Direktur ICMES: Persatuan Dunia Islam, Kunci Pembebasan Palestina
Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), Dina Sulaeman menjelaskan posisi signifikan peringatan Hari Quds Intenasional sebagai bagian penting dari gerakan pembebasan Palestina.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran ini kepada Parstoday Indonesia mengungkapkan urgensi Hari Quds Internasional dari beberapa poin penting, termasuk dari perspektif internal rezim Zionis, sejak pendiriannya yang ilegal pada 14 Mei 1948 hingga saat ini.
"Sudah 75 tahun berlalu sejak negara ilegal Israel dideklarasikan pada 14 Mei 1948 dengan melakukan pengusiran besar-besaran terhadap bangsa Arab Palestina. Tapi korban sesungguhnya Israel ini bukan hanya bangsa Palestina," ujar dosen HI Unpad ini.
"Israel bisa diibaratkan sebagai kanker di Timur Tengah, yaitu penyebab penderitaan yang dialami bangsa-bangsa di kawasan tersebut. Penyebabnya adalah ambisi rezim Zionis sebenarnya tidak hanya menguasai Palestina secara keseluruhan, tapi juga wilayah-wilayah di sekitarnya mulai dari Sungai Nil di Mesir hingga Eufrat di Irak yang mereka klaim sebagai Israel raya," paparnya.
Israel terlibat dalam berbagai kejahatan termasuk penggulingan rezim di Suriah bahkan, hingga kini dengan membombardir berbagai daerah di negara Arab ini.
Peneliti Timur Tengah ini memandang sebenarnya perlawanan terhadap Israel terus dilakukan bangsa-bangsa Arab. Misalnya, perang tahun 1948, 1967, dan 1973. Namun perlawanan tersebut mengalami kegagalan, karena kurangnya persatuan dan munculnya perpecahan di antara mereka.
Rezim Zionis juga berupaya membujuk elit-elit negera-negara Arab untuk mengkhianati suara bangsanya sendiri. Itulah sebabnya satu demi satu rezim-rezim Arab melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Masalah utama, tutur Dina, perlu ada upaya serius untuk menciptakan persatuan di dunia Islam. Sebab, persatuan Islam menjadi kunci mengalahkan rezim Zionis untuk memerdekakan Palestina.
Para ulama dari berbagai negara telah menekankan pentingnya persatuan Islam dalam membela perjuangan Palestina. Salah satu ulama dari Iran yang terdepan dalam mendukung Palestina, Imam Khomeini, mengumumkan Jumat terakhir di bulan suci Ramadan sebagai "Hari Quds Internasional" pada tahun 1979. Semakin hari, seruan ini terus menemukan peran pentingnya, terutama saat ini, ketika geopolitik global mengalami pergeseran.
Kekuatan AS yang menjadi pendukung utama Israel saat ini semakin memuda. Bahkan imbasnya, negara-negara Arab sudah berani mengambil sikap berbeda dari langkah Washington, sebagaimana upaya pemulihan hubungan yang dilakukan negara-negara dengan Iran dan Suriah.
"Negara-negara Arab mulai menyadari bahwa Amerika Serikat tidak sekuat dan Iran bukan musuh mereka," jelas Dina.
Dina meyakini saat ini umat Muslim di seluruh dunia harus bergandengan tangan dengan umat non-Muslim yang memiliki pandangan yang sama mengenai keadilan dan kemanusiaan untuk sama-sama semakin berani, semakin lantang melawan dominasi AS.
"Ini tidak hanya diwujudkan dengan suara saja, tapi juga dalam langkah konkrit. Misalnya dengan dedolarisasi, melepaskan diri dari dolar. Karena dolar adalah salah satu pilar utama dominasi ekonomi AS di dunia. Ketika pilarnya ini runtuh, dan kekuatan AS melemah, dan AS tidak mampu lagi menyangga Israel, maka saat itulah runtuhnya kekuatan Zionis akan kita saksikan," jelas Dina.(PH)