Mengapa Hari Quds Tahun Ini Berbeda dengan Tahun Sebelumnya?
(last modified Thu, 28 Apr 2022 13:50:47 GMT )
Apr 28, 2022 20:50 Asia/Jakarta
  • Kompleks Masjid al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.
    Kompleks Masjid al-Aqsa dan Kubah Shakhrah.

Rakyat Palestina tampak sangat lebih antusias menyambut Hari Quds pada tahun ini ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Mungkin semangat ini bisa dianggap sebagai salah satu ciri yang menonjol dari peringatan Hari Quds Internasional pada 2022.

Ada beberapa faktor yang tampaknya berpengaruh dalam hal ini. Pertama, selama dua tahun terakhir, karena penyebaran Virus Corona, penyelenggaraan pertemuan di seluruh dunia, termasuk pada peringatan Hari al-Quds, menghadapi pembatasan-pembatasan pertemuan fisik, dan umumnya acara seperti itu dilakukan secara virtual, namun tahun ini, dengan penurunan relatif dari penyebaran Covid-19 dan vaksinasi umum, dasar untuk mengadakan pertemuan secara fisik menjadi lebih bisa dilakukan daripada selama periode puncak penyebaran virus tersebut.

Tetapi alasan yang lebih penting juga harus dicari dalam perkembangan di wilayah pendudukan dan di kawasan. Di dalam Palestina, strategi kelompok-kelompok perlawanan bahwa realisasi hak-hak rakyat Palestina tidak mungkin dicapai kecuali melalui perlawanan dan perjuangan, telah terbukti sepenuhnya dan rakyat Palestina mulai menyadari bahwa perlawanan adalah opsi tunggal dalam menghadapi Zionis.

Sementara itu, rezim Zionis juga bahkan tidak menggunakan kelompok pro kompromi meski mereka telah dianggap mampu membuka hubungan dengan sejumlah negara Arab tanpa penyelesaian masalah Palestina. Otoritas Palestina, yang dipimpin oleh Mahmoud Abbas, berusaha mengambil jalan kompromi untuk menyelesaikan masalah Paletina, namun dia sendiri tidak diundang ke salah satu pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Sharm el-Sheikh, Aqaba dan Negev.

KTT Negev berlangsung di wilayah gurun Negev pada hari Senin (28/3/2022) dan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Menlu Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan, Menlu Maroko Nasser Bourita, Menlu Bahrain Abdullatif bin Rashid Al Zayani dan Menlu Amerika Serikat Antony Blinken serta Menlu rezim Zionis Yair Lapid.

KTT Negev 2022

Dorongan sejumlah kelompok Palestina ke arah kompromi dengan rezim Zionis dan harapan mereka untuk mengamankan hak-hak minimum rakyat Palestina melalui negosiasi telah menciptakan keretakan terbesar di antara kelompok-kelompok dan rakyat Palestina. Hal ini menciptakan landasan bagi Israel untuk memajukan kebijakan ekspansionis dan anti-perdamaian dalam balutan perundingan damai.

Dengan demikian, setelah gagalnya pendekatan kompromi, tidak ada alternatif lain bagi rakyat Palestina selain perlawanan dan perjuangan, dan ini telah menyebabkan fakta bahwa mereka yang dulu pernah berkomitmen untuk negosiasi dan kompromi, kini hadir dalam babak baru perjuangan dan perlawanan melawan rezim Zionis.

Hal lain yang patut dicatat adalah setiap rezim Zionis mendekati dan merangkul negara-negara Arab dan melalui cara ini, rezim ilegal tersebut ingin memisahkan hubungan negara-negara Arab dengan Palestina dan menghapus masalah Palestina dari prioritas Arab, maka ada dua pendekatan alternatif bagi rakyat Palestina.

Pertama, mereka berharap ke dalam dan mencari jalan keselamatan melalui penguatan persatuan internal, dan kedua, mereka lebih dekat dengan Poros Perlawanan dan yakin serta berharap padanya.  

Ini penting karena setelah dimulainya kebangkitan rakyat yang dikenal sebagai Musim Semi Arab, beberapa negara, seperti Turki, bersaing dengan Poros Perlawanan dan mencoba menarik kelompok-kelompok Palestina dengan berpura-pura mendukung hak-hak rakyat Palestina. Mereka memberikan harapan kepada rakyat Palestina bahwa jika mau bergabung, rakyat Palestina akan mampu mencapai hak-hak mereka dengan lebih baik,

Tetapi tidak butuh waktu lama untuk menjadi jelas bahwa Turki menggunakan orang-orang dan kelompok Palestina, dan Ikhwanul Muslimin pada umumnya, sebagai alat untuk kebijakan Neo-Ottomanisme. Dan sekarang, dengan kedekatannya dengan rezim Zionis, Arab Saudi dan UEA, Turki dengan mudah meninggalkan mereka.

Kini bagi kelompok-kelompok Palestina yang dulu mengambil pendekatan kompromi telah jelas bahwa mereka tidak memiliki teman dan sekutu yang lebih dapat diandalkan daripada Iran dan Poros Perlawanan. Inilah salah satu perkembangan lain yang terjadi di Palestina yang akan memiliki dampak dan konsekuensi penting, dan dapat dianggap sebagai kekhususan lain dari Hari Quds Internasional tahun ini. (RA)  

Tags