Mengungkap Peran AL Inggris dalam Ledakan Nord Stream
(last modified Mon, 31 Oct 2022 04:36:41 GMT )
Okt 31, 2022 11:36 Asia/Jakarta

Hubungan antara Rusia dan Barat pasca perang Rusia-Ukraina telah disertai dengan eskalasi perselisihan dan ketegangan terutama di bidang energi, sehingga aliran gas dari jalur pipa ekspor gas utama dari Rusia ke Eropa yang dikenal dengan istilah Nord Stream telah terputus. Kini Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan peran Angkatan Laut Inggris dalam merencanakan dan melaksanakan ledakan sabotase di jalur transmisi gas ini.

Sesuai dengan pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, menurut informasi yang tersedia, personel Angkatan Laut Kerajaan Inggris terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan teroris terhadap jaringan pipa Nord Stream di Laut Baltik.

Kantor Kejaksaan Agung Rusia juga mengklasifikasikan ledakan jalur pipa Nord Stream sebagai terorisme internasional dan intelijen Rusia menyinggung jejak Barat dalam insiden ini.

Uni Eropa dan Rusia

Salah satu dimensi penting dari tekanan negara-negara Barat terhadap Moskow adalah upaya terus menerus untuk melemahkan ekonomi Rusia dengan memberlakukan berbagai sanksi yang berfokus pada sektor energi dan membatasi ekspor energi, khususnya gas Rusia.

Karena itu, sejak awal perang Rusia-Ukraina, Amerika Serikat dan sekutunya telah mencoba mempengaruhi kondisi ekonomi negara ini dengan menjatuhkan berbagai sanksi atas pembelian energi Rusia.

Pipa transmisi gas Nord Stream 1 dan 2 memiliki kapasitas total 110 miliar meter kubik gas, yang merupakan lebih dari setengah ekspor gas tahunan Rusia.

Sebelum ledakan saat ini, Nord Stream 1 aktif, meskipun beroperasi dengan kapasitas kecil karena sanksi. Pipa Nord Stream 2 tidak aktif karena sanksi Barat.

Pada tanggal 26 September, Rusia mengumumkan beberapa ledakan di jalur pipa gas Nord Stream 1 dan 2, dan menganggapnya sebagai tindakan yang direncanakan secara internasional karena skala kehancuran.

Douglas McGregor, penasihat Menteri Pertahanan Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat mengatakan dalam hal ini, "Pemerintah di balik tirai vandalisme di jalur pipa Nord Stream adalah Amerika Serikat dan Inggris. Kita harus mencari jejak pemerintah yang mampu melakukan hal seperti itu, yaitu angkatan laut Inggris dan Amerika, dan saya pikir itu jelas."

Tindakan ini terjadi ketika negara-negara Eropa membutuhkan gas Rusia dan sebagian besar mengalami krisis ekonomi yang parah akibat kenaikan harga energi dan bahan bakar, tetapi pembatasan dan sabotase pasokan energi dari Rusia terus berlanjut.

Dalam hal ini, Washington, yang sejak awal menentang proyek Nord Stream 2, sangat mendukung negara-negara Eropa.

Hubungan antara Rusia dan Barat pasca perang Rusia-Ukraina telah disertai dengan eskalasi perselisihan dan ketegangan terutama di bidang energi, sehingga aliran gas dari jalur pipa ekspor gas utama dari Rusia ke Eropa dikenal dengan istilah Nord Stream telah terputus. Kini Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan peran Angkatan Laut Inggris dalam merencanakan dan melaksanakan ledakan sabotase di jalur transmisi gas ini.

Sebenarnya, dengan memutus aliran gas Rusia ke Eropa, Washington telah mampu menjual gasnya ke negara-negara Eropa dengan harga beberapa kali lipat. Karena Presiden Prancis Emmanuel Macron telah secara resmi memprotes pencatutan Amerika dan mengumumkan bahwa otoritas negara ini akan menjual gas ke Eropa dengan harga empat kali lipat.

Vladimir Putin, Presiden Rusia telah mengatakan tentang ini, Jelas bahwa siapa pun yang ingin memutuskan secara permanen hubungan antara Rusia dan Uni Eropa dan pada akhirnya melemahkan independensi politik Eropa dan kemampuan industrinya, berada di balik tirai dari tindakan perusakan atas Nord Stream.

Setelah insiden kebocoran gas dari jalur pipa Nord Stream, Uni Eropa menyebut insiden itu sebagai "tindakan sabotase" dan memperingatkan bahwa gangguan yang disengaja terhadap infrastruktur energi aktif Eropa tidak dapat diterima dan akan direaksi dengan tanggapan sekuat mungkin. Sekalipun demikian, pihak berwenang Eropa telah menolak untuk melakukan penyelidikan bersama, yang selanjutnya menegaskan keterlibatan negara-negara Barat dalam insiden ini.

Dalam hal ini, Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menunjukkan bahwa Moskow telah berulang kali menyerukan penyelidikan bersama atas serangan teroris ini dan mengatakan, "Fakta bahwa negara-negara Barat menolak proposal ini yang membuktikan bahwa mereka memiliki sesuatu untuk disembunyikan."

Ledakan jalur pipa gas Nord Stream telah menyebabkan lebih banyak konflik antara Barat dan Rusia, dan pada kenyataannya, perang energi antara Rusia dan Barat telah memasuki babak baru dengan terungkapnya keterlibatan Inggris. Meskipun negara-negara Barat belum mengambil sikap dalam masalah ini, tetapi situasinya sedemikian rupa sehingga mereka tidak punya pilihan selain menerima masalah ini.

Maria Zakharova, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia

Eropa tampaknya berada dalam masa-masa sulit.

Musim dingin yang akan datang, kekurangan energi dan bahan bakar, kondisi ekonomi yang sulit dan biaya yang mahal serta pasokan energi yang berlipat ganda dari Amerika dan negara-negara lain adalah harga yang harus dibayar Eropa dengan mengikuti kebijakan Washington dalam perang Ukraina.

Komentator politik Dan Bongino memperingatkan dalam konteks ini, Kami perlahan-lahan berjalan menuju Perang Dunia Ketiga.(sl)