Netanyahu Ancam Gulingkan Kabinet Baru Pimpinan Sayap Kanan Israel
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i99034-netanyahu_ancam_gulingkan_kabinet_baru_pimpinan_sayap_kanan_israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memimpin Partai Likud kembali berkuasa.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Jun 14, 2021 00:00 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu.
    Benjamin Netanyahu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk memimpin Partai Likud kembali berkuasa.

Hal itu diungkapkan Netanyahu dalam pertemuan di parlemen rezim Zionis (Knesset), yang diperkirakan akan memberikan mosi percaya kepada kabinet baru pimpinan Naftali Bennett, Minggu (13/6/2021) malam.

Dalam pidatonya di parlemen, Netanyahu menjelaskan bahwa ia tidak punya rencana untuk melepaskan kepemimpinan Partai Likud.

“Jika ditakdirkan bagi kami untuk menjadi oposisi, kami akan melakukannya sampai kami menggulingkan pemerintah yang berbahaya ini dan kembali ke tampuk kekuasaan,” tegas Netanyahu seperti dilaporkan televisi Aljazeera.

Dia menambahkan, kami memperoleh jumlah suara yang bagus dalam pemilu, tetapi Naftali Bennett melakukan penipuan terbesar, publik tidak akan melupakannya.

Pemimpin partai sayap kanan (Yamina), Naftali Bennett mencapai kesepakatan dengan Yair Lapid, ketua Partai Yesh Atid, untuk membentuk kabinet baru. Menurut kesepakatan ini, Bennett akan berkuasa hingga September 2023, setelah itu Lapid akan menjadi perdana menteri rezim Zionis selama dua tahun.

Knesset menggelar sidang pada hari Minggu untuk memberikan mosi percaya pada kabinet koalisi tersebut.

Netanyahu lebih lanjut mengklaim bahwa Israel telah mencapai prestasi yang luar biasa selama kepemimpinannya, termasuk dalam penanganan virus Corona dan bergerak menuju ekonomi bebas.

Dia juga kembali mengulangi klaim-klaim usang dan ancaman terhadap Iran. “Kami melawan Iran dengan keras untuk mencegahnya memperoleh senjata nuklir,” kata Netanyahu.

Namun, Iran berulang kali menekankan bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga mengakui hal ini dalam berbagai laporannya. (RM)