Pendudukan Penuh atas Gaza atau Bencana yang Lebih Besar dari Vietnam?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i174464-pendudukan_penuh_atas_gaza_atau_bencana_yang_lebih_besar_dari_vietnam
Pars Today - Seorang analis Zionis memperingatkan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan menjadi kesalahan yang lebih besar daripada kesalahan AS di Vietnam.
(last modified 2025-09-23T09:06:21+00:00 )
Jul 10, 2025 13:03 Asia/Jakarta
  • Analis Zionis Nadav Eyal
    Analis Zionis Nadav Eyal

Pars Today - Seorang analis Zionis memperingatkan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan menjadi kesalahan yang lebih besar daripada kesalahan AS di Vietnam.

Kritik di dalam Israel semakin intensif atas berlanjutnya perang di Gaza. Perang, yang menurut para analis akan membawa dimensi baru kekalahan militer bagi Israel seiring perkembangannya.

Menurut laporan Pars Today mengutip Tasnim, analis Zionis Nadav Eyal menyamakan perang di Gaza dengan Vietnam dan memperingatkan bahwa pendudukan penuh atas Gaza bisa menjadi kesalahan yang lebih besar daripada yang dilakukan militer AS dalam Perang Vietnam.

Eyal menulis di surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth, Slogan-slogan seperti "melucuti Hamas" atau "mencegah kedaulatannya" hanya dapat terwujud jika Gaza diduduki sepenuhnya. Namun skenario ini, menurutnya, akan membawa Israel ke dalam "rawa Vietnam" yang tak berujung.

Menekankan bahwa perlawanan Islam Palestina, Hamas, belum dikalahkan, ia berkata, Sejak Maret lalu, 38 tentara Israel telah tewas. Artinya, rata-rata 10 orang per bulan. Jumlah korban tertinggi terjadi pada bulan Juni, menunjukkan bahwa kemampuan tempur Hamas belum berkurang.

Eyal mencatat bahwa serangan Hamas baru-baru ini terjadi kurang dari dua kilometer dari pagar perbatasan di wilayah Beit Hanoun, wilayah yang dianggap "aman" oleh tentara Israel. Ia menekankan bahwa serangan tersebut menandai kegagalan total dari apa yang disebut strategi "zona keamanan".

Ia juga menggambarkan apa yang disebut "Rencana Kemanusiaan Rafah" sebagai "ilusi baru", dan menambahkan, Bagaimana mereka akan memindahkan dua juta warga Palestina ke Gaza selatan? Siapa yang akan menanggung biaya hidup mereka? Bagaimana Hamas dapat dicegah untuk kembali? Bahkan para perencana rencana ini pun tidak memiliki jawaban yang jelas.

Sementara itu, Arad Nir, seorang presenter dan analis untuk televisi Channel 12 Israel, mengkritik kebijakan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Jalur Gaza, dengan mengatakan, Kebijakan Israel di Gaza adalah mengubah Jalur Gaza menjadi kamp kerja paksa.

Nir, yang mengkritik rencana Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk memindahkan paksa semua warga Palestina yang tinggal di Gaza ke kota Rafah, di selatan Jalur Gaza, dengan dalih menciptakan kota kemanusiaan, menambahkan, Ketika Anda menempatkan orang-orang di kamp-kamp dan memberi mereka makan reruntuhan dan puing-puing, Anda sebenarnya telah membangun kamp kerja paksa yang sama.

Pada saat yang sama, penulis lain, Ronni Shaked, menulis di surat kabar berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth, dengan serangan tajam terhadap Netanyahu, Dia sibuk dengan pekerjaan propaganda, bepergian ke Washington dan berfoto dengan Trump sementara tentara terbunuh setiap hari.

Shaked menambahkan, Perdana menteri telah mengabaikan penderitaan keluarga-keluarga. Negosiasi mengenai tawanan berjalan lambat, sementara 640 hari telah berlalu sejak dimulainya perang.

Analis Zionis tersebut menekankan, Ilusi kemenangan sedang dijual kepada rakyat, sementara klaim tentang penyempitan celah dalam negosiasi tidak ada hubungannya dengan realitas berdarah di medan perang.(sl)