Kondisi Sulit Militer dan Peringatan akan Kerapuhan Tentara Zionis
(last modified Sat, 05 Aug 2023 03:55:01 GMT )
Aug 05, 2023 10:55 Asia/Jakarta

Sementara jumlah tentara Zionis Israel yang mundur dari dinas militer meningkat, kasus bunuh diri tentara Israel juga terus berlanjut.

Surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth pada hari Kamis (03/08/2023) menulis tentang kasus bakar diri seorang prajurit Zionis di kota Netanya di Palestina Pendudukan, di mana akhirnya, tentara itu meninggal karena luka yang parah.

Menurut Yedioth Ahronoth, setelah Kementerian Perang Zionis menolak permohonan prajurit zionis untuk mengeluarkan hukuman "cacat di ketentaraan" karena menderita "stres pasca-trauma" akibat kondisi sulit yang dialaminya selama perang 2014 terhadap Gaza, ia melakukan bakar diri.

Koran Yedioth Ahronoth

Tentara Zionis Israel sedang mengalami kondisi sulit, terutama sejak Januari 2023, ketika kabinet baru Benjamin Netanyahu mulai bekerja.

Situasi ini disebabkan oleh kinerja kabinet Netanyahu. Kabinet Netanyahu mengusulkan rencana reformasi peradilan sejak awal, yang telah menyebabkan ratusan ribu orang melakukan protes, serta bentrokan antara tentara Israel dan pengunjuk rasa.

Kondisi ini memiliki konsekuensi di tingkat pasukan militer Israel. Ratusan tentara Israel telah menghentikan aktivitas mereka sebagai protes terhadap rencana reformasi peradilan, dan ratusan tentara cadangan juga telah mengundurkan diri dari dinas militer.

Polisi Zionis mengumumkan Rabu (2/8) lalu bahwa mereka menerima permintaan dari puluhan orang yang sebelumnya secara sukarela bekerja sama dengan pasukan polisi, kini mereka mengumumkan untuk menghentikan kerja sama mereka dengan polisi.

Selain protes terhadap rencana reformasi peradilan, konfrontasi antara militer dan rakyat juga menjadi faktor tekanan terhadap tentara.

Untuk mengendalikan krisis politik dan sosial di Wilayah Pendudukan, militer Zionis Israel, terutama pasukan polisi, harus terlibat dengan masyarakat, dan situasi ini telah menimbulkan masalah psikologis bagi mereka.

Sementara jumlah tentara Zionis Israel yang mundur dari dinas militer meningkat, kasus bunuh diri tentara Israel juga terus berlanjut.

Sekaitan dengan hal ini, Benny Gantz, mantan Menteri Perang mengatakan, Tentara dan rakyat berhubungan satu sama lain, dan jika rakyat terpecah, perpecahan dan perbedaan ini akan menyebar di antara barisan tentara juga. Harus dinyatakan dengan jelas bahwa kabinet Netanyahu bertanggung jawab atas situasi ini. Pasukan militer tidak menciptakan masalah ini, tetapi terpengaruh olehnya.

Bentrokan jalanan antara polisi dan pengunjuk rasa zionis diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang. Faktor yang juga meningkatkan jumlah pengunduran diri.

Berdasarkan hal tersebut, Institut Studi Keamanan Dalam Negeri Zionis yang berafiliasi dengan Universitas Tel Aviv berbicara tentang kemungkinan ambruknya struktur militer dan tentara akibat gelombang pengunduran diri.

Ini adalah situasi di mana militer Israel memiliki masalah serius dari masa lalu. Tentara Zionis Israel menderita masalah yang disebut "stres pasca-trauma".

Trauma ini terjadi karena perang berulang rezim Zionis dengan kelompok Perlawanan.

Menurut pengumuman Militer Zionis, permintaan pembebasan wajib militer karena kondisi mental dan fisik juga meningkat, sehingga pada tahun 2015 rata-rata permintaan pembebasan wajib militer karena kondisi mental dan fisik adalah 4,5%, yang mana pada tahun 2020 angka tersebut meningkat menjadi 8,5 persen.

Tentara Zionis

Masalah mental dan psikologis, selain menyebabkan peningkatan permintaan pembebasan tugas dari dinas militer, juga menjadi faktor meningkatnya bunuh diri di kalangan tentara Israel.

Menurut statistik yang diberikan oleh surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth, selama tahun 2022, 14 tentara Israel melakukan bunuh diri, sebuah statistik yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 5 tahun terakhir.(sl)