Intelektual Muda Indonesia: Hizbullah Simbol Integrasi Iman, Ilmu, dan Perlawanan
(last modified Sun, 10 Nov 2024 04:27:29 GMT )
Nov 10, 2024 11:27 Asia/Jakarta
  • Intelektual Muda Indonesia: Hizbullah Simbol Integrasi Iman, Ilmu, dan Perlawanan

Abdullah Assegaf, intelektual muda Indonesia menilai gerakan Hizbullah berjuang untuk melawan penindasan dan menegakkan keadilan.

Tehran, Parstoday- Abdullah Assegaf, dosen universitas Brawijaya Malang dalam statemennya yang disampaikan pada Konferensi "Mazhab Pemikiran Nasrullah" hari Sabtu (9/11/2024) mengatakan, "Hizbullah lahir dari rahim penindasan, di tengah luka yang menganga akibat penjajahan dan ketidakadilan yang menimpa tanah Lebanon dan Palestina,".

"Pada tahun 1982, ketika Israel menginvasi Beirut, sekelompok pemuda dan ulama yang terdorong oleh semangat revolusioner berkumpul untuk melawan. Mereka menyadari bahwa perlawanan tidak bisa hanya bergantung pada senjata dan kekuatan militer semata. Dalam pertemuan itulah, Hizbullah lahir, yang tidak hanya berjuang melawan penjajahan fisik, tetapi juga menentang ketidakadilan dalam segala bentuknya, baik sosial, politik, maupun ekonomi," ujar Abdullah.

Abdullah Assegaf bersama peserta konferensi Jalan Nasrullah

 

Ia menilai Sayid Hasan Nasrullah memahami bahwa kekuatan militer yang tangguh harus ditopang oleh fondasi yang lebih mendalam: iman, ilmu, dan kesejahteraan sosial.

"Hizbullah dibangun sebagai lembaga yang tidak hanya memimpin perang gerilya di medan tempur, tetapi juga berperan dalam membangun masyarakat melalui pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Sayid Hasan Nasrallah percaya bahwa perjuangan sejati adalah perjuangan yang juga berfokus pada membebaskan umat dari kebodohan dan kemiskinan," papar Abdullah.

"Dalam setiap tindakan, Hizbullah menunjukkan bahwa Islam revolusioner yang mereka anut bukanlah sekadar perlawanan fisik, tetapi juga perjuangan membangun manusia seutuhnya. Mereka mendirikan sekolah, rumah sakit, dan pusat kesejahteraan untuk masyarakat Lebanon yang terpinggirkan," tegasnya.

Abdullah dalam pidatonya menyoroti perhatian Nasrullah terhadap urgensi ilmu pengetahuan dan aksi sosial dalam garis perjuangannya. 

"Ia tahu bahwa tanpa ilmu, perjuangan tidak akan memiliki arah yang jelas, dan tanpa kesejahteraan, rakyat akan mudah dikuasai oleh ketidakadilan. Oleh karena itu, Hizbullah di bawah komandonya, terus mendorong masyarakatnya untuk berkembang, tidak hanya dalam hal kekuatan militer, tetapi juga dalam hal kecerdasan, kemandirian, dan kesejahteraan sosial, Hizbullah menjadi cerminan simbiosis antara iman, ilmu, dan perlawanan," ungkapnya.

Hizbullah tidak hanya mengangkat senjata untuk melawan, tetapi juga membangun pondasi pendidikan dan kesejahteraan yang kokoh, mewujudkan cita-cita keadilan yang berakar dari ajaran Islam.

"Sayid Hasan Nasrullah menanamkan prinsip bahwa kemenangan sejati tidak hanya dicapai melalui kemenangan militer, tetapi juga melalui terciptanya masyarakat yang berpendidikan, berdaya, dan sejahtera," pungkasnya.(PH)