Greta Thunberg: Kami Bukan Pahlawan!
https://parstoday.ir/id/news/world-i177938-greta_thunberg_kami_bukan_pahlawan!
Greta Thunberg, salah satu anggota Armada Sumud, disambut layaknya pahlawan setelah dibebaskan dari penjara rezim Zionis di Yunani. Namun, menjawab seruan massa yang menyebut dirinya dan rekan-rekannya sebagai “pahlawan,” ia berkata: “Kami bukan pahlawan.”
(last modified 2025-10-08T03:52:11+00:00 )
Okt 08, 2025 10:44 Asia/Jakarta
  • Greta Thunberg: Kami Bukan Pahlawan!

Greta Thunberg, salah satu anggota Armada Sumud, disambut layaknya pahlawan setelah dibebaskan dari penjara rezim Zionis di Yunani. Namun, menjawab seruan massa yang menyebut dirinya dan rekan-rekannya sebagai “pahlawan,” ia berkata: “Kami bukan pahlawan.”

Tehran, Parstoday – Greta Thunberg bersama ratusan aktivis hak asasi manusia berusaha memasuki Gaza melalui Armada Sumud untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga tertindas di sana. Namun, konvoi tersebut dicegat oleh pasukan militer rezim pendudukan Israel dan para anggotanya ditangkap.

Banyak dari mereka, termasuk Thunberg, mengalami kekerasan dan pelecehan oleh aparat Zionis.Penyiksaan ini tidak membuat Greta dan rekan-rekannya menyesali keputusan mereka. Mereka tetap teguh pada jalan yang telah mereka pilih, dan segera setelah tiba di bandara, mereka melakukan pengungkapan kepada media untuk menyuarakan penderitaan rakyat Gaza kepada dunia.

Greta yang berusia 22 tahun, dengan pemahaman mendalam tentang ketidakadilan global, telah mencegah media meminggirkan isu utama. Setelah dibebaskan dari penjara Israel, ia berkata:

“Saya bisa saja berbicara berjam-jam tentang perlakuan buruk dan penyiksaan di penjara Israel, tetapi itu bukan cerita sebenarnya.”

Ya, dengan kecerdasannya, ia memastikan agar cerita utama — yaitu genosida di Gaza — tidak tertutupi oleh kisah penahanannya. Pemahaman seperti inilah yang sangat langka di dunia saat ini, di mana manusia sering disibukkan oleh hal-hal remeh dan lupa pada pokok permasalahan. Greta dan rekan-rekannya bukan melakukan aksi untuk mencari sorotan media atau keuntungan politik, tetapi semata-mata untuk Gaza dan untuk kemanusiaan, dengan mempertaruhkan nyawa mereka demi menyampaikan kebenaran.

Di bandara, kepada massa yang meneriakkan slogan dukungan, Greta berkata,“Di depan mata kita sedang terjadi genosida. Tak seorang pun berhak berkata bahwa mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. Di masa depan, tak ada seorang pun yang bisa mengaku tidak tahu tentang pembantaian ini. Berdasarkan hukum internasional, negara-negara berkewajiban mencegah genosida, tetapi kita tidak melihat upaya sedikit pun dari pemerintah-pemerintah kita. Sistem internasional telah berkhianat kepada rakyat Palestina dan gagal menghentikan kejahatan perang.”

Kantor berita Anadolu melaporkan bahwa Greta menyebut Israel sebagai rezim genosida dan menegaskan bahwa rezim ini berusaha memusnahkan satu bangsa di depan mata dunia.Sudah dua tahun sejak dimulainya kejahatan-kejahatan keji Zionis atas dalih peristiwa 7 Oktober. Namun, berbeda dengan para pemimpin negara yang berusaha membenarkan tindakan tersebut, orang-orang merdeka di dunia tidak mampu menerima kebiadaban dan kekejaman sebesar itu.

Greta berkata,“Saya tidak akan pernah bisa memahami bagaimana manusia dapat sekejam ini.”

Sementara banyak negara menutup mata terhadap semua kekejaman ini demi menjilat Amerika Serikat, gadis pemberani ini menanggapi langsung pernyataan Donald Trump dengan keberanian.

Pada pagi hari Selasa, 7 Oktober, Greta menulis di akun Instagram-nya,“Saya mendengar bahwa Donald Trump kembali memberikan komentar menjilat tentang pribadi saya. Saya menghargai perhatiannya terhadap kesehatan mental saya. Namun, saya mohon agar setiap saran yang ia berikan untuk mengatasi ‘masalah pengendalian amarah’ saya, juga ia terapkan pada dirinya sendiri, karena berdasarkan rekam jejaknya, tampaknya ia juga menderita hal yang sama.”

Menurut laporan Politico, Trump setelah penangkapan dan deportasi Greta oleh Israel, menyebutnya “pemarah” dan “pembuat onar.” Ia berkata kepada para jurnalis,“Dia hanya pembuat masalah. Dia bukan lagi aktivis lingkungan. Dia punya masalah pengendalian amarah. Saya pikir dia perlu pergi ke dokter. Pernahkah kalian melihatnya? Dia gadis yang sangat marah, sangat gila.”

Beginilah Trump dan orang-orang sejenisnya berusaha membungkam setiap suara yang membela Gaza — sebagian dengan suap, sebagian dengan label buruk seperti kepada Greta, dan sebagian lainnya dengan pembunuhan atau pengeboman.Inilah kondisi dunia kita hari ini. Namun selama masih ada orang seperti Greta, tak ada label atau ancaman yang mampu membungkam mereka. Selama masih ada pahlawan sejati seperti rakyat Gaza yang terus melawan meski menghadapi kejahatan tanpa henti, selalu ada harapan bahwa dunia ini dapat diselamatkan dari tangan para penjahat.(PH)