Mengapa Italia Meminta Pembentukan Militer Eropa?
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa Uni Eropa harus membentuk pasukan gabungannya sendiri yang dapat berperan dalam menjaga perdamaian dan mencegah konflik.
Sambil menyatakan bahwa kerja sama Eropa yang lebih erat di bidang pertahanan merupakan prioritas bagi Forza Italia yang dipimpinnya, Tajani menyatakan, Jika kita ingin menjadi penjaga perdamaian di dunia, kita memerlukan tentara Eropa, dan ini adalah prasyarat dasar untuk memiliki satu kebijakan luar negeri Eropa yang efektif.
Menurut Tajani, Di dunia yang memiliki aktor-aktor kuat seperti Amerika Serikat, Cina, India, Rusia – dengan krisis dari Timur Tengah hingga kawasan Indo-Pasifik – warga negara Italia, Prancis, atau Slovenia hanya dapat dilindungi oleh apa yang sudah ada, yaitu Uni Eropa.
Permintaan Italia sebagai anggota penting Uni Eropa dan NATO untuk membentuk tentara Eropa sejalan dengan permintaan sebelumnya terkait hal ini sebelum terjadi perang antara Rusia dan Ukraina.
Selama masa kepresidenan mantan Presiden Amerika Donald Trump, negara-negara Eropa, dengan mempertimbangkan pendekatan negatifnya terhadap NATO dan berulang kali mengkritik kontribusi besar Washington terhadap organisasi militer ini dan meningkatnya kesenjangan dan perbedaan antara Eropa dan Amerika Serikat, sampai pada kesimpulan bahwa ada keperluan untuk membentuk tentara gabungan Eropa dan menciptakan kapasitas pertahanan Eropa yang mandiri.
Para pemimpin negara-negara utama Eropa, yaitu Prancis dan Jerman, menyimpulkan bahwa tidak mungkin untuk terus mengandalkan Washington bagi menjaga keamanan Eropa karena pendekatan otoriter dan unilateralis dari Presiden AS Donald Trump, dan Eropa harus memikirkan keamanan mereka sendiri.
Secara khusus, Trump terus-menerus menekan negara-negara anggota NATO di Eropa untuk meningkatkan anggaran militer mereka, dan pada saat yang sama, ia ingin meningkatkan bagian pengeluaran NATO mereka.
Pada saat yang sama, ancaman Trump yang terus-menerus terhadap penarikan Amerika dari NATO, yang bertujuan untuk menciptakan ketakutan di Eropa dan memaksa mereka untuk menerima persyaratan dan tuntutan Washington, menguatkan tekad para pemimpin Jerman dan Prancis untuk segera membentuk struktur pertahanan dan militer yang independen Eropa, khususnya tentara Eropa.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada Januari 2019, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengajukan gagasan untuk membentuk tentara Eropa dan menciptakan struktur keamanan yang independen, yang tentu saja mendapat reaksi tajam dari Trump.
Padahal gagasan ini secara terbuka didukung oleh Angela Merkel, Kanselir Jerman saat itu.
Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa Uni Eropa harus membentuk pasukan gabungannya sendiri yang dapat berperan dalam menjaga perdamaian dan mencegah konflik.
Sehubungan dengan itu, dalam pertemuan Selasa 22 Januari 2019 di kota Aachen, Jerman, tempat ditandatanganinya perjanjian “persahabatan dan kerja sama” kedua negara oleh Merkel dan Macron, ditegaskan juga pembentukan tentara Eropa.
Setelah Presiden Demokrat Amerika Serikat, Joe Biden, menjabat pada Januari 2021 dan upayanya memulihkan hubungan transatlantik, sikap kritis Washington terhadap NATO mereda, meski pemerintahan Biden tetap ingin agar negara-negara Eropa meningkatkan anggaran militernya.
Pecahnya perang Ukraina pada bulan Februari 2022 dan upaya nyata Amerika Serikat untuk memainkan peran sebagai pemimpin blok Barat dan NATO melawan Rusia, serta peningkatan signifikan kehadiran militer Amerika Serikat di Eropa, telah meningkatkan ketergantungan negara-negara Eropa terhadap Washington di bidang pertahanan dan keamanan, yang tentu saja merupakan tuntutan yang sama dan lama AS.
Meskipun Amerika Serikat menerima Uni Eropa sebagai kekuatan ekonomi dan memiliki interaksi ekonomi, perdagangan, dan keuangan yang luas dengan Uni Eropa, Amerika Serikat selalu menentang independensi pertahanan Eropa serta pembentukan kapasitas militer dan pertahanan independen pihak Eropa.
Pemerintahan Biden sudah pasti memiliki sikap yang sama terkait pembentukan tentara Eropa.
Tentu saja upaya negara-negara Eropa di bidang kerja sama pertahanan telah meningkat sejak perang Ukraina, tapi upaya tersebut sebagian besar terfokus pada perluasan NATO. Karenanya, Finlandia telah bergabung dengan NATO tahun lalu, dan Swedia juga akan bergabung.
Kini, sebagai negara penting Uni Eropa dan NATO, Italia ingin mengintensifkan upaya pembentukan tentara Eropa, yang merupakan kelanjutan dari tuntutan dan upaya Prancis dan Jerman di bidang ini dan akan mengarah pada lebih banyak tindakan di bidang ini.
Hal yang penting adalah bahwa Rusia, sebagai negara yang terlibat dalam perang dengan negara-negara gabungan Barat dalam Perang Ukraina, di mana Ukraina menjadi negara yang menerima bantuan militer dan senjata paling banyak dari Amerika Serikat dan Eropa, telah mengambil posisi negatif terhadap permintaan Italia untuk membentuk tentara Eropa.
Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, Sebelum membentuk tentara gabungan, Uni Eropa harus memikirkan tentang pembuatan vaksin untuk melawan Corona atau belajar melindungi perbatasannya secara manusiawi.(sl)