Nov 30, 2018 15:30 Asia/Jakarta
  • perkembangan teknologi Iran
    perkembangan teknologi Iran

Para peneliti Iran bekerjasama dengan Universitas Teknologi Malaysia berhasil menciptakan sebuah nano komposit yang dapat membantu menentukan prosentase salah satu jenis zat karsinogen dalam komposisi makanan yang sering dikonsumsi manusia seperti kentang.

Akrilamida (atau amida akrilat) adalah senyawa organik sederhana dengan rumus kimia C3H5NO dan berpotensi berbahaya bagi kesehatan (menyebabkan kanker atau karsinogenik).

Pada tahun 2002 seorang ilmuwan Swedia membuktikan bahwa senyawa ini dapat diproduksi dalam bahan makanan yang mengandung karbohidrat termasuk kentang, roti dan umbi merah atau beetroot, dengan cara memanaskan dan menggorengnya.

Menurut para peneliti, senyawa organik ini merupakan ancaman serius bagi para pengkonsumsi makanan dan levelnya dalam bahan makanan harus didiagnosa dan diukur sebelum masuk ke rantai konsumsi.

Dalam penelitian ini dibuat sebuah nano komposit hybrid dengan menggunakan magnetic nanoparticles, grafena dan nano partikel hybrid organik-mineral yang berfungsi sebagai absorben dan dapat menghapus sampel matriks dan faktor determinan senyawa akrilamida.

Saat ini, pengukuran tingkat senyawa tersebut dalam beberapa sampel uji coba, terhitung rumit dan berbiaya mahal.

Karena urgensitas dan pentingnya metode cepat serta murah untuk menentukan akrilamida pada berbagai jenis makanan, maka dalam proyek penelitian ini para peneliti berusaha menggunakan metode baru untuk mengukur komposisi akrilamida dalam sampel-sampel kentang biasa, kentang ungu, keripik, cheese puffs, pisang, terung dan roti bakar.

Menurut pelaksana proyek penelitian, nano absorben ini memiliki kemampuan mengukur dan kekuatan pemulihan yang tinggi. Peluang penggunaan berkesinambungan dan murah, merupakan kegunaan lain dari nano absorben ini.

Begitu juga karena kandungan magnetis pada nano komposit, tidak diperlukan filter dan sentrifugal, dan karakteristik ini selain bisa menurunkan biaya, juga mengurangi waktu analisa.

Metode yang digunakan oleh para peneliti setelah melalui proses komersialisasi dapat diserahkan kepada laboratorium kontrol kualitas makanan. Selain itu, hasilnya nanti dapat digunakan untuk menyusun standar nasional makanan.

Dalam sebuah penelitian bersama lainnya, para peneliti Iran dengan kerja sama peneliti Australia berhasil menciptakan perancah dari serat nano yang diambil dari kulit burung unta yang merupakan opsi tepat untuk mendesain lapisan-lapisan penutup luka dan rekayasa jaringan kulit serta penyembuhan luka.

Hingga kini banyak penderita penyakit kulit berhasil disembuhkan oleh produk-produk rekayasa jaringan, namun sampai sekarang belum tampak kesembuhan total dari kulit yang terluka itu, dan para peneliti masih terus mengevaluasi bahan serta perancah-perancah dengan efektivitas yang lebih baik dan mirip dengan struktur dan kinerja kulit alami.

Oleh karena itu, para peneliti di proyek ini terus men-sintetiskan perancah dari serat nano dengan basis minyak burung unta (Emu Oil) dengan sel-sel induk dalam memproduksi penutup luka dan cangkok kulit biologis.

perusahaan berbasis iptek di Karajm Iran

Menurut para peneliti, perancah yang mengandung minyak burung unta, Emu Oil untuk membantu koneksi, ketahanan, perkembangbiakan dan distingsi sel-sel induk epidermal yang merupakan derivasi dari jaringan lemak, sangat tepat dan untuk memproduksi penutup luka serta pengganti rekayasa jaringan dengan sel induk, selalu menjadi pilihan tepat.

