Jan 24, 2019 20:11 Asia/Jakarta
  • Jet tempur.
    Jet tempur.

Pada akhir 22 Januari 2019, militer Suriah berhasil menahan serangan besar kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang sebelumnya benama Jabhat al-Nusra (cabang al-Qaeda Suriah) di zona eskalasi konflik di Idlib.

Menurut militer Rusia, sekitar 150-200 milisi yang didukung oleh 15-20 kendaraan yang dilengkapi dengan senapan mesin menyerang posisi pasukan Suriah di wilayah Abu al-Duhur dan Abu Sharja.

 

HTS menggunakan sedikitnya satu bom mobil bunuh diri dan menyerbu garis pertahanan pertama. Mereka berhasil menembus sekitar 1,5-2 km ke dalam wilayah yang dikontrol pasukan Suriah.

 

Militer Suriah mengerahkan bala bantuan. Dengan dukungan unit artileri, mereka berhasil memukul mundur dan memaksa para teroris mundur dari posisi yang baru saja didudukinya. Menurut sumber pro-pemerintah, HTS menderita banyak korban.

 

Berdasarkan laporan Veterans Today, apa yang disebut sebagai Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris pada tanggal 22 Januari 2019 mengklaim bahwa 12 penasihat militer Iran menjadi korban dalam serangan udara Israel ke Bandara Internasional Damaskus pada tanggal 20 Januari 2019.

 

Menurut SOHR, korban adalah 21 orang: 6 tentara Angkatan Darat Suriah, 12 penasihat militer Iran dan tiga warga negara non-Suriah.

Sementara itu, Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar Jaafari pada tanggal 22 Januari 2019 memperingatkan bahwa jika Dewan Keamanan PBB tidak menghentikan serangan Israel, maka Suriah akan membalasnya.

 

"Suriah akan mempraktikkan hak membela diri yang sah dan menanggapi agresi Israel di Bandara Internasional Damaskus dengan cara yang sama di bandara Tel Aviv," kata Jaafari.

 

Militer rezim Zionis mengklaim bahwa serangan itu ditujukan pada target Iran di Suriah. Namun perlu dicatat bahwa klaim SOHR bertentangan dengan data yang disediakan oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Menurut data ini, empat anggota layanan Suriah tewas dalam serangan Israel.

 

Sistem Pertahanan Udara S-300 yang dikirim Rusia tidak digunakan oleh militer Suriah untuk menangkis rudal Israel. Menurut surat kabar Kommersant Rusia, alasannya adalah bahwa kru S-300 Suriah masih belum siap untuk mengoperasikan Sistem Pertahanan Udara S-300.

 

Menurut laporan tersebut, kru S-300 belum lulus ujian menembak. Surat kabar itu berspekulasi bahwa mereka tidak akan siap lebih awal dari Maret 2019. Selain itu, satu batalyon dari sistem pertahanan udara S-300 dilaporkan akan dikerahkan di area pangkalan udara T4.

 

Mengutip sumbernya sendiri, Kommersant menyatakan bahwa Rusia tidak akan mengubah sikapnya saat ini terhadap serangan Israel di Suriah selama personil Rusia tidak berada di dekat target yang terkena. (RA)

 

Tags