Okt 18, 2022 20:50 Asia/Jakarta
  • Wakil Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev.
    Wakil Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev.

Mantan Presiden dan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan rezim Zionis Israel pada hari Senin (17/10/2022) bahwa setiap tindakan yang diambil untuk mempersenjatai Ukraina akan "merusak hubungan" antara Moskow dan Tel Aviv.

Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dewan Keamanan Nasional Rusia dalam saluran telegramnya menulis, "Tampaknya Israel siap mengirim senjata ke rezim Kiev (Kyiv). Tindakan ini adalah keputusan yang sangat sembrono dan akan menghancurkan hubungan antara kedua pemerintah."

Medvedev menyampaikan peringatan itu setelah Nachman Shai, Menteri Urusan Zionis di Luar Wilayah Pendudukan mengumumkan bahwa sudah waktunya bagi Israel untuk mengubah kebijakannya mengenai perang di Ukraina. Dia meminta Tel Aviv untuk mencabut segala bentuk larangan pengiriman senjata ke Ukraina.

Nachman Shai mengatakan, sudah waktunya bagi Ukraina untuk menerima bantuan militer seperti halnya Amerika Serikat (AS) dan negara-negara NATO memberikan bantuan militer ke negara ini.

Namun menarik untuk dicatat bahwa setelah ada peringatan dari Wakil Dewan Keamanan Nasional Rusia, para pejabat rezim Zionis menyatakan tidak bertangung jawab atas posisi Nachman Shai tentang perlunya mengirim senjata ke Ukraina. Situs web Zionis, Walla mengutip pejabat tinggi rezim Israel, menulis bahwa pernyataan Nachman Shai tidak mencerminkan kebijakan kabinet Israel.

Pada saat yang sama, sikap keras Medvedev terhadap Tel Aviv telah diungkapkan pada saat tekanan Ukraina untuk menerima sistem pertahanan udara guna melawan serangan rudal dan pesawat tak berawak Rusia telah meningkat.

Rezim Zionis saat ini memiliki beberapa jenis sistem pertahanan udara dan rudal, dan Kiev (Kyiv) sangat ingin mendapatkannya. Pemerintah Ukraina sebelumnya juga telah meminta Israel untuk menyediakan sistem pertahanan udara dan senjata canggih lainnya untuk melawan Rusia.

Meskipun Israel mencoba untuk mengambil posisi netral pada awal perang Rusia dan Ukraina, namun dengan berlanjutnya perang ini dan tekanan AS untuk tindakan nyata melawan Rusia dan mendukung Ukraina, Tel Aviv secara bertahap bergerak menuju dukungan deklaratif dan praktis kepada Kiev untuk melawan Rusia.

Perdana Menteri rezim Zionis Yair Lapid 

Hubungan antara Rusia dan rezim Zionis telah memasuki periode baru dan tegang setelah dimulainya serangan Rusia ke Ukraina karena posisi Tel Aviv yang berpihak pada Barat dan mengadopsi posisi anti-Rusia. Para pejabat Israel seperti Perdana Menteri Yair Lapid mengutuk Rusia atas tuduhan kejahatan perang di Ukraina, dan bahkan Tel Aviv mulai mengirim peralatan militer untuk tentara Ukraina.

Sikap Lapid justru menimbulkan ketegangan dan menciptakan hubungan yang dingin yang belum pernah terjadi sebelumnya antara Moskow dan Tel Aviv, dan sikap sebaliknya dari Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang menilai Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman, sebagai keturunan Yahudi atau memiliki asal-usul Yahudi telah membuat marah pejabat Zionis.

Di sisi lain, langkah Israel untuk memberikan dukungan militer kepada Ukraina, seperti mengirimkan peralatan helm dan mengungkap keberadaan tentara bayaran Israel di jajaran pasukan Ukraina, serta penolakan Tel Aviv untuk mengutuk tindakan Ukraina, telah mengungkapkan posisi Israel yang sebenarnya.

Pekan lalu, Kedutaan Besar Rusia di Tel Aviv mereaksi pernyataan rezim Zionis yang mengutuk serangan Rusia di Ukraina, dan mengumumkan, "Israel telah bungkam selama delapan tahun mengenai serangan teror yang dilakukan terus menerus oleh Ukraina terhadap warga sipil di wilayah Donbass. Rezim Zionis juga belum mengambil posisi tentang pembunuhan terhadap jurnalis Rusia, Darya Dugina dan serangan di jembatan Semenanjung Krimea."

Selain memberikan peringatan serius, Rusia juga telah mengambil tindakan hukuman seperti penutupan kantor agen Yahudi, Sochnut di Moskow sebagai tanggapan atas sikap dan tindakan bermusuhan Tel Aviv. Bahkan, penutupan kantor ini dipandang sebagai titik balik dalam ketegangan yang meningkat antara Moskow dan Tel Aviv dan tanda tekad Rusia untuk serius menangani Israel.

Penutupan kantor agen Yahudi di Rusia dianggap sebagai pukulan berat bagi rezim Zionis karena peran kunci badan ini dalam mengelola imigrasi massal orang-orang Yahudi dari Rusia ke Palestina pendudukan.

Dengan peringatan baru Rusia dari Medvedev, yang dianggap sebagai salah satu peringatan paling serius dan sekaligus belum pernah terjadi sebelumnya terhadap rezim Zionis terkait kelanjutan kebijakan mendukung Ukraina dan penentangan terhadap Rusia, Tel Aviv tampaknya dihadapkan pada situasi sulit, yaitu pilihan akhir: antara Rusia dan Ukraina.

Tidak diragukan lagi, dukungan Tel Aviv kepada Kiev terutama pengiriman senjata kunci seperti sistem pertahanan udara dan pertahanan rudal ke Ukraina akan mengubah posisi umum Rusia terhadap rezim Zionis, yang dampaknya akan terlihat di berbagai bidang, termasuk di Suriah dan masalah Palestina. (RA)

Tags