Nov 19, 2018 15:42 Asia/Jakarta
  • teknologi nuklir Iran
    teknologi nuklir Iran

Para peneliti Iran berhasil merancang dan menciptakan sensor nano yang mampu mendiagnosa penyebab alergi (alergen) yang terkandung dalam makanan laut dengan akurasi tinggi dan biaya murah. Alergi makanan yang ditimbulkan oleh alergen setiap tahun memakan biaya dan menimbulkan banyak masalah.

Meski sebagian besar senyawa penyebab alergi dalam makanan hilang ketika makanan dimasak, namun beberapa dari senyawa itu tetap bertahan hidup dalam suhu panas dan merupakan zat berbahaya.

Oleh karena itu, diagnosa dan pengukuran tingkat senyawa ini secara akurat untuk menurunkan biaya dan mengurangi masalah yang ditimbulkannya, merupakan hal yang urgen.

Menurut pelaksana proyek ini, Tropomyosin merupakan salah satu senyawa penyebab alergi yang konstan dan bertahan di bawah suhu panas di banyak jenis makanan laut. Diagnosa senyawa tropomyosin dalam makanan laut dari segi medis dan ekonomi, sangat penting.

Dalam proyek penelitian ini dirancang dan dibuat sebuah sensor nano gambar elektrokimia yang mendiagnosa dan mengukur komposisi tropomyosin dalam skala nanogram per mililiter.

Biaya diagnosa komposisi ini berkat bantuan sensor nano yang dibuat dalam penelitian ini, lebih murah dan memiliki akurasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lain.

Dalam proses pembuatan sensor nano yang merupakan upaya beberapa staf pengajar Universitas Razi Kermanshah dan Universitas Kedokteran Tehran ini, digunakan partikel nano TiO2 dan nanosheet N3C4 secara bersamaan.

Kedua nanomaterial ini mampu mengubah energi cahaya menjadi sinyal-sinyal elektrokimia, tapi penggunaan secara bersamaan dua energi yang dibutuhkan untuk memindahkan elektron dari lapisan kapasitas ke lapisan konduksi, mengalami penurunan.

Oleh karena itu, radiasi cahaya visibel dapat melakukan hal ini dibandingkan sinar ultraviolet. Dikarenakan harga lampu-lampu ultraviolet mahal dan tingkat bahaya lampu visibel lebih tinggi, maka penemuan ini merupakan sebuah manfaat besar bagi sensor nano ini.  

Di bidang nano teknologi, para peneliti Iran juga berhasil menciptakan sebuah laboratorium membran komposit nano baru. Membran-membran ini memiliki kemampuan yang baik dalam memisahkan campuran gas dan membersihkan gas dari hidrogen sulfida dan karbon dioksida dengan waktu dan energi yang lebih sedikit.

Pemurnian dan penghilangan kotoran-kotoran yang ada dalam gas alami untuk menurunkan tingkat korosi pipa gas dan menghemat biaya transportasi dan pemeliharaan, perbaikan kinerja dan peningkatan nilai termal gas serta penurunan tingkat pencemaran dan masalah lingkungan hidup, merupakan salah satu masalah terpenting yang dihadapi industri minyak dan gas.

Sekitar 80 persen gas alami, saat ekstraksi, dibentuk oleh metana dan kotoran-kotoran lain seperti gas karbon dioksida, hidrogen, nitrogen, hidrogen sulfida dan senyawa sulfur lainnya juga dapat disaksikan.

teknologi nano Iran

Dalam penelitian ini, para peneliti Universitas Arak Iran, berhasil mensintetiskan membran-membran komposit nano yang memiliki kemampuan yang baik dalam memisahkan kotoran-kotoran gas.

Saat ini untuk membersihkan kontaminan-kontaminan pada gas alami, lebih banyak digunakan metode-metode seperti distilasi, ekstraksi, penyerapan dan adsorpsi dengan memanfaatkan pelarut organik.

