Sep 03, 2023 10:54 Asia/Jakarta

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan memberikan Ukraina amunisi yang mengandung uranium yang telah dilemahkan untuk pertama kalinya. Amunisi ini merupakan bagian dari paket senjata baru yang akan diluncurkan dalam beberapa hari mendatang.

Amunisi yang mengandung depleted uranium telah ditembakkan dari tank Abrams Amerika yang dikirim ke Ukraina dan mampu menghancurkan tank Rusia.

Amunisi ini diperkirakan akan dikirim ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang. Meski paket senjata baru belum final, tetapi nilainya akan mencapai 240-375 juta dolar.

Senjata Barat

Inggris telah mengirimkan senjata yang mengandung uranium yang telah dilemahkan ke Ukraina beberapa bulan yang lalu, tetapi ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat mengambil tindakan seperti itu, dan tindakan Washington tersebut diperkirakan akan menimbulkan kontroversi.

Amerika telah memberikan bom curah kepada Ukraina dalam tindakan kontroversial lainnya.

Amerika, sebagai pemimpin Barat dan NATO, berusaha semaksimal mungkin untuk terus memperluas cakupan perang di Ukraina dengan tujuan melemahkan Rusia sebanyak mungkin serta menimbulkan kerugian manusia dan persenjataan di Rusia.

Tindakan terbaru Washington dalam hal ini adalah mengirimkan amunisi yang mengandung depleted uranium ke Ukraina.

Tindakan ini diambil mengingat kebuntuan serangan balik pasukan Ukraina saat ini dan dengan harapan dapat memberikan pukulan besar terhadap militer Rusia dan penarikan tentara mereka dari wilayah yang diduduki.

Penggunaan amunisi yang mengandung depleted uranium adalah salah satu isu paling kontroversial, dan penentangnya, termasuk Koalisi Internasional untuk Melarang Senjata Uranium, telah menyatakan bahwa senjata jenis ini berbahaya dan menyebabkan kanker atau kelahiran anak-anak cacat.

Depleted uranium adalah salah satu produk sampingan dari uranium yang diperkaya, yang penggunaannya dalam amunisi menyebabkan mudahnya penetrasi pada kendaraan lapis baja dan kehancurannya yang cepat, serta menciptakan awan debu logam uranium, yang memiliki efek merusak pada manusia dan makhluk lainnya serta lingkungan.

Dalam perang Teluk Persia pada tahun 1990 dan 2003, Amerika Serikat banyak menggunakan amunisi yang mengandung depleted uranium. NATO juga menggunakan senjata destruktif ini dalam pemboman Yugoslavia pada tahun 1999.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan memberikan Ukraina amunisi yang mengandung uranium yang telah dilemahkan untuk pertama kalinya. Amunisi ini merupakan bagian dari paket senjata baru yang akan diluncurkan dalam beberapa hari mendatang.

Dari sudut pandang pemerintahan Biden, kemenangan Rusia dalam Perang Ukraina, bahkan di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini dan semakin memperluas pengaruh dan kekuatan regional dan internasional Rusia, serta akan mengubah konstelasi keamanan, militer dan politik di Eropa yang merugikan Barat.

Oleh karena itu, dalam logika pemerintah Amerika, tindakan apa pun yang menghalangi terwujudnya skenario ini, termasuk penggunaan amunisi uranium yang sudah dilemahkan, akan dibenarkan.

Selain itu, Presiden AS Joe Biden dan para pejabat tinggi militer dan keamanan di pemerintahannya percaya bahwa perang di Ukraina telah memberikan peluang yang unik dan tidak dapat diulangi untuk melawan Rusia sebanyak mungkin dan melemahkannya, dan pada akhirnya mencegah pembentukan penuh sistem multipolar.

Oleh karena itu, mereka bertekad untuk mencegah Rusia memenangkan perang di Ukraina dengan cara apa pun.

Dari sudut pandang Moskow, tujuan Amerika melanjutkan perang di Ukraina adalah untuk melemahkan Rusia semaksimal mungkin dengan tujuan akhir berupa disintegrasi.

Ini adalah masalah yang telah dinyatakan secara implisit atau bahkan secara terbuka oleh para pejabat senior Amerika.

Dalam komentar terakhir mengenai hal ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunjukkan bahwa dengan hanya 5% dari anggaran pertahanan AS, bantuan militer dan senjata diberikan ke Ukraina.

Menurutnya, Kami sedang melemahkan dan menghancurkan militer Rusia dengan biaya yang sangat rendah dibandingkan dengan pengeluaran militer kita yang lain. Rusia yang lemah adalah hal yang baik.

Dengan cara ini, diperkirakan perang di Ukraina, yang kini memasuki bulan ke-19, telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan militer yang luas, serta kehancuran infrastruktur Ukraina, bukan hanya tidak akan berakhir, tetapi dikarenakan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendapat dukungan luas dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya, akan terus berlanjut dengan intensitas yang besar.

Antonio Guterres, Sekjen PBB

Perspektif ini juga dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Antonio Guterres, Sekjen PBB pada tanggal 1 September menyatakan dirinya tidak melihat prospek untuk berakhirnya konflik di Ukraina, tetapi upaya harus dilakukan untuk mengurangi dampak destruktif perang.(sl)

Tags