Apr 15, 2022 15:12 Asia/Jakarta
  • Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh .
    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh .

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh menanggapi laporan tahunan Kemenlu Amerika Serikat dan menolak klaim-klaim tak berdasar mengenai Iran dalam laporan ini.

Dia mengatakan, publikasi laporan berulang dan tidak berdasar tidak akan pernah menciptakan legitimasi untuk laporan semacam itu.

"Tidak ada harapan dari pemerintah AS yang kecanduan kebohongan untuk menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Sifat bias, politis, dan interventif dari laporan tahunan Kemenlu AS jelas bagi semua orang dan bagi rakyat Iran," ujarnya pada hari Kamis (14/4/2022) seperti dilansir IRNA.

Dia menambahkan, pemerintah AS, dengan sejarahnya yang dipenuhi dengan perang, kudeta, agresi, teror, pembunuhan, penculikan, blokade ekonomi dan pembunuhan terhadap orang-orang tak bersalah di seluruh dunia, adalah pelanggar utama terhadap hak asasi manusia dan Gedung Putih sama sekali tidak layak untuk berbicara tentang konsep luhur seperti hak asasi manusia.

"AS meneteskan air mata buaya tentang rakyat Iran ketika kejahatan-kejahatannya terhadap bangsa negara ini, termasuk penembakan terhadap pesawat penumpang Iran dan penghasutan kekerasan di dalam negeri untuk membunuh masyarakat dan pejabat Iran selama beberapa dekade terakhir, dan upaya komprehensif untuk menghapus hak-hak dasar bangsa Iran yang membanggakan tidak akan pernah dilupakan oleh rakyat Iran dan akan selalu ada dalam benak mereka," paparnya.

Jubir Kemlu Iran menuturkan, tindakan koersif sepihak AS, termasuk sanksi ekonomi ilegal, yang telah menjadi contoh nyata dari terorisme ekonomi terhadap rakyat Iran dan sanksi yang menjadi penghambat utama impor obat-obatan penting dan urgen yang dibutukah para pasien Iran, merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak rakyat Iran.

Khatibzadeh menyebut klaim-klaim rezim AS sebagai munafik dan bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya yang ilegal.

"Perintah langsung Presiden AS saat itu Donald Trump untuk dengan secara pengecut meneror Syahid Letnan Jenderal Haj Qassem Soleimani, yang merupakan pahlawan perang dalam melawan terorisme di Asia Barat, telah menggambarkan dengan baik sifat teroris Amerika," tuturnya.

Dia menegaskan, pemerintah AS telah menutup mata terhadap pelanggaran berat dan sistematis terhadap hak asasi manusia di dalam negaranya sendiri dan sekutu-sekutunya.

"Kekerasan yang tak terkendali oleh polisi dan pembunuhan terhadap warga kulit hitam di depan publik mengungkap dan mengekspos pendekatan anti-hak asasi manusia pemerintah AS. Yang lebih disesalkan lagi adalah bahwa tanggapan AS terhadap pelanggaran hak asasi manusia ini hanyalah aksi dramatis, ketidakpedulian dan pengabaian," tambahnya.

Khatibzadeh menegaskan, Republik Islam Iran selalu bergerak menuju realisasi hak-hak bangsa besar Iran dan promosi serta peningkatan cita-cita sejati seperti hak asasi manusia yang sebenarnya berdasarkan standar hukum di dalam negeri dan kewajiban-kewajiban internasional. (RA)

Tags