Resistensi Iran Hadapi Keserakahan AS
https://parstoday.ir/id/news/iran-i123190-resistensi_iran_hadapi_keserakahan_as
Menlu Iran terkait perundingan nuklir mengatakan, "Ketika pihak seberang menunjukkan keserakahannya, maka kami akan memanfaatkan sarana dan kekuatan negara sehingga mereka menyadari bahwa kepentingan dan kedamaian bangsa Iran sangat penting bagi kami."
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jun 13, 2022 15:43 Asia/Jakarta

Menlu Iran terkait perundingan nuklir mengatakan, "Ketika pihak seberang menunjukkan keserakahannya, maka kami akan memanfaatkan sarana dan kekuatan negara sehingga mereka menyadari bahwa kepentingan dan kedamaian bangsa Iran sangat penting bagi kami."

Hossein Amir-Abdollahian Minggu (12/6/2022) usai menghadiri sidang Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran menambahkan, Republik Islam Iran saat menghadapi perilaku rasional pihak seberang, telah memaparkan prakarsa dan idenya dalam koridor rasional dan menjalankannya."

"Otoritas Republik Islam Iran, tuntutan dan harapan rakyat serta mekanisme untuk menindaklanjutinya harus dipertahankan dalam serangkaian tindakan yang diambil untuk membawa semua pihak kembali ke perjanjian nuklir JCPOA," papar Amir-Abdollahian.

Di saat perundingan Wina untuk membatalkan sanksi Iran dan kembalinya AS ke JCPOA dihentikan karena Washington tidak memiliki tekad politik yang diperlukan, negara ini dan troika Eropa (Inggris, Prancis dan Jerman) melalui represi rezim Zionis Israel dan sikap Dirjen IAEA, Rafael Grossi yang mengiringinya, meratifikasi resolusi anti-Iran.

Sidang Dewan Gubernur IAEA

Resolusi ini mengabaikan kerja sama luas Iran dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang dilakukan Tehran atas niat baik. Oleh karena itu, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) menkonfirmasikan pemutusan aktivitas kamera di luar perjanjian safeguard miliki IAEA di Iran. Tehran menilai langkah Washington dan troika Eropa ini bertentangan dengan etika diplomasi dan juga tidak konstruktif. Iran memperingatkan bahwa setiap langkah politik di IAEA akan menuai respon yang tepat, efektif dan segera dari Republik Islam Iran.

Mengingat bahwa pemerintah Amerika setelah peratifikasian resolusi ini di IAEA mengklaim masih tetap ingin kembali ke kesepakatan nuklir JCPOA, tapi langkah anti-Iran telah menunjukkan bahwa pihak-pihak Barat memanfaatkan resolusi politik IAEA sebagai alat untuk menekan Tehran dan mengkompensasi kebuntuan saat ini di perundingan Wina. Dengan kata lain, Amerika yang saat ini tidak memiliki sarana lain utnuk menekan Republik Islam Iran, dengan menyalahgunakan IAEA dan isu teknis berusaha meningkatkan kekuatan tawar menawarnya dan Iran memaksa Iran mundur dari tuntutan legal dan sahnya.

Perundingan Wina dihentikan karena pemerintah Joe Biden berbeda dengan kritikannya terhadap kebijakan gagal represi maksimum Trump, tetap tidak bersedia mengubah kebijakan ini dan menolak mencabut sanksi serta memberi jaminan valid kepada Iran. Kini syarat pemulihan JCPOA dan keanggotaan kembali AS di kesepakatan ini adalah jaminan bagi kepentingan Iran. Oleh karena itu, penerapan represi luas terhadap Iran tidak akan berujung pada penyelesaian segera isu ini, bahkan akan memperumit kondisi dan membuka peluang munculnya kendala baru.

Wajar bahwa berlanjutnya sanksi, perilisaan resolusi di IAEA dan pemanfaatan pendekatan standar ganda diplomasi serta represi maksimum AS terhadap Iran bukan saja tidak menunjukkan langkah untuk membangun kepercayaan dari Amerika, bahkan kembali mengindikasikan keserakahan dan tuntutan di luar JCPOA oleh Washington di perundingan Wina. Padahal seperti yang ditekankan menlu Iran, Tehran tidak akan pernah tunduk terhadap keserakahan pihak-pihak seberang.

Ebrahim Motaghi, dosen Universitas Tehran terkait hal ini mengatakan, "Di kondisi ketika Amerika Serikat menggunakan pendekatan represi yang terus meningkat terhadap Iran, wajar jika di kondisi seperti ini peluang untuk memanfaatkan mekanisme kerja sama konstruktif oleh Iran sangat terbatas. Teladan perilaku Iran membongkar kamera IAEA memiliki arti bahwa Iran memiliki kemampuan dan sarana yang diperlukan untuk mengambil langkah pencegahan." (MF)