Jun 03, 2023 10:47 Asia/Jakarta

Kementerian Luar Negeri UEA baru-baru ini mengumumkan dalam sebuah pernyataan, Sebagai hasil dari penilaian berkelanjutan kami atas kerja sama keamanan yang efektif dengan semua mitra, UEA menarik diri dari keikutsertaannya dalam Pasukan Maritim Gabungan Pimpinan AS sejak dua bulan lalu.

Pasukan maritim gabungan ini, yang diluncurkan pada tahun 2001, awalnya beranggotakan pasukan dari 12 negara, tetapi saat ini mencakup kekuatan dari 34 negara dan memiliki agenda seperti membangun keamanan, memerangi "terorisme" serta memerangi perompakan di Laut Merah dan Teluk Persia.

Markas utama pasukan maritim gabungan ini terletak di Bahrain, dekat Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat AS.

Kapal perang AS

Perlu disebutkan beberapa poin tentang mengapa UEA meninggalkan koalisi ini.

Poin pertama adalah keluarnya UEA dari koalisi ini dilakukan setelah pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi dan terbentuknya konsensus di dunia Arab untuk memperluas hubungan dengan Republik Islam Iran.

Oleh karena itu, UEA sampai pada kesimpulan bahwa ia tidak akan berpartisipasi dalam tindakan anti-Iran.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri UEA juga menyiratkan masalah ini dan mengatakan, Sebagai hasil dari penilaian kerja sama keamanan efektif kami dengan pihak lain, yang sedang berlangsung, dua bulan lalu UEA menarik diri dari Pasukan Maritim Gabungan Pimpinan AS.

Poin kedua adalah UEA, seperti beberapa negara lain di kawasan ini, termasuk Arab Saudi, sampai pada kesimpulan bahwa keamanan kawasan tidak akan diberikan oleh kekuatan eksternal, tetapi keamanan kawasan dapat diciptakan dalam bentuk kerja sama kawasan.

Berdasarkan hal ini, Kementerian Luar Negeri UEA mengumumkan, UEA berkomitmen untuk dialog damai dan cara-cara diplomatik sebagai alat untuk memajukan tujuan bersama keamanan dan stabilitas kawasan.

Kementerian Luar Negeri UEA baru-baru ini mengumumkan dalam sebuah pernyataan, Sebagai hasil dari penilaian berkelanjutan kami atas kerja sama keamanan yang efektif dengan semua mitra, UEA menarik diri dari keikutsertaannya dalam Pasukan Maritim Gabungan Pimpinan AS sejak dua bulan lalu.

Poin ketiga adalah tindakan UEA mengungkapkan kesenjangan antara negara-negara Arab dan Amerika Serikat.

Negara-negara Arab, terutama Arab Saudi dan UEA, sampai pada kesimpulan bahwa di satu sisi Amerika Serikat memandang negara-negara tersebut sebagai alat dan menghina, dan di sisi lain, kerja sama bersama dengan Amerika Serikat lebih sejalan dengan kepentingan Amerika Serikat daripada memberikan kepentingan negara-negara tersebut.

Oleh karena itu, negara-negara ini telah mengadopsi pendekatan yang lebih independen dalam kebijakan luar negeri mereka.

Baru-baru ini, media-media dunia menerbitkan analisis semakin jauhnya Abu Dhabi dari Washington.

Majalah ekonomi Forbes menulis dalam sebuah laporan analitis bahwa setelah Arab Saudi, negara Arab lainnya, UEA, dapat meninggalkan orbit sekutu Amerika Serikat. Mulai sekarang, Abu Dhabi akan bekerja untuk kepentingan UEA secara keseluruhan.

Hamid Faris, seorang analis Mesir juga merujuk pada penarikan UEA dari Pasukan Maritim Gabungan yang dipimpin oleh Washington dan mengatakan, Penarikan UEA dari aliansi angkatan laut yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Timur Tengah adalah kesaksian yang jelas, kuat dan menunjukkan sejauh mana perbedaan antara Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab secara khusus serta Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan Teluk Persia secara umum. UEA menyadari bahwa mereka tidak akan mendapatkan apa-apa dari koalisi ini dan memutuskan untuk keluar sebagai tanda protes terhadap posisi Amerika.

Bendera UEA

Lebih lanjut ahli Mesir ini mengatakan, Perkembangan di Timur Tengah menunjukkan merosotnya pengaruh Amerika dan kehadirannya berdampak negatif terhadap stabilitas kawasan.(sl)

Tags