PM Lebanon: Hamas Ambil Langkah Mendasar dan Maju untuk Menghentikan Konflik
(last modified Tue, 07 May 2024 07:09:16 GMT )
May 07, 2024 14:09 Asia/Jakarta
  • Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati
    Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati

Perdana Menteri Lebanon menilai kesepakatan Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dengan rencana gencatan senjata yang diajukan negara-negara mediator sebagai langkah maju untuk menghentikan konflik.

Menurut laporan IRNA, Najib Mikati, Perdana Menteri Lebanon, menyatakan bahwa tekanan internasional harus diterapkan pada rezim Israel yang melakukan genosida untuk menerima rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh negara-negara mediator, dan menyatakan harapan bahwa solusi ini dapat mengarah pada solusi akar krisis di Palestina, sehingga Palestina mendapatkan hak-haknya.

Sementara itu, Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan dalam pernyataan bersama bahwa serangan rezim pendudukan Zionis di kota Rafah, selatan Jalur Gaza, akan mengakibatkan bencana kemanusiaan yang lebih besar.

Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Prancis Emmanuel Macron

Menteri Luar Negeri Finlandia Elina Valtonen memperingatkan tentang serangan darat rezim Zionis ke kota Rafah dan mengatakan bahwa serangan ini akan menimbulkan konsekuensi yang menghancurkan.

Menteri Luar Negeri Finlandia menyerukan perlindungan warga sipil, pembebasan segera tahanan dan pembentukan gencatan senjata di Jalur Gaza, dengan mengutip hukum kemanusiaan internasional dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2728.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada Senin (6/5) malam menyatakan persetujuannya dengan usulan Mesir dan Qatar untuk melakukan gencatan senjata, termasuk penghentian segera dan permanen kejahatan rezim Zionis, pencabutan pengepungan kejam terhadap Jalur Gaza, pertukaran tahanan, dan penarikan penuh dan tanpa syarat pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza dan rekonstruksi reruntuhan perang.

Persetujuan Hamas terhadap rencana gencatan senjata diumumkan ketika beberapa jam kemudian rezim Zionis menyerang Rafah, yang menewaskan lima orang termasuk seorang anak.

Sejak 7 Oktober 2023, rezim genosida Israel, dengan dukungan penuh Amerika Serikat dan negara-negara Barat, melancarkan pembantaian besar-besaran di Jalur Gaza dan Tepi Barat Sungai Yordan terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya dan tertindas.

Dengan berlanjutnya blokade terhadap Jalur Gaza yang mengakibatkan kekurangan pangan, air minum, obat-obatan dan peralatan medis yang parah, serta lambatnya datangnya bantuan kemanusiaan ke wilayah ini, telah meningkatkan kekhawatiran internasional akan terjadinya bencana kemanusiaan, termasuk kelaparan dan penyebaran penyakit menular.(sl)