Mengapa Dubes Arab Saudi Kembali ke Lebanon?
(last modified Mon, 11 Apr 2022 11:52:32 GMT )
Apr 11, 2022 18:52 Asia/Jakarta
  • Duta Besar Arab Saudi Walid al-Bukhari.
    Duta Besar Arab Saudi Walid al-Bukhari.

Setelah enam bulan berlalu dari penarikannya, Duta Besar Arab Saudi Walid al-Bukhari kembali ke Beirut, ibu kota Lebanon. Kebijakan ini menimbulkan tanda tanya publik. Mengapa Arab Saudi menempatkan kembali Dubesnya di Beirut?

Lebanon telah menyaksikan ketidakstabilan yang terus-menerus sejak November 2019. Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengundurkan diri pada November 2019.  Pemerintahan PM Hassan Diab juga hanya berlangsung selama tujuh bulan.

Periode kemajuan urusan PM Diab berlangsung 13 bulan, dan akhirnya pada September 2021, kabinet Lebanon baru dan sementara dibentuk dengan kepemimpinan Najib Mikati.

Ketika Lebanon diharapkan akan bergerak menuju stabilitas politik dan melewati periode ketidakstabilan, Arab Saudi tiba-tiba menciptakan krisis baru bagi Lebanon dengan intervensi terbuka dan tekanan habis-habisan dengan bantuan beberapa negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia.

Pada Oktober tahun lalu, beberapa minggu setelah pembentukan pemerintahan Najib Mikati, publikasi pernyataan Menteri Informasi Lebanon George Kordahi  tentang perang di Yaman memperburuk hubungan Lebanon dengan negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk Persia.

Satu bulan sebelum dicalonkan sebagai Menteri Informasi, Kordahi menyebut perang Yaman sebagai perang yang sia-sia, dan mengatakan bahwa Ansarulah berhak untuk membela diri. Pernyataan ini membuat marah Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya.

Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Kuwait menarik duta-duta besarnya dari Lebanon dan mengusir duta besar Lebanon dari negara mereka. Pendekatan ini menyebabkan babak baru perselisihan politik dan ketidakstabilan di Lebanon, yang akhirnya berakhir dengan pengunduran diri George Kordahi.

Setelah pengunduran diri Kordahi, Arab Saudi dan tiga negara Arab lainnya menolak untuk menempatkan kembali duta-duta besar mereka ke Lebanon. Mereka juga berusaha untuk melemahkan posisi Hizbullah di Lebanon, namun gagal.

Bendera Lebanon (kanan) dan Arab Saudi

Pada Januari lalu, dalam kunjungannya ke Lebanon, Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Ahmad Nasser al-Mohammad Al-Sabah mengusulkan rencana untuk memulihkan hubungan negara-negara Arab dengan Lebanon.

Rencana Kuwait ini termasuk membangun kepercayaan antara Lebanon dan empat negara Arab lainnya, yang akhirnya diterima oleh pemerintah Beirut. Sekitar tiga bulan setelah upaya tersebut, Dubes Arab Saudi Walid al-Bukhari kembali ke Beirut.

Kembalinya Dubes Arab Saudi ke Beirut adalah langkah pertama Riyadh untuk mengurangi ketegangan dalam kebijakan luar negerinya. Para penguasa Arab Saudi telah sampai pada kesimpulan bahwa kebijakan campur tangan dalam urusan internal negara-negara Arab lainnya tidak akan memiliki hasil yang konstruktif dan hanya akan memperburuk hubungan Arab Saudi dengan negara-negara tersebut.

Di sisi lain, ketegangan yang tinggi dalam kebijakan luar negeri akan memakan banyak biaya di dalam Arab Saudi. Dengan demikian, menyelesaikan ketegangan dengan Qatar, mengurangi ketegangan dengan Iran, dan mengurangi tingkat krisis di Yaman menjadi agenda Riyadh. Kembalinya Dubes Arab Saudi ke Beirut juga sejalan dengan kebijakan baru Riyadh.

Pada dasarnya, Arab Saudi tidak berniat melepaskan Lebanon, tetapi berusaha mempertahankan atau memperkuat pengaruhnya di negara ini. Penarikan Dubes dari Beirut tidak akan mencapai tujuan tersebut. Kehadiran Dubes Arab Saudi di Beirut dan kontaknya dengan para tokoh dan pejabat Lebanon dapat membuka jalan bagi perluasan hubungan antar kedua negara, serta mempertahankan pengaruh Arab Saudi di Lebanon.

Terkait hal ini, Walid al-Bukhari, dalam langkah pertamanya setelah kembali ke Beirut, menjalin kontak telepon dengan Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan mengundangnya untuk berbuka puasa.

Menurut sebuah pernyataan dari Kantor PM Lebanon, Dubes Arab Saudi memuji Najib Mikati atas upayanya untuk mendukung negaranya pada masa-masa sulit dan juga untuk memulihkan hubungan dengan Arab Saudi menjadi normal.

Walid al-Bukhari menyebut percakapan telepon dengan Najib Mikati sebagai kesempatan untuk memperdalam hubungan dengan Lebanon. Dia juga mengapresiasi dukungan PM Lebanon atas upaya Arab Saudi.

Selain itu, al-Bukhari menyebut kembalinya dubes-dubes negara-negara Arab ke Beirut sebagai mukadimah untuk memulihkan secara penuh hubungan mereka dengan Beirut. (RA)