Pengulangan Kezaliman terhadap Muslim Syiah Nigeria
Selama barabad-abad, Arbain Huseini di kalander Syiah dunia adalah hari besar dan ziarah Imam Husian di hari Arbain sangat ditekankan di berbagai riwayat Ahlul Bait as, bahkan di sebut-sebut sebagai salah satu indikasi seorang mukmin.
Imam Hasan Askari bersabda, “Tanda-tanda orang mukmin ada lima, menunaikan 51 rakaat shalat (17 rakaat shalat wajib dan 34 rakaat shalat sunnah), ziarah Arbain, memakai cincin di jari tangan kanan, sujud di atas tanah dan membaca bismillah dengan suara keras saat shalat.”
Umat Syiah senantiasa menjadi kubu minoritas, kecuali untuk waktu yang singkat mereka pernah berjaya. Sebagai kubu minoritas mereka selalu ditekan dan bahkan berziarah ke makam Imam Husain penuh dengan kesulitan yang terkadang harus mengorbankan nyawanya serta keluarga mereka. Demi menghidupkan sunah Ilahi, peringatan Arbain, umat Syiah pernah secara sembunyi-sembunyi berziarah ke makam Imam Husain, karena mereka tidak memiliki kekebasan untuk melakukannya.
Kini peringatan Arbain telah mendunia. Pawai akbar 20 juta pengikut Syiah dan pecinta Ahlul Bait dari berbagai agama dan mazhab telah mencengangkan dunia. Meski media-media raksasa dunia menutup mata terhadap konferensi agung di jantung Irak yang tengah menderita perang dan instabilitas ini, namun daya tarik Husaini setiap hari semakin besar.
Meski jutaan peziarah memadati peringatan Arbain di Karbala, masih ada banyak pecinta Ahlul Bait di berbagai belahan dunia yang tidak mampu mengikuti pawai akbar ini. Telah beberapa tahun pecinta Ahlul Bait yang tidak mendapat kesempatan menghadiri Arbain di Karbala, menggelar peringatan hari besar ini di kota dan negara mereka. Melalui peringatan ini mereka mengekspresikan kecintaan dan harapan besarnya untuk berziarah ke pusara Imam Husain as.
Di Nigeria juga digelar pawai akbar memperingati Arbain Husaini. Nigeria sebuah negara yang terletak di utara Afrika dengan 150 juta penduduk, separuhnya Muslim dan separuh lainnya Kristen. Negara ini di 40 tahun silam tidak memiliki pengikut Syiah, namun menjelang kemenangan Revolusi Islam Iran, Sheikh Ibrahim Zakzaky, seorang mahasiwa muda di Paris memiliki kesempatan bertemu dengan Imam Khomeini yang saat itu hidup di pengasingan di Perancis.
Sheikh Zakzaky saat itu seorang muslim bermazhab Maliki, namun setelah bertemu dan berdialog dengan Imam Khomeini, ia memiliki kecenderungan terhadap Syiah. Bersamaan dengan kemenangan Revolusi Islam di Iran, Sheikh Zakzaky pun beralih ke mazhab Syiah. Di Nigeria, meski memiliki pengikut sedikit, Sheikh Zakzaky rajin menyebarkan ajaran Ahlul Bait. Ia pernah mengatakan bahwa ketika jumlah mereka mencapai 27 orang, mereka benar-benar berbahagia.
Kurang dari empat dekade dari dakwah Sheikh Zakzaky dan Nigeria saat ini memiliki 20 juta pengikut Ahlul Bait. Mayoritas dari mereka lahir di keluarga non Syiah dan setelah mengenal serta mempelajari ajaran Ahlul Bait, mereka menjadi pengikut setia Syiah.
Saat ini baik Muslim maupun non Muslim dunia mengenal pawai akbar Syiah di Karbala dan meski musuh Islam dengan segala kekuatan yang dimilikinya memboikot peristiwa besar ini, namun cahaya kecintaan Husain tetap mampu menyinari dunia yang kelam. Tapi begitu, gerakan umat Syiah Nigeria di hari Arbain masih tetap tertutup dari mata dunia.
Umat Syiah Nigeria yang tidak memiliki kesempatan berziarah ke Karbala dan berpatisipasi di pawai akbar Arbain di Irak, tak tinggal diam. Mereka dengan antusias menggelar pawai serupa di negaranya dan bergerak ke arah kota Zaria. Mereka menempuh perjalanan 80 hingga 160 km untuk berpartisipasi di peringatan arbain yang digelar di husainiyah di kota Zaria.
Husainiyah ini dibangun oleh Sheikh Zakzaky yang memang tinggal di kota Zaria dan menjadi pusat aktivitas umat Syiah di negara ini. Para peserta di peringatan ini mencapai delapan juta orang dan tidak terbatas pada umat Syiah. Ada juga dari mazhab lain yang berpartisipasi dan bahkan umat Kristen pun turut menghadiri pawai akbar di Nigeria ini. Partisipasi pendeta dan pastor negara bagian Kaduna di pawai Arbain mengindikasikan upaya tulus Syiah Nigeria untuk mengenalkan secara benar kebangkitan Husaini.
Pendeta Yuhana Buru terkait alasan partisipasinya di peringatan Arbain kepada wartawan mengatakan, “Mengapa kita tidak berpartisipasi di pawai dan menyuarakan solidaritas dengan Imam Husain, sebuah acara untuk keadilan. Kami mencoba mencerna penderitaan Ahlul Bait as pasca gugurnya Imam Husain di Padang Karbala.”
