Apa Pencapaian Agresi Militer Israel ke Jenin? Ini Kata Pejabat Zionis
Agresi militer rezim Zionis Israel ke Jenin, Tepi Barat berakhir setelah 2 hari serangan, namun para pejabat Tel Aviv mengaku bahwa invasi militer ini hampir tidak menghasilkan apapun.
Serangan menyeluruh dari darat dan udara oleh pasukan rezim Zionis di Jenin, yang dimulai pada Senin (3/7/2023) pagi, berakhir pada Selasa malam.
Tujuan operasi militer rezim Zionis ini adalah untuk menghancurkan markas besar kelompok-kelompok perlawanan Palestina dan menghancurkan tempat produksi roket dan senjata di kamp Jenin, namun setelah dua hari serangan, tentara Israel akhirnya ditarik mundur tanpa pencapaian apapun.
Jenin disebut sebagai tempat kelahiran dan ibu kota perlawanan Palestina. Selama setahun terakhir, kelompok-kelompok perlawanan Palestina, khususnya Jihad Islam, berusaha meningkatkan gerakan anti-Zionis di Jenin.
Menurut laporan the Jerusalem Post, Jihad Islam Palestina sedang berusaha memperluas wilayah pengaruh dan ancamannya terhadap Israel dari Jalur Gaza ke Tepi Barat dan menambahkan Jenin ke front lain operasinya untuk melawan Israel. Front perlawanan yang telah ada adalah di Gaza, Lebanon Selatan, dan daerah-daerah perbatasan Golan di Suriah.
Penyebab utama dari upaya perlawanan Palestina ini adalah terbentuknya kabinet Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu yang ekstrem, dan meningkatnya kekerasan dan pembunuhan terhadap rakyat Palestina.
Kabinet baru Israel yang ekstrem dan sedang menghadapi krisis internal ini, memasukkan perang dan konflik terhadap Palestina ke dalam agenda mereka.
Rabi' Amin, seorang peneliti Palestina, mengatakan, serangan militer rezim Zionis baru-baru ini di kamp Jenin membuktikan teori bahwa Tel Aviv --untuk melarikan diri dari ketidakamanan yang meluas, dan menghadapi tumbuhnya kekuatan perlawanan, serta untuk menunjukkan kemampuan yang diklaimnya-- tidak memiliki solusi yang lebih baik daripada perang.
Kebijakan rezim Zionis dari satu perang ke perang lain untuk menutupi kelemahan dan ketidakmampuannya dalam menangani krisis internal telah menjadi strategi kabinet Netanyahu selama berbulan-bulan. Pada dasarnya, kabinet Netanyahu lahir dari krisis, dan kinerjanya pun hanya untuk menciptakan krisis.
Operasi militer terhadap Jenin hampir tidak menghasilkan apa-apa bagi kabinet Netanyahu. Media Israel juga mengakui hal ini. Yedioth Ahronoth menulis bahwa kekuatan dan kemampuan perlawanan Palestina di kamp Jenin telah mengejutkan tentara Israel, dan tampaknya Jihad Islam telah banyak berinvestasi untuk memperkuat infrastruktur perlawanan di daerah ini.
Menurut Yedioth Ahronoth, dari analisis pencapaian invasi habis-habisan ke Jenin menunjukkan bahwa operasi militer Israel ini tidak akan mengarah pada perubahan strategis di Jenin. Operasi militer ini hanya sebuah "pertunjukan" dan tidak lebih dari "pil penghilang rasa sakit" bagi para pemukim Zionis, yaitu obat penghilang rasa sakit bagi pasien yang sudah putus asa untuk diobati oleh semua orang.
Surat kabar Zionis, Haaretz juga memperingatkan Israel tentang konsekuensi dari serangan militer ke Jenin. Haaretz menulis, operasi militer di Jenin dan gambar-gambar situasinya yang dipublikasikan media menunjukkan tanda bahwa generasi baru Palestina akan bangkit, dan mereka tidak akan membayangkan apa pun di benaknya kecuali perlawanan untuk diri mereka sendiri dan perlawanan terhadap penjajah serta perlawanan untuk mencapai kemerdekaan.
Bedasarkan laporan dan analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa operasi militer ke Jenin tidak akan mampu mengakhiri krisis internal rezim Zionis, bahkan akan mendorong meningkatnya ancaman luar terhadap rezim ilegal ini. (RA)