Lebanon-Yordania Mereaksi Keputusan Eropa dan PBB Soal Pengungsi Suriah
Isu pengungsi Suriah kembali mendapat perhatian PBB dan Eropa, tetapi alih-alih menyelesaikan masalah pengungsi, mereka justru mengangkat suara kritik terhadap Lebanon dan Yordania.
Dalam krisis Suriah yang dimulai pada tahun 2011 dan dengan intervensi aktor asing, terutama Eropa dan Amerika Serikat, lebih dari 11 juta warga Suriah mengungsi di dalam dan luar negeri.
Lebanon, Yordania, dan Turki adalah tiga negara yang menampung jumlah terbesar pengungsi Suriah.
Sejak 2018, setelah lebih dari 90% geografi Suriah berada di bawah kendali pemerintah negara itu, isu kembalinya pengungsi Suriah ke negara ini diangkat, dan pemerintah Damaskus menyambut isu ini.

Namun, kepulangan pengungsi Suriah membutuhkan dukungan dari kekuatan asing, termasuk negara-negara Eropa, serta PBB, karena platform kepulangan pengungsi Suriah ke negara ini harus disediakan.
Sementara itu, Parlemen Eropa dengan suara bulat menyetujui pada hari Rabu (12/07/2023) bahwa pengungsi Suriah yang berada di Lebanon harus tetap tinggal di negara ini.
Dengan kata lain, alih-alih membantu kepulangan pengungsi Suriah, Eropa menuntut agar mereka tidak kembali ke negaranya, yang membuat marah otoritas Lebanon, yang menyebut resolusi ini tanpa nilai hukum dan pelanggaran hukum internasional.
Essam Sharafuddin, Menteri Urusan Imigran Pemerintah Lebanon mengkritik keras keputusan Parlemen Eropa untuk menahan pengungsi Suriah di Lebanon dan menyebutnya sepenuhnya ditolak.
Dia juga menyebut persetujuan rencana semacam itu sebagai "campur tangan dalam urusan negara-negara merdeka" dan meminta Parlemen Eropa untuk meminta maaf kepada Lebanon atas tindakan ini.
Isu pengungsi Suriah kembali mendapat perhatian PBB dan Eropa, tetapi alih-alih menyelesaikan masalah pengungsi, mereka justru mengangkat suara kritik terhadap Lebanon dan Yordania.
Qassem Hashem, anggota faksi Altanmiya wal Tahrir (Pembangunan dan Pembebasan) juga menyebut keputusan ini sebagai intervensi yang jelas dalam kedaulatan nasional Lebanon dan mengatakan, Parlemen Eropa telah lupa bahwa Lebanon bukanlah provinsi atau negara Eropa. Saya berharap mereka juga memperhatikan agresi dan tindakan Israel terhadap Lebanon.
Bahkan Thierry Mariani, anggota Parlemen Eropa dari Prancis merilis pesan video yang menyebut resolusi Parlemen Eropa ini sebagai "belati nyata di punggung rakyat Lebanon".
Selain Lebanon, Yordania juga berkutat dengan isu pengungsi Suriah. Yordania yang sedang menghadapi masalah ekonomi menuntut kembalinya pengungsi Suriah ke negaranya dan juga bantuan organisasi internasional ke negara ini untuk menangani urusan pengungsi Suriah.
Meski demikian, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadii mengatakan, Program Pangan Dunia yang berafiliasi dengan PBB berusaha untuk menghentikan bantuan kepada pengungsi Suriah di negaranya pada awal Agustus mendatang.
Menyatakan bahwa pemerintah Amman sendiri tidak dapat menanggung beban ini, Safadi mengatakan, PBB harus bekerja untuk memastikan kembalinya para pengungsi secara sukarela ke tanah air mereka, dan bahwa badan-badan organisasi internasional harus terus memberi mereka dukungan yang memadai sampai waktu itu.

Perilaku Parlemen Eropa dan PBB bukan hanya tidak membantu para pengungsi Suriah di Lebanon dan Yordania, tetapi justru akan meningkatkan masalah mereka di negara-negara tersebut serta masalah negara tuan rumah, sementara Eropa dan PBB dapat memberikan bantuan kemanusiaan ke Suriah, menyediakan landasan bagi para pengungsi untuk kembali ke negara mereka.(sl)