Langkah Baru Joe Biden Meningkatkan Tensi di Eropa Timur
(last modified Fri, 04 Feb 2022 04:19:25 GMT )
Feb 04, 2022 11:19 Asia/Jakarta

Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu (02/02/2022) setuju untuk mengerahkan 3.000 tentara ke Eropa Timur dan Jerman.

1.700 tentara AS diperkirakan akan dikirim ke Polandia dan 1.000 tentara AS lainnya yang berbasis di Jerman ke Rumania. Sementara 300 tentara lainnya akan ditransfer dari Amerika Serikat ke Jerman.

Sesuai dengan arahan Biden, Pentagon juga berencana untuk meningkatkan jumlah pasukan AS di kawasan menjadi lebih dari 8.500.

Pasukan AS

Juru Bicara Pentagon John Kirby pada Rabu (02/02) mengklaim, "Komitmen kami untuk NATO berdasarkan butir 5 Piagam NATO tetap kuat, dan sebagai bagian dari komitmen itu, Amerika Serikat akan segera mengirim lebih banyak pasukan ke Rumania, Polandia dan Jerman, dalam persiapan untuk berbagai kemungkinan."

Dengan mengklaim bahwa situasi saat ini memerlukan penguatan penangkal dan pertahanan sisi timur NATO, Jubir Pentagon mengatakan, "Pengerahan pasukan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan pertahanan kami di negara-negara sekutu yang berada di garis depan."

Baca juga: Tegang dengan Rusia, AS Kerahkan Ribuan Tentara ke Eropa

Menyusul pengumuman Pentagon bahwa presiden telah memutuskan untuk mengirim sekitar 3.000 tentara AS ke Eropa Timur, Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, "Pasukan ini tidak akan pergi ke Ukraina untuk berperang."

Tujuan AS dari Mengobarkan Perang Psikologi Melawan Rusia

Perintah baru Biden ditujukan untuk mengirim 3.000 tentara ke Eropa Timur dinilai sebagai bagian dari serangkaian tindakan AS untuk menciptakan ketegangan di Eropa Timur dan meningkatkan konfrontasi dengan Rusia.

Dalam beberapa pekan terakhir, Washington dengan sengaja mengobarkan perang psikologis dan propaganda melawan Rusia, dan bersama dengan NATO, terus-menerus menabuh genderang invasi Rusia ke Ukraina.

Tujuan Washington adalah menciptakan alasan untuk meningkatkan kehadiran militer AS dan NATO di Eropa Timur, dan pada kenyataannya semacam pengabaian terhadap tuntutan keamanan Rusia. Langkah-langkah tersebut juga meningkatkan kemungkinan konflik antara Rusia dan NATO di Eropa Timur.

Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu (02/02/2022) setuju untuk mengerahkan 3.000 tentara ke Eropa Timur dan Jerman.

Moskow menginginkan jaminan Barat bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO, dan bahwa pasukan dan fasilitas NATO tidak akan dikerahkan di dekat perbatasan Rusia.

Tentu saja, AS dan NATO telah menanggapi secara negatif kedua permintaan ini. Masalah ini telah membuat marah para pejabat senior Rusia.

Sekaitan dengan masalah ini, Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (01/02) mengatakan, "Moskow tidak mendapat jawaban yang tepat dari Amerika Serikat dan NATO untuk tiga tuntutan utamanya, yakni untuk tidak memperluas NATO ke timur, untuk menahan diri dari menyebarkan sistem senjata ofensif di dekat perbatasan Rusia, dan dan mengembalikan infrastruktur militer NATO di Eropa sesuai dengan kondisi tahun 1997."

Rusia percaya bahwa penyebaran sistem anti-rudal AS di Rumania dan Polandia mengancam keamanan Rusia.

Baca juga: Tarik Ucapannya, AS: Serangan ke Ukraina Tak akan Segera Terjadi

Poin penting lainnya adalah bahwa meskipun pemerintahan Biden sebelumnya telah menekankan segeranya kemungkinan serangan Rusia terhadap Ukraina, tapi sekarang sudah mundur.

"Washington tidak akan lagi menggambarkan kemungkinan serangan militer Rusia di Ukraina dalam waktu dekat, meskipun pemerintah AS masih percaya itu bisa terjadi kapan saja. Kami berhenti menggunakan istilah itu karena kami pikir mengandung pesan yang berbeda dari yang ingin kami kirim," ungkap Jen Psaki, Jubir Gedung Putih.

Jen Psaki, Jubir Gedung Putih

Pernyataan itu menunjukkan bahwa bukan hanya tidak ada konsensus di antara pejabat militer dan politik senior AS tentang waktu dugaan invasi Rusia ke Ukraina, tetapi Washington juga secara implisit mengakui bahwa tuduhan itu tidak berdasar.

Karena seiring berjalannya waktu dan kegagalan klaim AS, kredibilitas Washington semakin dipertanyakan secara global.