Sep 20, 2019 21:29 Asia/Jakarta

Agresi militer pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman telah berlangsung selama 54 bulan, namun rezim Al Saud gagal menaklukkan rakyat negara ini.

Sebaliknya, militer dan pasukan rakyat Yaman, Ansarullah berhasil meningkatkan kemampuannya di tengah-tengah blokade darat, laut dan udara, dan bahkan membalas kejahatan Arab Saudi selama beberapa tahun terakhir.

Juru bicara militer Yaman Brigadir Jenderal Yahya Saree mengkonfirmasi bahwa 10 pesawat tanpa awak Yaman telah menyerang dua kilang minyak Arab Saudi di bagian timur negara Arab ini.

Kilang minyak Buqayq (Abqaiq) dan Khurais di bagian timur Arab Saudi menjadi sasaran balasan Yaman pada Sabtu dini hari, 14 September 2019.

Serangan drone Yaman ke fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi di Abqaiq dan Khurais, membawa dampak buruk bagi ekonomi dan keamanan negara itu.

Serangan ke fasilitas perusahaan minyak Aramco ini memiliki dampak jangka pendek dan panjang. Dampak jangka pendek, 50 persen dari produksi minyak Saudi terhenti akibat serangan itu.

Menteri Energi Arab Saudi, Abdulaziz bin Salman mengatakan serangan drone Yaman menyebabkan terhentinya produksi lebih dari lima juta barel minyaknya.

Dampak jangka pendek lainnya adalah perusahaan Aramco menderita kerugian ekonomi yang besar atas kejadian itu. Televisi Amerika CNBC menyatakan kerugian perusahaan Aramco mencapai 31 miliar dolar.

Serangan itu juga berdampak pada bursa saham Arab Saudi. Bursa saham negara itu langsung bereaksi terhadap serangan ke Aramco dan nilainya anjlok dua persen.

Serangan ini tentu memiliki dampak jangka panjang bagi Riyadh. Menurut Abdulaziz bin Salman, Abqaiq adalah jantung industri minyak Arab Saudi. Dengan demikian, Ansarullah dan militer Yaman telah menargetkan jantung industri minyak negara itu.

Situs media Bloomberg dalam analisanya menulis bahwa serangan ke fasilitas Abqaiq membuat Arab Saudi terkena serangan jantung.

Aksi Ansarullah Yaman dinilai akan berpengaruh langsung pada program Visi Saudi 2030 dan bahkan dapat membuyarkan mimpi Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Raja Salman belum lama ini memecat Menteri Energi Khalid al-Falih karena terlibat perselisihan dengan MBS, yang ingin mewujudkan Visi Saudi 2030 dengan menjual sebagian saham Aramco.

Penunjukan Abdulaziz – putra Raja Salman – bertujuan untuk memuluskan rencana penjualan saham Aramco, namun serangan Ansarullah akan membuat rencana itu terganggu atau bahkan tertunda.

MBS ingin menarik investasi asing di sektor minyak Saudi untuk mendukung tujuannya dalam Visi Saudi 2030, tetapi masuknya arus modal asing sangat bergantung pada situasi keamanan.

Serangan beruntun Ansarullan dan militer Yaman ke wilayah Saudi membuktikan bahwa negara itu tidak aman dan iklimnya tidak mendukung untuk investasi asing.

Target serangan yang berjarak 1.200 kilometer dari Sana'a ini menunjukkan bahwa infrastruktur ekonomi di seluruh wilayah Saudi berada dalam jangkauan senjata Yaman.

Arab Saudi sebenarnya sedang menghadapi situasi yang sulit di Yaman dan negara itu sudah terjebak dalam rawa perang yang digali oleh mereka sendiri di Yaman. (RA)

Tags