Pasar Minyak dalam Turbulensi Ekspektasi dan Ketegangan Geopolitik
https://parstoday.ir/id/news/world-i181842-pasar_minyak_dalam_turbulensi_ekspektasi_dan_ketegangan_geopolitik
Pars Today – Harga minyak mencatat rekor tertinggi dalam dua pekan terakhir menyusul harapan turunnya suku bunga Federal Reserve dan kekhawatiran akan eskalasi tensi geopolitik di Rusia dan Venezuela.
(last modified 2025-12-08T10:27:18+00:00 )
Des 08, 2025 17:23 Asia/Jakarta
  • Pasar Minyak dalam Turbulensi Ekspektasi dan Ketegangan Geopolitik

Pars Today – Harga minyak mencatat rekor tertinggi dalam dua pekan terakhir menyusul harapan turunnya suku bunga Federal Reserve dan kekhawatiran akan eskalasi tensi geopolitik di Rusia dan Venezuela.

Pasar global minyak dan gas telah menjadi panggung bagi sebuah pertarungan yang kompleks dan multidimensi; sebuah pertarungan di mana keputusan bank-bank sentral, manuver geopolitik kekuatan besar, serta upaya negara-negara pemasok untuk mempertahankan pangsa mereka di pasar, semuanya bertemu pada satu titik bernama “harga”. Di satu sisi, harapan para investor tertuju pada gedung Federal Reserve, tempat di mana ekspektasi akan penurunan suku bunga membawa janji kebangkitan ekonomi dan peningkatan permintaan energi. Di sisi lain, rencana operasional di Pentagon dan Kremlin menggambarkan berbagai skenario untuk memperuncing atau meredakan ketegangan di Ukraina dan Venezuela; ketegangan yang masing-masing berpotensi mengganggu aliran jutaan barel minyak. Dalam laporan Pars Today ini, dinamika pasar minyak global dikaji sebagaimana berikut.

 

Tarian Harga antara Kebijakan Moneter dan Ketegangan Geopolitik

 

Harga minyak Brent naik 0,14 persen menjadi 63,84 dolar per barel, sementara minyak WTI Amerika meningkat 0,13 persen menjadi 60,16 dolar per barel. Para investor, dengan tingkat keyakinan 84 persen berdasarkan data dari kelompok keuangan Bursa Efek London (LSEG), menantikan penurunan suku bunga dalam pertemuan Federal Reserve—sebuah langkah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperkuat permintaan energi. Namun demikian, pertemuan ini digambarkan sebagai salah satu “yang paling memecah belah dalam beberapa tahun terakhir”, dan hasilnya berpotensi mengubah arah pasar.

 

Risiko Dua Arah: Perdamaian Ukraina dan Sanksi terhadap Rusia

 

Di sisi lain, risiko geopolitik bertindak sebagai faktor pendorong kenaikan. Analis Bank ANZ memperingatkan bahwa hasil dari upaya perdamaian Trump di Ukraina dapat menyebabkan fluktuasi pasokan minyak hingga 2 juta barel per hari. “Gencatan senjata merupakan risiko utama penurunan harga minyak, sementara kerusakan berkelanjutan pada infrastruktur minyak Rusia dianggap sebagai risiko kenaikan yang signifikan.”

 

Pada saat yang sama, pembicaraan antara G7 dan Uni Eropa mengenai penggantian “batas harga” dengan “larangan penuh layanan maritim” untuk minyak Rusia berpotensi semakin membatasi pasokan dari produsen terbesar kedua dunia tersebut.

 

Para Pemain Energi di Panggung Global

 

Saad Al-Kaabi, Menteri Energi Qatar, menegaskan dalam Forum Ekonomi Doha bahwa negaranya siap memenuhi kebutuhan global akan gas alam cair (LNG). Al-Kaabi mengumumkan peningkatan produksi Qatar dari 77 juta ton menjadi 142 juta ton per tahun, ditambah 18 juta ton dari terminal Golden Pass di Amerika Serikat.

 

Namun, ia juga menyampaikan kekhawatiran bahwa kurangnya investasi untuk pasokan tambahan dapat menjadi pemicu kenaikan harga. Menteri Energi Qatar tersebut menambahkan, dengan menyinggung meningkatnya permintaan energi akibat perkembangan kecerdasan buatan: “Kecerdasan buatan ibarat sebuah pabrik yang membutuhkan energi tanpa henti sepanjang hari.”

 

Perubahan Jalur Ekspor Kazakhstan setelah Serangan Drone

 

Serangan Ukraina terhadap fasilitas Konsorsium Pipa Kaspia di Laut Hitam telah memaksa Kazakhstan meningkatkan 30 persen ekspor melalui jalur alternatif pipa Baku–Tbilisi–Ceyhan. Diperkirakan ekspor dari jalur ini pada bulan Desember akan mencapai sekitar 47 ribu barel per hari. Perubahan ini terjadi sementara sistem pipa Rusia, akibat serangan berulang drone, berada “di bawah tekanan” dan memiliki kapasitas terbatas untuk menampung tambahan minyak dari Kazakhstan.

 

Venezuela: Pusat Ancaman dan Peluang di Pasar Energi

 

Konsentrasi sekitar 30 persen aset militer Amerika Serikat di kawasan Karibia telah menimbulkan ketidakpastian serius bagi pasar minyak. Venezuela, yang produksinya turun dari 3 juta barel menjadi 1,2 juta barel per hari, kini mengirimkan 95 persen ekspor minyaknya langsung ke Tiongkok. Hal ini menjadikan kemungkinan serangan Amerika sebagai ancaman langsung terhadap keamanan energi Tiongkok. Para analis meyakini salah satu tujuan Washington dari tekanan ini adalah untuk menghadapi pengaruh Beijing yang semakin meningkat di belahan bumi barat.

 

Dampak Strategis: Peran Vital Iran dan Rusia

 

Skenario serangan militer Amerika Serikat terhadap Venezuela berpotensi mengubah kembali peta energi global. Terhentinya aliran minyak Venezuela ke Tiongkok dapat secara signifikan meningkatkan peran strategis pemasok seperti Iran dan Rusia untuk mengisi kekosongan tersebut. Jika langkah Amerika mengakibatkan kembalinya minyak Venezuela ke pasar Barat, maka persaingan produsen Timur Tengah di pasar Amerika akan semakin intens, dan kebutuhan mereka untuk mencari pembeli baru di Asia Timur akan semakin menonjol.

 

Pasar minyak global dengan seksama memantau dinamika di kawasan Karibia; sebab setiap eskalasi konflik dapat kembali menjadikan negara tersebut pusat ketidakstabilan harga minyak dan mengubah perhitungan keamanan energi, khususnya bagi Tiongkok.

 

Pasar minyak saat ini berdiri di sebuah persimpangan yang menentukan. Di satu sisi, siklus kebijakan moneter ekspansif dapat mendorong permintaan; di sisi lain, kobaran ketegangan geopolitik di Eropa dan Amerika Latin berpotensi mengancam pasokan.

 

Dalam konteks ini, para pemain seperti Qatar berupaya menjawab kebutuhan masa depan dengan meningkatkan produksi gas, sementara jalur transit minyak mengalami perubahan akibat konflik.

 

Hasil akhir dari persamaan kompleks ini bergantung pada keputusan ruang-ruang perang, bank-bank sentral, dan istana kepresidenan—keputusan yang masing-masing dapat menentukan arah harga energi dunia dalam beberapa bulan mendatang. (MF)