Aug 08, 2023 12:19 Asia/Jakarta

Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad mengumumkan, "Rezim ini mendekati akhir."

31 minggu telah berlalu sejak demonstrasi warga zionis di Wilayah Pendudukan melawan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel dan kabinetnya. Demonstrasi ini diadakan di Tel Aviv dan 150 tempat lainnya di Palestina Pendudukan selama 31 pekan berturut-turut.

Desakan kabinet Netanyahu pada rencana reformasi peradilan menjadi alasan utama diadakannya demonstrasi publik terbesar di Wilayah Pendudukan.

Demonstrasi di Tel Aviv

Demonstrasi berturut-turut lebih dari 100.000 orang di Wilayah Pendudukan telah mengungkapkan beberapa tantangan dan ancaman serius rezim Zionis.

Salah satu ancaman serius adalah rezim Zionis mengalami krisis politik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam empat tahun, rezim ini telah menggelar lima kali pemilihan umum parlemen, tetapi kabinet saat ini yang baru berdiri sekitar delapan bulan masih sangat rapuh.

Faktanya, rezim Zionis tidak melihat kabinet yang kuat dalam beberapa tahun terakhir. Alasan utama masalah ini adalah puncak perpecahan politik di Wilayah Pendudukan.

Ancaman penting lainnya adalah rezim ini dengan cepat bergerak menuju ekstremisme dan rasisme di dalamnya.

Salah satu alasan isu ini adalah tokoh politik terkemuka tidak bersedia berpartisipasi dalam kabinet di mana Netanyahu menjadi perdana menteri. Mereka menggambarkan Netanyahu sebagai pemberontak terbesar.

Dalam situasi seperti itu, Netanyahu yang tidak rela turun dari kekuasaan bergerak ke arah koalisi dengan tokoh-tokoh yang tidak memiliki pengalaman politik dan dianggap sebagai tokoh yang dibenci dalam tubuh sosial Zionis Israel, dan kehadiran mereka dalam kekuasaan juga menjadi alasan 31 minggu protes di 150 titik di tanah yang diduduki.

Ancaman penting lainnya yang dihadapi Zionis Israel adalah kesenjangan sosial yang berkembang.

Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad mengumumkan, "Rezim ini mendekati akhir."

Menyusul perpecahan politik yang luas, masyarakat juga terbagi menjadi pendukung dan penentang kabinet Netanyahu, dan secara praktis kancah politik dan sosial rezim menyaksikan bipolaritas yang jelas dan berkembang.

Selain itu, ketidakpuasan terhadap sistem politik juga meningkat. Mantan Direktur Jenderal Kementerian Keuangan Zionis Israel Sabtu (05/08/2023) lalu menekankan di tengah kerumunan pengunjuk rasa di Tel Aviv, Layanan publik di Israel terjebak dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ancaman penting lainnya adalah sebagai akibat dari intensifikasi krisis politik dan sosial di Wilayah Pendudukan, migrasi balik juga meningkat.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini yang dilakukan oleh Channel 12 Zionis menunjukkan bahwa dengan pemerintah Netanyahu bersikeras untuk menyetujui reformasi peradilan, sementara sekitar sepertiga warga Zionis mempertimbangkan untuk meninggalkan Wilayah Pendudukan.

Dalam situasi seperti itu, peringatan tentang keruntuhan rezim juga meningkat.

Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad percaya, Rezim Zionis telah mengaktifkan mekanisme penghancuran diri dan mendekati akhirnya.

Beberapa tokoh keamanan dan militer lainnya juga beberapa kali memperingatkan tentang bahaya runtuhnya rezim Zionis.

Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad

Banyak analis dan tokoh politik juga memperingatkan tentang bahaya keruntuhan dengan mengamati krisis internal rezim ini.

Ari Shavit, seorang analis rezim Zionis adalah salah satu orang yang sebelumnya mengatakan, Kami telah melewati titik tidak bisa kembali dan Zionis Israel sedang menarik nafas terakhirnya.(sl)

Tags