Pembunuh Bayi, Rekor Baru Israel Setelah Menjadi Rezim Pembunuh Anak
(last modified Tue, 14 Nov 2023 14:27:35 GMT )
Nov 14, 2023 21:27 Asia/Jakarta
  • Bayi Palestina korban serangan udara rezim Zionis Israel, Oktober 2023.
    Bayi Palestina korban serangan udara rezim Zionis Israel, Oktober 2023.

Pemboman terhadap perumahan penduduk dan rumah sakit di Jalur Gaza, dan pertempuran sengit antara pasukan perlawanan Palestina dan rezim Zionis Israel merupakan salah satu berita terkini mengenai perang yang dipaksakan terhadap Gaza dan genosida terhadap rakyat Palestina yang tertindas.

Pada hari ke-39 operasi Badai al-Aqsa dan serangan udara besar-besaran rezim Zionis terhadap Gaza, situasi di semua rumah sakit di Gaza memprihatinkan. Rumah sakit telah kekurangan bahan bakar, bahkan sebagiannya telah kehabisan bahan bakar dan kekurangan peralatan medis.

Selain itu, bahan makanan juga habis dan pemadaman listrik juga berlanjut. Banyak tim evakuasi dan staf medis yang gugur akibat serangan udara Israel. Menurut petugas medis, nyawa korban luka dan sakit, terutama para bayi dan anak-anak yang membutuhkan perawatan khusus, berada dalam bahaya serius.

Militer Zionis telah mencetak rekor baru dalam perang yang tidak seimbang ini, dan telah beralih dari membunuh anak-anak menjadi membunuh para bayi. Sebelum akta kelahiran dikeluarkan untuk para bayi di Gaza, mereka terlebih dahulu diberikan akta kematian disebabkan serangan Israel. Bayi-bayi di Gaza gugur bahkan sebelum mereka diberi nama oleh orang tuanya.

Invasi militer Israel ke Gaza telah menghancurkan hampir separuh wilayah yang diblokade dari udara, laut dan darat ini. Oleh karena itu, menurut para pengamat, penjajah Zionis mengejar rencana gagalnya untuk menggambarkan geografi perkotaan baru untuk Gaza.

Serangan rezim Zionis yang dilakukan secara sistematis untuk menghancurkan separuh bangunan di Gaza dan melenyapkan sekitar 25.000 hektar lahan pertanian, sekaligus menghancurkan instalasi dan jaringan air dan listrik, serta layanan publik adalah untuk memaksa ratusan ribu warga Palestina meninggalkan Gaza, terutama Gaza utara.

Menurut laporan pada hari Senin (13/11/2023), jumlah korban jiwa akibat serangan brutal rezim Zionis di Gaza mencapai 11.240 orang, termasuk 678 lansia. Dari jumlah 11.240 orang yang gugur ini, 4.630 adalah anak-anak dan 3.130 perempuan. 29.000 warga Palestina juga terluka akibat pemboman di Gaza oleh rezim Zionis, 70% di antaranya adalah anak-anak.

Perang habis-habisan yang dikobarkan rezim Zionis terhadap rakyat tertindas di Gaza dan Tepi Barat telah memasuki minggu keenam, namun rezim ilegal ini belum mencapai apa yang mereka sebut sebagai "tujuan utama" dalam perang ini.

Tujuan Israel adalah untuk mengusir kelompok perlawanan dan khususnya Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas dari Gaza, yang tujuan ini telah berulang kali diumumkan para pejabat Tel Aviv dalam pernyataan mereka.

Selama pertempuran, alih-alih serangan balasan kelompok perlawanan bisa dihentikan, namun mereka masih terus melancarkan serangan balasan itu dengan menembakkan beragam roket ke wilayah pendudukan.

Mereka hampir setiap hari juga berhasil menghancurkan peralatan militer berat milik Israel seperti tank dan membunuh personel pasukan lapis baja. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok perlawanan menjadi pemenang di medan pertempuran.

Batalion Saraya al-Quds mengumumkan bahwa mereka menargetkan tempat berkumpulnya tentara rezim Zionis di Kissufim dengan serangan artileri dan wilayah al-Ain at-Tsalitsah dengan serangan roket.

Brigade al-Aqsa juga mengumumkan bahwa mereka menargetkan pusat berkumpulnya tentara Zionis di pangkalan militer Nirim dengan serangan rudal.

Menurut media Zionis, unit ke-669 militer Israel telah melakukan lebih dari 260 operasi untuk mengangkut korban tewas dan terluka melalui udara dan darat sejak awal serangan darat terbatas di Gaza

Sejak awal pertempuran Badai al-Aqsa, 363 tentara rezim Zionis, 59 polisi dan 10 agen organisasi keamanan dalam negeri rezim ini, Shabak (Shin Bet) telah tewas.

Tentu saja, ini adalah jumlah yang diumumkan secara resmi oleh Israel, namun jumlah sebenarnya dari korban militer tentara rezim Zionis jauh lebih banyak daripada jumlah yang diumumkan.

Setelah penghancuran sejumlah besar tank Zionis selama invasi ke Gaza, tentara Israel terpaksa merekrut tank-tank tua untuk melanjutkan perangnya. Tank-tank ini, yang telah dinonaktifkan, dan menurut rencana akan dijual sebagai bagian dari perjanjian senjata, terpaksa dikembalikan ke layanan militer karena kekurangan tank yang parah.

Sebuah batalion yang terdiri dari Letnan Kolonel Erez Saadoun sebagai komandan bersama dengan sejumlah prajurit dan perwira cadangan yang memiliki riwayat bekerja pada tank jenis ini, telah membentuk batalion baru.

Sementara itu, penyatuan medan, yang telah menjadi mimpi buruk bagi tentara Israel dalam beberapa tahun terakhir, sedang terbentuk dan dilakukan, dan setiap hari pasukan perlawanan dari seluruh kawasan mengumumkan kesiapan mereka untuk membela rakyat Palestina di Gaza, yang tertindas dan terjajah.

Pada menit-menit pertama pagi hari ke-39 dari operasi Badai al-Aqsa, alarm tanda bahaya dibunyikan di wilayah pendudukan yang berbatasan dengan Lebanon. Sumber berita juga melaporkan pada Minggu (12/11/2023) malam bahwa jumlah korban luka dari pihak rezim Zionis dalam serangan rudal Hizbullah di dua kota, termasuk di kota al-Jalil al-A'la telah mencapai 29 orang.

Di sisi lain, Pemimpin Ansarullah Yaman, Sayid Abdul Malik Badr al-Din al-Houthi, mengumumkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman telah melancarkan serangan rudal dan drone baru ke wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Bukti-bukti ini menunjukkan bahwa ketika serangan dan kejahatan rezim Zionis di Gaza terus berlanjut dan meluas, maka landasan bagi pembukaan front baru melawan rezim penjajah ini demi membela rakyat Gaza, akan semakin terbuka. (RA)