Mengenai Krisis di Lebanon, Ini Kata Menlu Iran
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Hossein Amirabdollahian menjelaskan garis utama kebijakan luar negeri negaranya pada konferensi pers di Beirut, ibu kita Lebanon pada hari Jumat, 1 September 2023.
Dia menjelaskan pandangan Iran saat ini terkait dengan perkembangan di Lebanon. Selama 10 bulan terakhir, parlemen Lebanon gagal untuk memilih presiden baru negara ini. Sementarat, masa jabatan Presiden Michel Aoun telah berakhir pada Oktober lalu.
Sejauh ini, 12 sidang parlemen telah dilaksanakan, namun tidak mencapai kesepakatan mengenai presiden baru. Penyebab utama kegagalan ini adalah perbedaan pendapat di antara kelompok-kelompok Lebanon.
Saat ini, pemerintahan sementara Perdana Menteri Najib Mikati masih berjalan. Posisi Republik Islam Iran terhadap perkembangan di Lebanon selalu bersifat non-intervensi dan menekankan solusi atas tantangan yang dihadapi para pemimpin politik negara ini.
Terkait hal ini, Amirabdollahian mengumumkan dalam konferensi persnya bahwa segala keputusan mengenai pemilihan presiden dan penunjukan pemerintahan di Lebanon akan diserahkan kepada para pemimpin Lebanon.
Poin lain dalam pernyataan Menlu Iran adalah mengenai isu sosial Lebanon. Secara sosial, Lebanon menghadapi masalah kekurangan bensin, listrik dan gas, dan hal ini meningkatkan ketidakpuasan masyarakat terhadap politisi negara tersebut.
Republik Islam Iran sebelumnya telah berkali-kali menawarkan bantuan kepada pemerintah Lebanon untuk mengatasai masalah bensin, listrik dan gas, namun muncul masalah dalam jalur bantuan tersebut karena hambatan dari Amerika Serikat.
"Mengenai listrik dan gas, Amerika telah banyak berjanji kepada pihak-pihak di Lebanon. Suatu hari mereka mengatakan akan menghubungkan pipa gas dan jaringan listrik ke Lebanon dari Yordania dan Mesir, dan pada hari yang lain mereka mengatakan sesuatu yang lain," kata Amirabdollahian.
Dia menambahkan, kami menyambut baik setiap rencana untuk menyelesaikan masalah listrik dan energi di Lebanon secepat mungkin. Jika 10 tahun lalu kabinet Lebanon menerima usulan Iran, kini Lebanon akan menjadi salah satu eksportir listrik di kawasan.
Masalah perlawanan menjadi salah satu masalah internal penting Lebanon. Dalam beberapa bulan terakhir, ketegangan antara Hizbullah dan rezim Zionis Israel meningkat, bahkan muncul spekulasi mengenai kemungkinan terjadinya perang. Republik Islam Iran selalu mendukung perlawanan Lebanon dan dukungan tersebut juga ditegaskan dalam statemen Amirabdullahian.
Menlu Iran mengatakan, semua orang sadar bahwa saat ini rezim Zionis sedang menderita krisis keamanan dan sosial berlapis-lapis di wilayah pendudukan. Saya mendengar dari Sayid Hassan Nasrullah bahwa jika rezim palsu Israel melakukan kesalahan (kecerobohan), situasi terhadap Zionis akan berubah dalam waktu kurang dari beberapa jam. Semua orang, bahkan musuh perlawanan dan Hizbullah, mengakui bahwa perkataan Sayid Nasrullah selalu jujur dan dia telah menepati janjinya.
Poin lainnya adalah para pakar pada masa lalu selalu menyinggung bahwa persaingan antara Arab Saudi dan Republik Islam Iran berdampak negatif terhadap perkembangan internal Lebanon dan menjadi faktor berlanjutnya krisis politik dan ketidakamanan di negara ini.
Mengingat tren yang terjadi dalam hubungan Iran dengan Arab Saudi sejak Maret 2023, dan bahkan kedua negara telah bergerak ke arah penguatan hubungan dan kerja sama, kini dampak negatif persaingan tersebut terhadap kancah politik dan keamanan Lebanon sudah semakin berkurang.
"Republik Islam Iran dan Arab Saudi tidak berniat intervensi dalam urusan internal Lebanon dan ikut campur dalam keputusan para pemimpin politik Lebanon," tegas Amirabdollahian dalam pernyataannya. (RA)