Aksi Anti-Islam Baru Pemerintah Prancis dan Intensifikasi Islamophobia
(last modified Tue, 08 Feb 2022 04:47:01 GMT )
Feb 08, 2022 11:47 Asia/Jakarta

Pemerintah Prancis mengumumkan pembentukan badan baru yang disebut Forum Islam Prancis (Forif), yang mengklaim menyesuaikan Muslim negara itu dengan budaya dan masyarakat Prancis dan untuk melawan ekstremisme.

Dengan berdirinya Forum Islam Prancis, yang merupakan bagian dari upaya ekstensif Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk melemahkan Islam di negeri ini, lembaga yang sebelumnya beroperasi dengan nama Dewan Muslim Prancis (CFCM) dibubarkan. Pemerintah Prancis akan mengawal pemilihan anggota badan baru ini, yang merupakan lembaga formalitas.

Forum baru terdiri dari 100 orang, yang sebagian besar adalah imam masjid yang dipilih oleh otoritas Prancis. Tugas lembaga ini adalah mengatasi masalah Muslim Prancis, melatih para imam, ulama yang bekerja di lembaga-lembaga seperti penjara, rumah sakit, dan militer, dan mencari solusi untuk menjamin keamanan masjid dan melawan ekstremisme dan fanatisme agama.

Protes kebijakan Emmanuel Macron, Presiden Prancis

Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy membentuk Dewan Muslim Prancis pada tahun 2003 untuk menjembatani kesenjangan antara perwakilan mereka dan pemerintah Paris. Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengklaim bahwa dewan tersebut berada di bawah pengaruh negara-negara seperti Maroko, Aljazair dan Turki.

Baca juga: Penutupan Masjid Prancis Bagian dari Taktik Pemilu Macron

Pendukung dibentuknya Forum Islam Prancis mengklaim bahwa Lembaga baru ini, selain melindungi nilai-nilai demokrasi dan sekularisme akan melindungi Prancis dari ancaman ekstrimisme.

Di sisi lain, banyak kritikus mengatakan bahwa langkah pemerintah Prancis adalah langkah lain menuju diskriminasi yang dilembagakan terhadap Muslim, yang telah menjadi sasaran propaganda Islamophobia oleh pemerintah dan media Prancis dalam beberapa tahun terakhir.

Muslim Prancis juga mengatakan bahwa pemerintah Macron tidak berani mengajukan rencana serupa untuk Kristen atau agama lain.

Islam adalah agama terbesar kedua di Prancis setelah Kristen, dan Muslim membentuk setidaknya lima persen dari total populasi Prancis. Tren anti-Islam dan tekanan terhadap Muslim di Prancis telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Pemerintah Prancis mengumumkan pembentukan badan baru yang disebut Forum Islam Prancis (Forif), yang mengklaim menyesuaikan Muslim negara itu dengan budaya dan masyarakat Prancis dan untuk melawan ekstremisme.

Tindakan Pemerintah Macron Berdasarkan Sekularisme Agresif

Pendekatan dan tindakan pemerintah Macron didasarkan pada sekularisme agresif, yang berupaya secara aktif melawan agama dan manifestasi agama di masyarakat. Pada dasarnya Macron tidak berpandangan positif terhadap Islam, dan dalam hal ini ia praktis mendukung segala tindakan terkait anti-Islam dan pelemahan Islam.

Aksi tersebut dimulai dari membela penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw dengan menerbitkan kartun yang menghina dan berlanjut hingga pengusiran Muslim dari Prancis, penutupan masjid dan pusat-pusat Islam serta menyerahkan RUU untuk memperkuat sekularisme.

"Macron secara terbuka menargetkan Islam dan mengklaim bahwa Islam sedang dalam krisis, padahal kebijakan Prancis dan politisi Eropa yang sependapat dengannya sedang dalam krisis," kata Massoud Shadjareh, pendiri dan ketua Komisi Hak Asasi Manusia Islam (IHRC).

Isu lain yang memicu Islamophobia di Prancis adalah pemilihan umum presiden yang akan datang pada April 2022. Macron telah meningkatkan intensitas serta variasi tindakan dan tekanan Islamophobia terhadap Muslim di negara itu untuk menarik perhatian sayap kanan Prancis dan kembali ke Istana Elysee.

Baca juga: Senat Prancis Larang Muslimah Berjilbab Ikuti Kompetisi Olahraga

Sementara itu, kandidat sayap kanan, terutama Marine Le Pen, pemimpin sayap kanan Partai Front National Prancis, salah satu kandidat utama dan saingan utama Macron, juga mengambil garis keras terhadap Islam dan Muslim untuk memenangkan suara.

Munculnya calon baru, Eric Zemmour, seorang jurnalis, komentator politik dan aktivis sayap kanan, juga telah memicu sentimen anti-Islam dalam pemilu presiden Prancis.

Eric Zemmour, seorang jurnalis, komentator politik dan aktivis sayap kanan

Zemmour membela "fasisme, rasisme, dan kebencian terhadap wanita" dan mengklaim bahwa dia ingin menyelamatkan Prancis dan nilai-nilainya dibebaskan dari Islam dan imigrasi.

Kemenangan kandidat semacam itu dalam pemilihan umum presiden Prancis telah menimbulkan kekhawatiran tentang eskalasi kebijakan Islamophobia dan anti-Islam di negara itu.

Tags