Lintasan Sejarah 10 September 2023
Hari ini, Ahad, 10 September 2023 bertepatan dengan 24 Safar 1445 H dan menurut kalender nasional Iran adalah tanggal 19 Shahrivar 1402 HS. Berikut ini adalah sejumlah peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini.
Ibnu Durustuwiyah, Ahli Nahwu Meninggal
Tanggal 24 Shafar 347 HQ, Ibnu Durustuwiyah, ahli Nahwu meninggal dunia di Baghdad dalam usia 88 tahun.
Abu Muhammad, Abdullah bin Jakfar bin Muhammad bin Durustuwiyah, ahli nahwu, bahasa dan sastra Arab lahir di kota Baghdad tahun 258 Hq. Ia juga menguasai ilmu hadis dan dalam ilmu nahwu Ibnu Durustuwiyah mengikuti Ali bin Isa Rummani dan Mubarrad.
Ibnu Durustuwiyah banyak meninggalkan karya seperti al-Irsyad, al-Kuttab, Akhbar an-Nahwiyyin dan Ma’ani Syi’r.
Penandatanganan Perjanjian Saint Germain
Tanggal 10 September 1919, ditandatangani perjanjian Saint Germain antara negara-negara pemimpin Perang Dunia Pertama dengan kaisar Austria.
Menurut perjanjian ini, wilayah imperium Austria dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Austria, Hongaria, dan Chekoslovakia. Beberapa bagian dari wilayah Austria juga diserahkan kepada Italia, Yugoslavia, Soviet, Polandia, dan Romania.
Dalam perjanjian ini juga disebutkan bahwa perjanjian antara Austria dan Jerman yang telah ditandatangani sebelumnya, dibatalkan dan Austria dilarang mengikat perjanjian apapun dengan Jerman. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah Austria dan Jerman membentuk kembali sebuah kekuatan besar.
Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani Wafat
Tanggal 19 Shahrivar 1358 HS, Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani meninggal dunia pada dalam usia 69 tahun dan dikuburkan di Behesht Zahra, Tehran.
Ayatullah Sayid Mahmoud Taleghani lahir di kota Taliqan pada 1289 HS. Setelah mempelajari pendidikan agama di kotanya, beliau pergi ke kota Qom untuk lebih memperdalam pendidikan agamanya. Di Qom beliau ikut kuliah-kuliah Ayatullah Sayid Mohammad Hojjat Kouh Kamareh-i, Sayid Mohammad Taqi Khonsari untuk tingkat mujtahid dan memperoleh ijazah berijtihad dari Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi.
Aktivitas perjuangan Ayatullah Taleghani telah dimulai semenjak beliau memasuki hauzah ilmiah Qom. Pada 1318 HS, untuk pertama kalinya beliau mengeluarkan pernyataan kebenciannya terhadap rezim Shah Pahlevi terkait peristiwa Kashf Hejab (pelarangan memakai hijab). Menyusul pernyataan yang dikeluarkan, Ayatullah Taleghani ditangkap dan dipenjarakan. Pasca bulan Shahrivar 1320 HS, beliau secara resmi menyatakan perjuangannya menentang Shah Pahlevi. Beliau akhirnya dipenjara lagi dengan tuduhan menyembunyikan Syahid Navvab Shafavi.
Pada tahun 1330 dan 1331 HS beliau melakukan kunjungan ke negara Mesir dan Yordania atas usulan Ayatullah Boroujerdi untuk ikut dalam kerjasama antara Muslimin. Pada tahun 1342 HS, Ayatullah Taleghani kembali terjun ke medan perjuangan mengikuti Imam Khomeini ra dan beberapa kali beliau kembali dipenjarakan oleh rezim Shah.
Selama dipenjara, beliau mendapat kesulitan yang luar biasa, tapi Ayatullah Taleghani tidak pernah menunjukkan keletihan. Beliau melewati lebih dari 11 tahun di penjara dan senantiasa menjadi teladan perjuangan. Setiap kali beliau dibebaskan, maka yang dilakukannya adalah melanjutkan jalan perjuangan yang telah ditempuh sebelumnya. Setelah dibebaskan dari penjara pada tahun 1357 HS, beliau memainkan peran penting dalam pawai-pawai akbar tanggal 9 dan 10 bulan Muharram.
Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Taleghani terpilih mengetuai Dewan Revolusi dan dalam pemilu anggota Dewan Ahli Kepemimpinan (Majelis Khubregan Rahbari) beliau terpilih mewakili warga Tehran. Pada awal bulan Mordad 1358 HS, beliau diangkat oleh Imam Khomeini ra sebagai Imam Jumat Tehran. Shalat Jumat terakhir yang dipimpin oleh Ayatullah Taleghani terjadi pada peringatan Jumat Berdarah 17 Shahrivar di pekuburan Behehst-e Zahra.
Selain berjuang, beliau ternyata tidak melupakan aktivitas budaya dan keilmuan. Ayatullah Taleghani meninggalkan sejumlah karya ilmiah seperti Tafsir Partovi az Quran dalam 6 jilid, Partovi az Nahjul Balaghah, Azadi va Istibdad, Darsi az Quran dan Dars-e Vahdat.