Motif Undangan Zelensky kepada Presiden Jerman
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengundang sejawatnya dari Jerman, Frank-Walter Steinmeier untuk berkunjung ke Kiev.
Zelensky dan Steinmeier berbicara via telepon selama 45 menit membahas kondisi Ukraina guna memperbaiki gangguan dan kesalahpahaman serta untuk mendekatkan kedua pihak.
Menurut kantor presiden Jerman, Zelensky di kontak telepon ini mengundang Steinmeier dan Kanselir Olaf Scholz ke Ukraina. Undangan ini diajukan ketika sebelumnya pemerintah Ukraina menentang kunjungan presiden Jerman ke negaranya.
Sementara itu, Scholz menyatakan untuk saat ini tidak berencana berkunjung ke Ukraina. Seraya mengkritik Zelensky, Scholz mengatakan, Jerman telah mengirim banyak bantuan finansial ke Ukraina dan mengagendakan pengiriman peralatan seperti kendaraan berat militer, tapi Kiev menentang kunjungan Steinmeier.
Sepertinya kontak telepon Zelensky dengan Steinmeier, serta tidak adanya kontak dengan eksekutif tertinggi Jerman yakni Olaf Scholz sebenarnya semacam pengabaian terhadap Kanselir Jerman karena sikap negatifnya tentang pengiriman senjata ke Ukraina.
Sejak meletusnya perang Ukraina, para petinggi Ukraina khususnya Zelensky mengkritik penolakan Berlin mengirim bantuan senjata kepada Kiev. Peran utama di bidang ini dimainkan Olaf Scholz yang sepertinya untuk menghindari bias terhadap Moskow karena ketergantungan besar Jerman pada impor energi dari Rusia, menolak mengirim senjata besar ke Ukraina, meskipun ada permintaan berulang kali dari Kiev.
Oleh karena itu, bantuan pemerintah Jerman selama delapan pekan awal perang Rusia dan Ukraina hanya senjata senilai 200 juta dolar. Scholz hari Minggu lalu menentang langkah sepihak terkait pengiriman senjata ke Ukraina dan mengatakan, Berlin akan mengkoordinasikan langkahnya dengan para sekutu. Di sisi lain, jumlah warga Jerman yang menandatangani petisi yang memintanya untuk menghentikan pengiriman senjata berat ke Ukraina telah mencapai sekitar 107.000 pada hari itu.
Namun tekanan dalam dan luar negeri akhirnya mengubah sikap pemerintah koalisi Jerman, dan dalam hal ini, Kanselir Olaf Scholz seraya menyetujui pengiriman peralatan militer berat ke Ukraina, seperti sistem anti-udara bergerak Gepard, juga setuju atas pengiriman artileri gerak sendiri produk Jerman melalui Belanda ke Ukraina. Meski demikian, penentangan Berlin atas sanksi impor energi dari Rusia yang menurut petinggi Kiev, khususnya Zelensky sama halnya dengan menjamin dana perang Rusia di Ukraina, kian menambah ketidakpuasan Kiev terhadap Berlin. Hal ini memicu tensi politik terbaru di hubungan kedua negara. Sementara pemerintah Jerman mengklaim telah berhasil mengurangi ketergantungan impor minyak dari Rusia, dan diharapkan hingga akhir musim panas tahun ini, impor minyak mentah dari Moskow akan dihentikan total.
Steinmeier sebelumnya dijadwalkan berkunjung ke Kiev pada pertengahan April bersama presiden Polandia, Lithuania, Latvia dan Estonia. Namun kemudian kunjungan ini dibatalkan. Petinggi Ukraina menyebut alasan pembatalan tersebut adalah langkah politik Steinmeier perdamaian dengan Rusia saat ia menjabat sebagai menteri luar negeri Jerman.
Setelah rencana kunjungan Steinmeier ke Ukraina dibatalkan, masalah ini mulai digulirkan di elit politik Jerman bahwa Olaf Scholz harus berkunjung ke Keiv untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina. Namun Scholz menolak kunjungan tersebut. Alasannya untuk beberapa waktu tak jelas, hingga ia dalam sebuah wawancara televisi menyatakan alasannya adalah langkah tak terhormat Kiev menolak kunjungan Steinmeier ke negara tersebut.
Berbeda dengan petinggi Uni Eropa dan negara-negara anggota organisasi ini, sampai saat ini belum ada petinggi Jerman yang berkunjung ke Ukraina. Meski sejumlah elit politik Jerman telah melakukan kunjungan ke Kiev. Dengan demikian, terlepas dari langkah-langkah baru-baru ini untuk mengurangi ketegangan antara Jerman dan Ukraina, tampaknya perbedaan antara kedua negara lebih dalam daripada yang dapat diselesaikan melalui kunjungan resmi presiden Jerman. (MF)