Jutaan pengikut Syiah kulit hitam yang menyadari Imam Husain sebagai manifestasi keadilan dan kebebasan, tengah bergerak di gurun Nigeria menuju Zaria, wilayah ini tengah dibayang-bayangi serangan kelompok teroris Boko Haram. Selain itu, militer Nigeria sepanjang tahun senantiasa menjadi ancaman serius bagi nyawa umat Syiah negara ini.
Sementara di Irak, ketika kelompok teroris Daesh yang dipersenjatai oleh Amerika Serikat dan sekutunya dengan peralatan canggih serta fasilitas lainnya tidak berani mendekati konvoi pecinta Imam Husain di pawai Arbain, namun Syiah terzalimi Nigeria tanpa perlindungan keamanan dan dengan kesadaran akan ancaman potensial, tak gentar keluar dan menyelenggarakan pawai Arbain untuk menunjukkan kecintaannya kepada Imam Husain serta keluarga Nabi Muhammad Saw.
Di sepanjang jalan menuju Karbala, tuan rumah mengeluarkan segala sesuatu yang dimilikinya di pinggir jalan untuk menjamu tamu Imam Husain. Mereka mencuci tangan dan kaki para peziarah dan mengajak mereka singgah di kemah atau rumahnya. Tapi Syiah Nigeria selama pawai Arbain menyusuri gurun yang kering tanpa fasilitas. Tidak ada berita kemah atau tempat persinggahan bagi mereka untuk beristirahat. Namun begitu, kondisi ini tidak menyurutkan semangat dan tekad mereka.
Muslim Syiah Nigeria siap mengorbankan nyawa mereka, namun tidak bersedia kehilangan Imam Husain. Tahun ini pun di pawai Arbain Nigeria, tentara menembaki para peserta dan mengugurkan sejumlah dari mereka. Syuhada terkecil di pawai Arbain Nigeria adalah Zainab, yang baru berusia tiga tahun. Bayi kecil ini gugur setelah ditembak langsung oleh tentara Nigeria. Militer Nigeria membawa jenazah para syuhada ke tempat yang tidak diketahui dan hanya meninggalkan tujuh orang. Mereka menolak menyerahkan jenazah para syuhada kepada keluarganya.
Aksi kekerasan militer Nigeria terhadap Gerakan Islam di masa lalu pun cukup keras. Desember 2015, militer Nigeria dengan dalih bahwa Syiah menghalangi kendaraan militer, melalui sebuah strategi terencana membantai hampir seribu pengikut Syiah di kota Zaria. Militer menghancurkan husainiyah Zaria dan membakar rumah Sheikh Zakzaky. Lebih sadis lagi, mereka juga membantai semua penghuni rumah Sheik Zakzaky, baik perempuan dan anak-anak. Penghuni rumah Sheikh Zakzaky saat itu, meninggal di tangan militer atau mengalami cidera.
Pada akhirnya, militer Nigeria membawa Sheikh Zakzaky beserta istrinya yang mengalami cidera berat ke tempat yang tak jelas. Hingga kini pemimpin Syiah Nigeria besarta istrinya masih terpenjara. Militer menolak menyerahkan mayoritas jenazah syuhada kepada keluarganya dan lebih dari 300 orang dikubur secara massal. Beberapa bulan sebelum peristiwa ini, aparat keamanan Nigeria menyerang demonstran dan menembaki mereka. Aksi brutal ini menggugurkan 33 orang termasuk tiga anak Sheikh Zakzaky. Puluhan demonstran juga mengalami ciderai di insiden ini. Ahmad, Hamid dan Mahmud adalah tiga putra Sheikh Zakzaky yang gugur di serangan tersebut.
Kejahatan terhadap umat Syiah Nigeria berlanjut di bawah kebungkaman total media Barat dan ketidakpedulian negara-negara Islam. Meski ada kejahatan besar yang terorganisir terhadap kelompok ini, pengikut Syiah terkenal di antara rakyat Nigeria baik itu Ahlu Sunnah atau Kristen dikenal sangat santun, tenang dan berakhlak mulia. Salah satu langkah indah mereka di hari Asyura dan Arbain adalah donor darah kepada mereka yang membutuhkan. Berbagai rumah sakit siaga penuh untuk menerima donor darah. Para pasien dari berbagai mazhab dan agama dapat memanfaatkan darah tersebut.
Syiah Nigeria dengan akhlak mulia berhasil menarik simpati warga lain dan ini merupakan salah satu faktor percepatan penyebaran Syiah di negara ini. Meski Syeikh Zakzaky telah melakukan tugasnya dengan baik menyadarkan rakyat akan keburukan pemerintah dan hubungan dua sisi pemerintah dengan rezim Zionis serta Wahabi dan Takfiri, namun ia tidak pernah mengijinkan pengikutnya melakukan kekerasan.
Setelah gugurnya tiga putra tercinta di pawai Hari Quds Sedunia, Sheikh Zakzaky menyeru warga tenang dan tidak menimbulkan kekacauan. Pawai Arbain tahun ini umat Syiah Nigeria digelar ketika Sheikh Zakzaky masih mendekam di tahanan militer dengan luka di sekujur tubuh tanpa perawatan dokter. Namun demikian, gerakan yang telah ia bangun di Nigeria, setiap hari bertambah besar pengikutnya.