Ketika Sejarah Kembali Mencatat Darah, Kejahatan Ala Nazi di Gaza
https://parstoday.ir/id/news/world-i176638-ketika_sejarah_kembali_mencatat_darah_kejahatan_ala_nazi_di_gaza
Pars Today - Seorang penulis Amerika menyatakan, "Penghancuran Gaza tidak hanya berarti pembersihan etnis atau penghancuran kota Palestina, tetapi setara dengan upaya untuk menghapus sebuah bangsa, budaya, dan sejarah. Sebuah sejarah yang mengungkap kebohongan mendasar di balik pembentukan rezim Zionis."
(last modified 2025-09-06T07:42:02+00:00 )
Sep 06, 2025 14:40 Asia/Jakarta
  • Gaza
    Gaza

Pars Today - Seorang penulis Amerika menyatakan, "Penghancuran Gaza tidak hanya berarti pembersihan etnis atau penghancuran kota Palestina, tetapi setara dengan upaya untuk menghapus sebuah bangsa, budaya, dan sejarah. Sebuah sejarah yang mengungkap kebohongan mendasar di balik pembentukan rezim Zionis."

Pusat Informasi Palestina baru-baru ini menurunkan laporan yang ditulis oleh penulis Amerika Chris Hedges, Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel, dengan menggunakan mesin perangnya yang besar, telah melakukan kejahatan yang mengingatkan orang pada kekejaman Nazi. Mulai dari menciptakan kelaparan massal hingga penghancuran Kota Gaza, salah satu kota tertua di dunia.

Menurut laporan Pars Today, buldoser dan alat berat menghancurkan ratusan bangunan yang setengah hancur di Gaza, sementara tank dan pesawat Israel menembaki permukiman untuk mengusir para penyintas dari reruntuhan ke selatan.

Proses mengubah Gaza menjadi reruntuhan kosong akan memakan waktu berbulan-bulan. Sebuah pengulangan dari pemandangan yang dialami Eropa dalam Perang Dunia II ketika Warsawa, ibu kota Polandia, dihancurkan oleh tentara Nazi Jerman.

Permukiman seperti Al-Sabra dan Al-Tuffah kini dengan cepat kosong. Air minum langka dan rezim pendudukan berusaha memutus alirannya ke Gaza utara. Makanan langka atau sangat mahal. Harga satu kilogram tepung telah mencapai $22 dan terkadang setara dengan nyawa manusia.

Menurut laporan dari Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), lembaga paling berwenang di dunia tentang kelaparan, Bencana kelaparan telah terkonfirmasi di Gaza untuk pertama kalinya.

Laporan ini menambahkan, Lebih dari 500.000 orang berjuang melawan "kelaparan, kemiskinan, dan kematian" dan situasi ini akan segera menyebar ke Deir Al-Balah dan Khan Yunis. Dalam beberapa bulan terakhir saja, hampir 300 orang, termasuk 112 anak-anak, telah meninggal karena kelaparan.

Sekalipun demikian, respons para pemimpin Barat terhadap bencana moral ini hanyalah diam atau ungkapan penyesalan yang dangkal. Joe Biden, Donald Trump, dan banyak pemimpin Eropa tidak hanya terlibat dalam kejahatan ini, tetapi juga, dengan mengirimkan senjata dan dukungan keuangan kepada Israel, sebenarnya merupakan kaki tangan dalam genosida rakyat Palestina.

Israel mengatakan berniat untuk "menduduki" Gaza, tetapi kenyataannya hanyalah penghancuran total wilayah itu. Menteri Keuangan rezim tersebut, Smotrich, telah secara terbuka menyatakan bahwa Gaza harus dihancurkan sepenuhnya dan warga Palestina yang tersisa harus diusir ke selatan dan kemudian dipaksa untuk bermigrasi paksa ke negara lain.

Dalam proses yang sama, warisan sejarah dan budaya Gaza juga telah menjadi sasaran sistematis. Monumen-monumen kuno seperti Istana Al-Pasha era Mamluk, Kastil Barquq, Masjid Agung Omari, dan bahkan pemakaman bersejarah Romawi dan Persemakmuran telah dihancurkan, bersama dengan universitas, arsip, rumah sakit, dan gereja-gereja.

Pelabuhan kuno Anthedon (Blakhiyeh), yang berusia lebih dari tiga ribu tahun, kini hanya menjadi tumpukan tanah. Penghancuran monumen-monumen ini merupakan serangan langsung terhadap memori sejarah dan budaya umat manusia.

Kebijakan ini bukan hanya kejahatan terhadap rakyat Palestina, tetapi juga serangan terhadap warisan peradaban dunia. Sebagaimana di Bosnia, bangsa Serbia mencoba menghapus masa lalu dengan meledakkan masjid-masjid, Israel memiliki tujuan serupa di Gaza, menghapus masa lalu dan menggantinya dengan mitos-mitos Zionis untuk membenarkan pendudukan dan genosida.

Selagi Israel berusaha menghapus Gaza dari peta, sebenarnya mereka menabur benih kehancurannya sendiri. Tanah yang dibangun di atas penyangkalan, kekerasan, dan genosida cepat atau lambat akan menghadapi kenyataan yang tak terelakkan: kehancuran dari dalam.(sl)