Analis Zionis: Badai Al-Aqsa Menjadi Gelombang Politik Global Mendukung Palestina
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i177418-analis_zionis_badai_al_aqsa_menjadi_gelombang_politik_global_mendukung_palestina
Pars Today - Analis Zionis dalam sebuah pernyataan terkait gelombang pengakuan global atas negara merdeka Palestina di dunia menilainya sebagai akibat dari Operasi Badai Al-Aqsa.
(last modified 2025-09-27T05:13:04+00:00 )
Sep 27, 2025 12:11 Asia/Jakarta
  • Operasi Badai Al-Aqsa
    Operasi Badai Al-Aqsa

Pars Today - Analis Zionis dalam sebuah pernyataan terkait gelombang pengakuan global atas negara merdeka Palestina di dunia menilainya sebagai akibat dari Operasi Badai Al-Aqsa.

Operasi Badai Al-Aqsa adalah operasi militer yang dilakukan oleh pasukan perlawanan Palestina terhadap rezim Zionis sebagai tanggapan atas kejahatan rezim tersebut dalam membantai warga Palestina dan menodai Masjid Al-Aqsa.

Operasi ini dimulai di wilayah antara Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki pada 7 Oktober 2023, dan berlanjut selama beberapa hari. Setelah serangan-serangan ini, para pejuang Palestina pertama-tama menargetkan wilayah-wilayah di wilayah yang diduduki dengan roket untuk menghadapi pendudukan rezim Zionis yang berkelanjutan, dan kemudian memasuki wilayah yang diduduki melalui darat.

Dikatakan bahwa akibat operasi ini, lebih dari 1.400 warga Israel tewas, 3.000 di antaranya terluka, dan ratusan lainnya ditangkap. Operasi ini dianggap sebagai kekalahan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Israel.

Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, analis Zionis Ben Caspit menulis dalam sebuah catatan di media Zionis Ma'ariv, "Siapa yang mengira bahwa Operasi Badai Al-Aqsa, setelah dua tahun, akan memicu gelombang politik global yang melibatkan 142 negara, termasuk sekutu utama Israel, yang telah memberikan suara awal pekan ini untuk mengakui negara Palestina yang merdeka?"

Ben Caspit, 7 Oktober 2023, hari bencana terbesar sejak berdirinya Israel, dan dapat menjadi hari kemerdekaan Palestina, dan dalam semua perkembangan ini, satu hal yang jelas dan nyata, yaitu bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan rekan-rekannya bertanggung jawab atas situasi ini.

Dalam konteks ini, Inggris, Australia, dan Kanada mengakui negara Palestina yang merdeka pada hari Minggu, 21 September 2025, sebuah langkah bersejarah yang mencerminkan kesenjangan yang semakin lebar antara Barat dan Israel.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan bahwa negaranya mengakui Negara Palestina untuk menghidupkan kembali harapan perdamaian.

Perdana Menteri Kanada Mark Carney juga mengumumkan keputusan Ottawa untuk mengakui Negara Palestina yang merdeka dalam sebuah pernyataan, dengan mengutip komitmen negara tersebut terhadap pembentukan Negara Palestina yang merdeka sejak 1947.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengumumkan bahwa negaranya secara resmi mengakui "Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat".(sl)