Peneliti Iran, Dr. Reza Malekzadeh mendapat penghargaan dari Badan Internasional Penelitian Kanker, IARC. Malekzadeh adalah seorang pengajar di Universitas Kedokteran Tehran sekaligus ketua pusat riset pencernaan dan liver.

Ia mendapat penghargaan itu karena aktivitasnya yang luar biasa di bidang riset kanker khususnya diagnosa faktor-faktor penyebab dan penyebaran kanker pencernaan serta kerja kerasnya menciptakan kapasitas penelitian kanker di Iran.

Peneliti Iran ini membuka kelompok studi kohor Iran yang terbesar di Timur Tengah dan Afrika Utara dengan anggota menacapai 50 ribu orang di wilayah Golestan sebagai lokasi penyebaran kanker esofagus terbesar di Iran dan berhasil mencapai sejumlah temuan penting dalam studinya.

Laporan Daftar Pencatatan Kanker Penduduk Provinsi Golestan yang merupakan prasyarat studi besar kohor Golestan, di buat di bawah pimpinan peneliti Iran ini dan merupakan laporan resmi dan kredibel pertama terkait kondisi kanker Iran yang kemudian dimasukkan ke dalam buku berjudul Cancer in Five Continents. Buku ini termasuk buku referensi dunia dalam masalah kanker.

Penyusunan program menyeluruh terkait peningkatan pencatatan kanker di Iran, pendirian biobank kanker sebagai salah satu biobank pertama Iran di Provinsi Golestan untuk membantu diagnosa cepat dan pengobatan penderita kanker, merupakan upaya lain yang dilakukan ilmuwan Iran ini.

Dr. Malekzadeh juga termasuk salah satu peneliti utama studi dunia di Institute of Health Metrics and Evaluation yang mengkaji 32 jenis kanker di 195 negara dunia.

IARC adalah lembaga profesional dan interdisipliner yang berada di bawah WHO. Lembaga ini bekerja di bidang studi kanker dan tugasnya memperluas kerja sama internasional dalam bidang penelitian kanker.

Badan dunia ini menggunakan keterampilan epidemiologi, ilmu tentang laboratorium dan biostatistik untuk mendiagnosa sebab-sebab kanker sehingga dengan langkah pencegahan, beban pasien dan penderitaannya dapat berkurang.

Salah satu kewajiban penting lembaga ini adalah melakukan koordinasi riset di negara-negara dan berbagai organisasi.

Peran independen lembaga ini sebagai sebuah organisasi internasional adalah memudahkan proses tersebut. Kantor pusat IARC terletak di Perancis dan beranggotakan 25 negara dunia.

Sementara itu perubahan besar terjadi baru-baru ini di bidang rekayasa genetik. Sekelompok peneliti Jepang dengan memanfaatkan ilmu rekayasa genetik, melakukan perubahan mengejutkan di beberapa tubuh ayam betina sehingga telur-telur yang dihasilkan memiliki khasiat obat dan berguna untuk melawan penyakit kanker dan hepatitis.

Para ilmuwan berharap perubahan besar ini dapat mengurangi biaya pengobatan beberapa jenis penyakit secara signifikan.

Interferon Beta adalah salah satu jenis protein yang biasa digunakan untuk mengobati kanker kulit ganas dan hepatitis.

Jika para ilmuwan mampu menciptakan protein ini secara aman dari ayam-ayam petelur, maka biaya produksi obat-obatan yang mengandung protein ini bisa ditekan secara signifikan.

Oleh karena itu, para peneliti menyuntikkan gen-gen yang mengandung protein ini ke sel-sel perintis pada sperma ayam. Sel-sel ini juga digunakan untuk memproduksi telur dan pekerjaan ini dapat dilakukan terus menerus.

Hingga kini rekayasa genetik dengan metode ini sudah dilakukan terhadap tiga ayam dan ketiganya bisa memproduksi telur obat setiap hari. []