Metode-metode di atas mengeluarkan energi dan biaya yang sangat besar, dan membutuhkan peralatan khusus. Di sisi lain, penggunaan pelarut juga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Menurut pelaksana proyek penelitian ini, penggunaan membran-membran lebih hemat jika dibandingkan dengan metode-metode yang ada sekarang karena efisiensi dan manfaat membran yang tinggi, kemampuan pemisahan yang cepat, pengoperasian yang sederhana, tidak menggunakan pelarut dan absorben-absorben mahal. Pada saat yang sama, metode ini jelas ramah lingkungan.

Tim peneliti Jerman dan Republik Ceko dengan kerja sama ilmuwan Iran, kembali membuktikan kebenaran teori Albert Einstein tentang Lubang Hitam. Berdasarkan teori relativitas, gravitasi bukan gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan ruang dan waktu.

Utamanya, kelengkungan ruang waktu berhubungan langsung dengan momentum empat (energi massa dan momentum linear) dari materi atau radiasi apa saja yang ada. Hal ini mengakibatkan benda-benda langit menyimpang dari jalurnya.

Para peneliti mengamati tiga bintang yang ada di sebuah sudut dekat Lubang Hitam di pusat galaksi Bima Sakti, dan dengan bantuan teleskop terbesar di dunia yang berada di Chile, mereka mengikuti pergerakan bintang-bintang di sekitar Lubang Hitam.

Para peneliti dalam pengamatannya menemukan bahwa salah satu bintang bernama S2, sedikit bergeser dari orbitnya dan hal ini menunjukkan adanya dampak relativitas. Jika pengamatan mereka benar, teori relativitas Einstein dalam masalah gravitasi juga bisa dibuktikan dengan menggunakan benda-benda langit seperti Lubang Hitam. Lubang Hitam yang ada di galaksi Bima Sakti volumenya 4,3 juta kali bobot matahari.

Sebelum ini, pergerakan planet Merkurius juga membuktikan kebenaran teori Einstein, namun gravitasi matahari lebih lemah dibandingkan dengan sebuah lubang hitam supermasif.

Oleh karena itu, para peneliti memutuskan untuk menguji teori Einstein pada ruang yang kondisinya lebih rumit. Penelitian ini dapat membuka jalan bagi penelitian lain terkait lubang hitam supermasif di alam semesta ini, begitu juga kajian yang lebih mendalam tentang hubungan fisika gravitasi.

Pengobatan penyakit berbahaya semacam ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) dan Huntington (HD) yang bisa merusak sistem saraf otak manusia dapat disembuhkan dengan rekayasa gen. ALS adalah penyakit saraf yang menyerang neuron yang mengendalikan otot lurik.

Pada ALS terjadi degenerasi sel saraf sehingga tidak terjadi transmisi molekul neurotransmiter dari otak menuju ke otot, dan mengakibatkan disfungsi otot, sehingga otot menjadi lemah, mengalami atrofi otot dan fasciculation. Penyakit Huntington menyebabkan penurunan kontrol otot secara signifikan, gangguan emosi dan patologi dalam sel saraf otak.

CRISPR-Cas9 adalah metode rekayasa genetik paling mutakhir sampai hari ini dan bisa menciptakan perubahan dalam DNA manusia. Penggunaan metode ini selain dapat membantu penyembuhan beberapa jenis penyakit, juga bisa digunakan untuk mengobati penyakit berbahaya seperti ALS dan Huntington.

Para peneliti di Universitas San Diego menemukan sebuah metode untuk merekayasa RNA (ribonucleic acid) atau asam ribonukleat (ARN) yang dinamai RCas-9. RNA dan DNA adalah asam nukleat, dan bersama dengan protein dan karbohidrat, merupakan empat makromolekul utama yang penting untuk semua bentuk kehidupan yang diketahui.

Metode ini dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan molekul (molecular errors) yang menyebabkan munculnya dua penyakit tersebut. Penemuan ini dilakukan dengan menciptakan perubahan pada beberapa enzim-enzim target dalam molekul RNA dan hasilnya di laboratorium adalah restorasi dan modifikasi hampir seluruh RNA yang cedera pada sel-sel otot seorang pasien.

Tantangan utama metode Rcas-9 adalah penggunaan metode ini di lingkungan biasa dan terhadap sel-sel badan manusia. Sampai hari ini, tidak ada pengobatan ampuh untuk menyembuhkan penyakit ALS dan Huntington.[]