Respon Tegas Zarif terhadap Pernyataan Menlu Jerman
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Mohammad Javad Zarif baru-baru ini membalas statemen timpalannya dari Jerman mengenai seruan untuk negosiasi ulang perjanjian nuklir JCPOA dan klaim tentang program pertahanan nasional Iran.
Dia mengatakan, pihak-pihak Eropa yang terlibat dalam kesepakatan nuklir Iran harus terlebih dahulu mengubah perilaku berbahaya mereka sendiri sebelum menguliahi Republik Islam Iran.
Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan majalah Spiegel yang dirilis pada hari Jumat (4/12/2020), Menlu Jerman Heiko Maas berbicara tentang apa yang dia sebut sebagai "kesepakatan nuklir plus" dengan Iran yang juga akan meliputi program rudal konvensional negara ini dan peran Tehran di kawasan.
Heiko Maas mengatakan bahwa "kembali ke perjanjian sebelumnya tidak akan cukup" dan bahwa "harus ada semacam 'kesepakatan nuklir plus', yang juga merupakan kepentingan kami."
Dia menambahkan, Eropa memiliki "harapan yang jelas untuk Iran: tidak ada senjata nuklir, tetapi juga tidak ada program rudal balistik yang mengancam seluruh kawasan. Iran juga harus memainkan peran lain di kawasan. "
"Kami membutuhkan kesepakatan ini karena kami tidak mempercayai Iran," pungkasnya.
Menlu Iran segera menanggapi pernyataan sejawatnya dari Jerman itu pada hari berikutnya. Dalam tweetnya, Zarif mengingatkan para penandatangan perjanjian nuklir JCPOA dari Eropa (Jerman, Prancis dan Inggris) tentang "perilaku jahat" mereka sendiri di kawasan Asia Barat dan kegagalan negara-negara itu untuk memenuhi kewajiban mereka di bawah perjanjian nuklir JCPOA setelah AS keluar dari kesepakatan internasional ini pada Mei 2018.
Zarif menegaskan, tiga Eropa (Jerman, Prancis dan Inggris) - yang juga disebut sebagai E3- harus menghentikan pelanggaran terhadap kesepakatan nuklir JCPOA, yang telah diratifikasi oleh Dewan Keamanan PBB dalam resolusi nomor 2231.
Di bawah tekanan kuat AS, negara-negara Eropa gagal memenuhi kewajibannya dalam JCPOA dan kesepakatan-kesepakatan lainnya dengan Iran untuk mengatasi sanksi dan tekanan maksimum Washington terhadap Tehran.
Bersamaan dengan tweet tersebut, Zarif memposting laporan tentang rencana Jerman untuk memasukkan rezim Zionis Israel, dan bukan Palestina, dalam program distribusi vaksin COVID-19 Eropa, dan menyerukan Berlin untuk menghentikan "apartheid" Virus Corona yang "tercela".
Menlu Iran juga mendesak diakhirinya penjualan senjata negara-negara Eropa kepada rezim-rezim represif di kawasan dan menawarkan "dukungan buta" untuk aksi terorisme yang dilakukan Israel.
Terkait hal ini, tampaknya Zarif merujuk pada penolakan ketiga negara Eropa itu untuk mengutuk secara langsung pembunuhan salah satu ilmuwan senior nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, pada pekan lalu. (RA)