Popularitas Hamas di Gaza Meningkat, Warga Menolak Pelucutan Senjata
-
Pasukan Hamas
Pars Today - Popularitas Hamas di kalangan warga Palestina di Gaza meningkat sejak gencatan senjata, yang menjadi tantangan tersendiri bagi rencana perdamaian Trump.
Menurut laporan ISNA, Wall Street Journal menulis dalam sebuah laporan, salah satu alasan utama peningkatan popularitas ini adalah keamanan. Bulan lalu, ketika gencatan senjata diberlakukan dan pasukan Zionis Israel mundur, pasukan Hamas kembali turun ke jalan dalam bentuk polisi dan pasukan keamanan internal, berpatroli dan menyasar para penjahat.
Warga Palestina menyambut baik penurunan kejahatan dan penjarahan di Jalur Gaza setelah perang.
Seorang pengusaha berusia 22 tahun di Kota Gaza mengatakan tentang situasi terkini di kota itu, "Bahkan mereka yang menentang Hamas kini memandang gagasan keamanan sebagai sesuatu yang diinginkan rakyat. Keamanan di kota telah menurun tajam akibat pertempuran dalam dua tahun terakhir dan banyak terjadi pencurian. Terjadi pelanggaran hukum, tetapi dengan kembalinya Hamas, keamanan telah pulih, dan itulah mengapa rakyat mendukung mereka."
Pencurian telah turun menjadi sekitar 5 persen dari total pengiriman dalam sebulan terakhir, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan. Seorang juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan hal ini disebabkan oleh peningkatan aliran bantuan dan pencegahan kejahatan oleh "polisi biru" Hamas, atau pasukan keamanan Palestina.
Menurut jajak pendapat, para analis dan warga Palestina di seluruh Gaza mengatakan penurunan kejahatan dan dukungan berkelanjutan untuk perlawanan bersenjata terhadap Israel telah memungkinkan Hamas membangun kembali citranya dan memegang kendali lebih besar atas wilayah tersebut, karena banyak warga Palestina kini memandangnya dari perspektif yang lebih pragmatis.
Dalam jajak pendapat bulan lalu oleh Pusat Penelitian dan Pemungutan Suara Kebijakan Palestina yang berbasis di Tepi Barat, 51 persen warga Gaza yang disurvei menyatakan pandangan positif terhadap kinerja Hamas selama perang, naik dari 43 persen pada bulan Mei dan 39 persen sedikit lebih dari setahun yang lalu.
Dalam pertanyaan terpisah tentang dukungan partai politik dalam pemilu hipotetis, 41 persen warga Gaza menyatakan akan mendukung Hamas, naik empat poin persentase dari lima bulan lalu dan merupakan tingkat dukungan tertinggi sejak Desember 2023.
Hamas kini menguasai sekitar 47 persen wilayah Gaza, wilayah di sebelah barat Garis Kuning. Di luar Garis Kuning, sekitar 53 persen wilayah tersebut dikuasai oleh militer Israel.
Namun, perlu dicatat bahwa meningkatnya dukungan Palestina terhadap Hamas dapat menimbulkan masalah bagi fase kedua rencana perdamaian Trump, yang akan melucuti Hamas dan tidak memiliki peran dalam mengendalikan serta menjalankan Gaza dengan imbalan pasukan Israel menarik diri dari wilayah tersebut dan menggantinya dengan pasukan keamanan internasional.
Menurut jajak pendapat terbaru, pandangan warga Palestina tentang pelucutan senjata Hamas, sebagaimana diuraikan dalam rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump, beragam, dengan mayoritas 55 persen menentang dan 44 persen mendukung.
Jajak pendapat itu juga menemukan bahwa 52 persen warga Gaza menentang masuknya pasukan keamanan internasional ke Jalur Gaza, yang bertugas melucuti senjata Hamas.
"Mayoritas ini berarti banyak orang ingin Hamas terus memiliki senjata," kata kepala sebuah lembaga survei. "Ada kekhawatiran akan tujuan akhir Israel dalam perang ini dan, dalam jangka pendek, ketakutan akan kekacauan."
Warga Gaza mengeluhkan penjarahan dan kekerasan yang terus-menerus dilakukan oleh geng-geng kriminal di Jalur Gaza selama perang.
Seorang warga berusia 47 tahun dari daerah Deir Al-Balah di Gaza mengatakan ia ingin Hamas mempertahankan senjatanya agar dapat melawan Israel "sampai hak-hak dikembalikan kepada pemiliknya dan Palestina diakui sebagai sebuah negara".(sl)