Menipu Dunia dengan Iranfobia, Upaya Jerman dan Pendukung Israel
Mar 09, 2024 20:30 Asia/Jakarta
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengecam laporan lembaga yang disebut sebagai tim pencari fakta internasional, dan menganggap pengulangan tuduhan tak berdasar dalam laporan ini tidak punya legitimasi hukum.
Nasser Kanaani, Sabtu (9/3/2024) menyinggung upaya sebagian negara Barat, untuk melanjutkan proyek Iranfobia, dan merusak citra Republik Islam Iran di mata dunia.
Ia menuturkan, "Lembaga yang menamakan diri tim pencari fakta, dibentuk dengan pertunjukan hak asasi manusia konyol beberapa negara Barat, terutama Jerman, dengan uang hadiah mereka pada Desember 2022, dan setelah kegagalan proyek kekacauan di dalam Iran, merilis laporan yang meliputi serangkaian penyimpangan terorganisir, serta kebohongan-kebohongan, dan alih-alih mencari fakta, malah menjungkirbalikkan fakta secara terarah."
Menurut Kanaani, Iran, menilai laporan yang disusun oleh Rezim Zionis, Amerika Serikat, dan beberapa negara Barat, merupakan bukti penyalahgunaan konsep-konsep, dan nilai-nilai luhur HAM demi meraih tujuan politik jangka pendek.
Ia menambahkan, "Lembaga yang menamakan diri pencari fakta internasional dalam laporan terbarunya menunjukkan bahwa mereka bekerja atas perintah dan upah dari Jerman, Inggris, AS dan Rezim Zionis, serta menjadikan mekanisme HAM PBB, sebagai alat untuk mendapatkan tujuan busuk dan ilegal rezim-rezim tersebut."
Jubir Kemlu Iran menegaskan, "Negara-negara pendiri tim yang menamakan diri pencari fakta internasional, marah karena gagal menciptakan kekacauan di dalam Iran, pada tahun 2022, dan membalas kegagalannya kepada rakyat Iran, dengan merilis laporan tendensius."
Kepada negara-negara itu, Kanaani menyarankan supaya menangani pelanggaran-pelanggaran HAM di negara mereka sendiri daripada mengurusi masalah dalam negeri Iran.
"Jika mereka sedikit saja menaruh perhatian pada HAM, dan hak perempuan, pasti mereka sudah memperhatikan pelanggaran hak ribuan perempuan, dan anak-anak, serta pembantaian lebih dari 30.000 warga Palestina, yang 70 persennya perempuan dan anak-anak, dalam lima bulan terakhir, dan tidak akan mendukung berlanjutnya genosida, serta kejahatan kemanusiaan di Gaza," pungkasnya. (HS)
Tags