Gagal Capai Tujuan Agresi ke Gaza, Kabinet Netanyahu Bersitegang
Media rezim Zionis Israel memberitakan ketegangan dan perselisihan di antara kabinet rezim ilegal ini terkait dengan agresi militer ke Jalur Gaza yang telah dilakukan kurang lebih 2,5 bulan, namun belum membuahkan hasil.
75 hari telah berlalu sejak dimulainya serangan militer rezim Zionis Israel ke Gaza. Para pejabat Zionis mengakui bahwa mereka gagal mencapai tujuan-tujuan militernya.
Salah satu tujuan terpenting Tel Aviv dari serangan militer ke Gaza adalah membebaskan para tahanan Israel dari tangan kelompok perlawanan Palestina, namun hingga saat ini upaya itu tidak berhasil.
Menurut otoritas Zionis, masih ada 145 tahanan di tangan Hamas. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan, tujuan utama perang ini adalah mengembalikan para tahanan hidup-hidup dari Gaza.
Perdana Menteri rezim Zionis Benjamin Netanyahu yang mendapat tekanan opini publik dalam internal Israel untuk membebaskan para tahanan, dalam aksi terbarunya secara selektif bertemu dengan keluarga sejumlah tahanan. Tindakan Netanyahu ini tentunya menuai kritik.
Media domestik di Israel melaporkan bahwa terpilihnya hanya 15 anggota keluarga tahanan Israel di Gaza untuk bertemu dengan Netanyahu telah membuat marah keluarga tahanan lainnya, dan meningkatkan gelombang kritik publik terhadapnya.
Ada dua masalah yang menyebabkan kabinet Netanyahu terpecah secara internal di tengah perang yang dikobarkannya di Gaza. Masalah pertama adalah pembebasan tawanan dan masalah kedua adalah kelanjutan perang tanpa mencapai hasil apa pun.
Channel 12 rezim Zionis melaporkan pada Selasa (19/12/2023) malam bahwa dalam pertemuan kabinet rezim Zionis mengenai agresi militer ke Gaza, terjadi ketegangan yang parah antar anggota kabinet.
Menurut laporan jaringan berita ini, kegagalan untuk mencapai tujuan apa pun dalam perang Gaza telah menjadi subyek perselisihan di antara anggota kabinet menteri rezim Zionis.
Berdasarkan laporan Channel 12 tersebut, dalam pertemuan anggota kabinet Netanyahu, terjadi adu mulut antara Kepala Staf Militer Israel dan Menteri Keamanan Nasional Zionis Itamar Ben-Gvir mengenai pengecualian tentara Israel yang melakukan pelanggaran.
Sementara itu, surat kabar Haaretz melaporkan bahwa Netanyahu hanya berupaya melanjutkan perang, meskipun hal itu akan menurunkan popularitasnya.
Menurut Haaretz, berlanjutnya perang ini telah membuat Israel khawatir. Sebab, Israel sedang mendekati kenyataan yang berbahaya. Netanyahu juga akan menghadapi banyak masalah pada fase berikutnya, apalagi jika tidak ada pencapaian apapun dalam serangan ke Gaza.
Danny Yatom, mantan Kepala Mossad, mengatakan bahwa Netanyahu telah menyebabkan banyak kerugian bagi Israel dan akan terus melakukannya seiring perang yang terus berlanjut.
Avigdor Lieberman, mantan Menteri Luar Negeri dan Menteri Perang rezim Zionis, mengkritik pedas kebijakan Netanyahu. Dia mengatakan, perang adalah alat Netanyahu untuk tetap berkuasa.
Menurut Lieberman, Netanyahu menggunakan perang untuk tujuan politis. Dia mengatakan, kabinet perang (Netanyahu) goyah dan tidak tahu harus berbuat apa. Tidak mungkin perang Oktober 1973 hanya berlangsung 19 hari, namun saat ini kita masih berperang selama 74 hari. (RA)