UNRWA; Senjata Israel dan Barat Intensifkan Genosida di Gaza
(last modified Tue, 30 Jan 2024 13:50:11 GMT )
Jan 30, 2024 20:50 Asia/Jakarta
  • Warga dan anak-anak Gaza antri mendapat makanan
    Warga dan anak-anak Gaza antri mendapat makanan

Setelah sekitar empat bulan dari serangan gagal rezim Zionis ke Jalur Gaza dengan tujuan memusnahkan Hamas dan menundukkan warga kawasan ini, rezim Zionis bersama sejumlah pendukung Baratnya, menetapkan kebijakan menghentikan bantuan UNRWA.

Sehari setelah klaim Zionis terkait keterlibatan sejumlah staf UNRWA di peristiwa 7 Oktober, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan sejumlah negara barat lainnya langsung menghentikan bantuan finansialnya kepada lembaga ini. Pemutusan bantuan kepada UNRWA sama halnya dengan pemutusan bantuan pangan dan kesehatan kepada ratusan ribu pengungsi Palestina di kondisi sulit saat ini dan eskalasi genosida warga kawasan ini.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina "UNRWA", yang sejarahnya dimulai pada tahun 1949, saat ini memiliki sekitar 30 ribu staf, dan melayani lebih dari 5 juta warga Palestina di dalam dan di luar wilayah pendudukan Palestina, khususnya wilayah Gaza yang dilanda perang.

Jumat pekan lalu, rezim Zionis mengklaim sejumlah pegawai "UNRWA" ikut serta dalam operasi "Badai Al-Aqsa" pada 7 Oktober 2023. Meskipun kebenaran berita ini belum dapat dikonfirmasi, 6 negara barat, termasuk Amerika, Kanada, Australia, Finlandia, Inggris dan Italia, bereaksi terhadapnya dan mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa karena pelanggaran yang dilakukan oleh "UNRWA", mereka menghentikan bantuan finansial tahunan kepada institusi ini. Sehari setelah pernyataan ini dan sebagai kelanjutan dari reaksi terkoordinasi Barat terhadap "UNRWA", Jerman, Skotlandia dan Peancis juga bergabung dan mengumumkan penghentian bantuan mereka kepada UNRWA dan partisipasi mereka dalam peningkatan genosida Palestina.

Semua data di atas menunjukkan bahwa Zionis telah melancarkan kampanye melawan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, melalui koordinasi dengan aparat diplomatik dan media Barat. Namun mengapa Zionis mengikuti proses penghentian kegiatan lembaga bantuan di Gaza pada saat ini mempunyai alasan yang masih tersembunyi dalam pemboman media terhadap Barat. Beberapa pengamat percaya bahwa Tel Aviv, dalam situasi ini, dengan menuduh staf Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), sambil meningkatkan tekanan terhadap warga Palestina yang tinggal di Gaza dan gerakan Hamas, bermaksud untuk menutupi kegagalan hukum dan diplomatiknya dalam kasus pengaduan Afrika Selatan terhadap rezim ini di hadapan Mahkamah Internasional.

Dalam dua minggu terakhir, dengan tindakan yang dilakukan pemerintah Afrika Selatan terhadap Zionis di Mahkamah Internasional, Zionis menjadi terdakwa utama dalam pemberitaan internasional. Jelas bahwa tindakan Mahkamah Internasional membuat rezim Zionis dan pendukungnya berada dalam posisi tertuduh dan lemah, dan akibatnya akan menjadi tertuduh dalam perang Gaza.

Faktanya, rezim Zionis, dengan kerja sama dan koordinasi para pendukung Barat, berusaha menciptakan aliran tuduhan terhadap UNRWA, berusaha merusak kredibilitas lembaga-lembaga lain di bawah PBB sehingga juga mampu membuat putusan Mahkamah Internasional tidak kredibel, dan setidaknya akan menjustifikasi langkahnya di opini publik dalam negeri.

Keputusan para pendukung rezim Zionis untuk menghentikan bantuan kepada UNRWA dalam situasi di mana ratusan ribu warga Palestina, khususnya penduduk Gaza, berada di bawah serangan udara dan darat yang paling parah dari rezim ini menunjukkan bahwa rezim Zionis, pasca- kegagalan upaya militer untuk mengalahkan keinginan rakyat dan perlawanan Palestina, telah memutuskan untuk melanjutkan kebijakan genosida di Gaza dengan bantuan pendukung Barat, kali ini dengan menggunakan senjata kelaparan dan mencegah layanan kesehatan dan medis.

Dukungan beberapa negara Barat terhadap permintaan rezim Zionis untuk menghentikan bantuan kepada UNRWA dengan dalih keterlibatan sebagian pegawainya dengan pejuang Palestina dalam operasi 7 Oktober terjadi ketika dalam tiga bulan terakhir, 150 staf UNRWA telah terbunuh dalam serangan rezim ini di Jalur Gaza. Kejahatan-kejahatan ini, yang jarang terjadi dalam sejarah, disertai dengan diamnya para pendukung Zionis di Barat.

Sekalipun tuduhan mengenai tindakan beberapa pegawai UNRWA benar, upaya puluhan ribu pegawai UNRWA lainnya dan pengabdian mereka kepada ratusan ribu orang tidak boleh diabaikan dan dihukum secara kolektif. Dengan kata-kata tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa keputusan negara-negara pendukung rezim Zionis ini berarti hukuman kolektif terhadap jutaan warga Palestina, terutama di bawah bayang-bayang bencana kemanusiaan di Gaza, dan mereka terlibat langsung dalam genosida dan pembantaian massal penduduk Gaza. (MF)