita Ramallah. Oleh karena itu, pertemuan Sullivan dan Abbas berhubungan dengan pertemuaan pekan lalu antara pejabat AS dan Palestina.

Dimensi ketiga adalah Otorita Ramallah menghadapi banyak kendala ekonomi. Mahmoud Abbas selama pertemuan dengan Sullivan mengatakan, "Ekonomi Palestina mengalami resesi karena tekanan." Sepertinya Abbas di pertemuan dengan Sullivan menuntut dimulainya kembali bantuan Amerika kepada Palestina sehingga ia mampu menyelesaikan sebagian dari kesulitan finansial pemerintah yang dipimpinnya tersebut.

Keempat, pertemuan ini digelar di saat kerja sama dan dialog keamanan antara pejabat Israel dan Palestina dimulai tak lama setelah berkuasanya kabinet koalisi Naftali Bennett dan Yair Lapid di Israel. Meski demikian, kabinet Israel masih tetap melanjutkan proyek pembangunan pemukiman Zionis dan aksi-aksi sepihak di Quds timur serta kekerasan terhadap warga Palestina.

Sekaitan dengan ini, Mahmoud Abbas selama pertemuan dengan Sullivan menekankan bahwa rezim Zionis Israel harus mengakhiri pendudukan wilayah Palestina dan menghentikan perluasan pemukiman Zionis." Kepada Sullivan, Abbas juga menjelaskan bahwa Tel Aviv harus menghormati Masjid al-Aqsa dan mengakhir aksi pengusiran warga Palestina di Qods timur, karena langkah seperti ini bertentangan dengan hukum. Meski ada permintaan seperti ini dari Abbas, sepertinya kecil kemungkinan Sullivan menjamin tuntutan seperti ini, karena pemerintah Amerika saat ini tidak memiliki pengaruh besar terhadap kabinet dan pejabat Israel.

Jake Sullivan

Dimensi kelima adalah pertemuan ini digelar ketika friksi dan konfrontasi antara faksi muqawama Palestina dan rezim Zionis Israel terus meningkat. Oleh karena itu, ada kemungkinan Sullivan juga membawa pesan bagi faksi muqawama untuk menurunkan konflik dengan Israel, namun masalahnya adalah perlawanan bangsa Palestina adalah respon terhadap kejahatan Israel. Jika kejahatan seperti ini tidak menurun, maka tingkat konfrontasi juga tidak akan berkurang, dan bahkan berpotensi ke arah meletusnya perang baru. (MF)