Komponen Keamanan Berkelanjutan di Kawasan Menurut Rahbar (15)
Kehadiran militer AS yang merusak di Asia Barat telah menjadi salah satu tantangan keamanan dasar selama lebih dari empat dekade. Masalah ini telah dijelaskan berkali-kali dalam pernyataan Pemimpin Besar Revolusi Islam. Sekaitan dengan hal ini, dalam pidatonya dalam pertemuan dengan masyarakat Qom pada tahun 1398 HS, Rahbar menganggap perlu untuk mengakhiri kehadiran pasukan Amerika di kawasan.
Pemimpin Besar Revolusi Islam mengingatkan, "Mereka membawa perang, perselisihan, hasutan, perusakan, penghancuran infrastruktur di wilayah ini... Kawasan ini tidak menerima kehadiran Amerika di negara-negara kawasan. Bangsa-bangsa di kawasan tidak menerima, pemerintah yang muncul dari bangsa-bangsa tidak menerima, tanpa keraguan."
Dari sudut pandang Rahbar, kehadiran dan campur tangan Amerika di Asia Barat adalah penyebab krisis, destabilisasi, ketidakamanan dan perselisihan, dan masalah ini dapat diakhiri dengan kerja sama bangsa-bangsa dan pemerintah-pemerintah kawasan ini.
Juga, dalam pidatonya pada hari kelahiran Nabi Muhammad Saw dan hari lahir Imam Jafar Shadiq as, mengingatkan penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh kubu arogan untuk tujuan jahat seperti ketidakadilan, penyebaran perang, kejahatan dan penjarahan sumber kekayaan bangsa-bangsa. Menurut Rahbar, "Firaun melakukan ketidakadilan hanya terbatas di Mesir, tetapi firaun dunia saat ini, yaitu Amerika, menggunakan kemajuan ilmiah untuk menyerang negara lain dan memulai perang, ketidakamanan dan pemerasan."
Amerika telah menciptakan tantangan dan hambatan dalam keamanan kawasan selama bertahun-tahun untuk mempertahankan pengaruh dan intervensinya di negara-negara kawasan. Pengalaman hampir seabad menunjukkan bahwa pihak asing telah menimbulkan ketidakamanan dan krisis jangka panjang di kawasan dengan menerapkan kebijakan keamanan impor. Tujuan mereka menciptakan krisis di kawasan adalah menciptakan ketergantungan keamanan bagi negara-negara lemah dan tidak sah di kawasan lalu menjual senjata.
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) baru-baru ini mengumumkan dalam sebuah laporan bahwa Amerika Serikat saat ini menyumbang 31% dari semua penjualan senjata di seluruh dunia.
Lembaga ini mencatat bahwa volume ekspor senjata AS telah meningkat sebesar 23% sejak tahun 2005, dan jumlah terbesar dari transfer senjata telah ke kawasan Asia Barat.
Para pejabat AS telah mengakui bahwa AS telah menghabiskan 7 triliun dolar untuk intervensi militer yang luas di Asia Barat, tetapi intervensi ini telah menyebabkan lebih banyak kekacauan di wilayah ini.
Amerika dengan membuat Suriah tidak aman dan memberikan dukungan keuangan dan senjata kepada teroris lintas batas, serangan sepihak dan membentuk aliansi ilegal di luar Perserikatan Bangsa-Bangsa, mereka terus menduduki, membunuh, menghancurkan, menjarah barang antik, minyak, gas, produk pertanian, dan properti rakyat Suriah.
Hassan Beiki, seorang pakar politik, mengatakan, "Tindakan sepihak Amerika Serikat di Asia Barat menyebabkan Suriah menderita krisis yang mendalam dan menjadi salah satu pusat kegiatan berbahaya kelompok teroris."
Intervensi Amerika telah menyebabkan banyak kerusakan pada keamanan kolektif. Penyebaran terorisme, perang proxy dan ketidakpercayaan dalam hubungan negara-negara regional telah menjadi bagian dari konsekuensi dari kebijakan Washington.
Situasi pahit rakyat Afghanistan hanyalah salah satu contoh hasil intervensi militer asing dan warisan 20 tahun intervensi militer AS di Afghanistan, yang mengakibatkan pembunuhan, perusakan, peningkatan produksi narkoba, keputusasaan dan perpecahan.
Faktanya adalah Afghanistan menjadi korban intervensi dan pendudukan Amerika, dan apa yang terjadi sejak kehadiran 20 tahun penjajah di Afghanistan hanyalah perang dan ketidakamanan. Ketika Amerika Serikat menginvasi dan menduduki Afghanistan, ia berjanji untuk menciptakan Afghanistan yang stabil, makmur dan demokratis. Namun setelah dua dekade pendudukan dan partisipasi dalam perang terpanjang dalam sejarah, Amerika Serikat gagal dalam misi yang dinyatakan dan terpaksa mundur dengan kehinaan.
Amerika tidak pernah berpikir untuk menyelesaikan masalah bangsa-bangsa di kawasan. Karena dirinya sendiri menjadi penyebab banyak masalah, ketidakamanan dan perselisihan di kawasan. Oleh karena itu, negara seperti Afghanistan dengan banyak masalah harus mengatasi tantangan ini untuk mencapai perdamaian. Satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian berkelanjutan di Afghanistan adalah dengan melakukan pendekatan dan memperkuat negosiasi intra-Afghanistan dengan pengawasan dan dukungan dari PBB. Dalam situasi saat ini, Afghanistan membutuhkan bantuan tetangganya untuk memberantas terorisme.
Amerika Serikat telah mengejar dua tujuan dalam beberapa tahun terakhir. Tujuan pertama adalah untuk melemahkan diplomasi regional dan tujuan kedua adalah menggunakan sanksi sepihak untuk mencegah kemajuan dan kerja sama ekonomi di kawasan. Oleh karena itu, Amerika selalu mencari wilayah yang tidak aman di Asia Barat sehingga mereka dapat membenarkan dan menstabilkan kehadiran mereka, dan memaksa negara-negara di kawasan itu untuk memaksakan kehadiran mereka melalui pembangunan pangkalan militer.
Alih-alih membangun kebebasan dan demokrasi, intervensi militer Amerika di Asia Barat justru menjadi dasar munculnya kebencian dan ekstremisme, serta penyebaran kelompok jahat seperti Daesh (ISIS). Perang yang sedang berlangsung untuk apa yang disebut perlindungan demokrasi dan kebebasan di kawasan itu telah memicu bencana kemanusiaan dan krisis pengungsi, yang belum pernah kita lihat dalam beberapa dekade terakhir.
Dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Irak pada awal 1398 HS, Pemimpin Besar Revolusi Islam membahas masalah proses perkembangan negara ini dan menyebut pada dasarnya pemerintah Amerika menganggap demokrasi di Irak dan kemerdekaan negara ini merugikan kepentingannya.
Menurut Rahbar, "Bertentangan dengan pernyataan verbal, Amerika Serikat menganggap demokrasi dan semua aktivis politik saat ini di Irak merugikan mereka... Amerika dan pengikut mereka di kawasan menentang transformasi Irak dengan kerangka demokrasi saat ini dan para tokoh dan kelompok yang yang menjabat saat ini, dan menganggapnya merugikan kepentingan mereka.(sl)