Kalam Hikmah (55): Reaksioner adalah Lawan dari Revolusi
Lawan dari revolusi adalah sikap reaksioner. Banyak dari revolusi dunia terjebak dalam sikap reaksioner. Artinya, setelah berlalu lima tahun, sepuluh tahun, atau lima belas tahun, sejak digulirkannya revolusi, mereka menjadi reaksioner dan mundur karena kelalaian mereka sendiri. Sikap reaksioner ini merupakan kebalikan dari revolusi.
Keduanya, baik kemajuan revolusioner maupun kemunduran dalam arti reaksioner, tergantung pada kehendak manusia. Ketika manusia bergerak dengan benar, maka ia maju dengan benar. Sementara bila bergerak secara salah, maka mereka akan mengalami kemunduran, dan dua masalah ini telah disinggung dalam al-Quran.
Dalam Surat al-Ra'd, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”, konteks ayat-ayat dalam Surat tersebut menunjukkan bahwa [ayat ini] mengungkap aspek positif. Atinya, ketika Anda menciptakan perubahan positif dalam diri Anda, maka Allah Swt juga menciptakan peristiwa-peristiwa, dan realitas yang positif bagi Anda.
Berikutnya disinggung dalam Surat al-Anfal, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”, ini sisi negatifnya, yaitu dimensi kemunduran.
Jika Allah memberikan nikmat kepada suatu bangsa, dan bangsa ini tidak bergerak dengan benar, tidak bertindak dengan benar, maka Allah akan mengambil nikmat itu dari mereka.
Di dalam Doa Kumail, Anda membaca, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mengubah nikmat-nikmat.” Perubahan nikmat di sini berarti hilangnya nikmat, sesuatu yang berasal dari kehendak.
Kita harus sangat waspada, dan berhati-hati agar tidak terjebak dalam situasi ini.