Prestasi Poros Perlawanan, Mimpi Buruk tak Berujung Pemimpin Zionis
Prestasi Poros Perlawanan dengan berlanjutnya operasi Badai Al-Aqsa, mengungkap ketidakakuratan perhitungan para pemimpin Tel Aviv dan memberikan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap rezim Zionis.
Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Zionis Israel, yang belum mampu mengakses para tahanan Zionis di Gaza dan berada di bawah tekanan kuat dari lingkaran politik rezim ini, mengakui dalam konferensi pers pada hari Sabtu (30/12/2023), Kami menghadapi banyak tekanan internasional, tetapi untuk mewujudkannya, kami memajukan tujuan kami di Gaza.
Ini bukan pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir dan berlanjutnya operasi Poros Perlawanan di Palestina dan Lebanon, Netanyahu dan pejabat rezim Zionis lainnya mengakui kegagalan dan ketidakmampuan mereka dalam menghadapi operasi kelompok-kelompok pejuang Palestina dan Hizbullah Lebanon.
Dalam beberapa pekan terakhir, faksi-faksi pejuang Palestina telah menunjukkan kemampuannya dalam berbagai adegan pertempuran melawan Zionis, sehingga otoritas militer rezim Zionis harus mengakui kekalahannya.
Jenderal Aharon Haliva, Kepala Direktorat Intelijen Militer Zionis Israel (IDF), mengakui kegagalan intelijen organisasi di bawah komandonya terkait operasi Badai Al-Aqsa dan mengatakan bahwa pasukan di bawah komandonya gagal dan tidak berhasil melakukan misi mereka.
Kekalahan dan kegagalan Zionis melawan Poros Perlawanan terjadi dalam situasi di mana rezim Zionis selalu mendapat dukungan penuh dari Amerika dan Barat.
Sebaliknya dari kelemahan dan ketidakmampuan para pemimpin rezim Zionis dan tentara Zionis adalah kekuatan Perlawanan yang berhasil melaksanakan tujuan dan rencana mereka.
Prestasi Poros Perlawanan dengan berlanjutnya operasi Badai Al-Aqsa, mengungkap ketidakakuratan perhitungan para pemimpin Tel Aviv dan memberikan pukulan yang tidak dapat diperbaiki terhadap rezim Zionis.
Mahmoud Mardawi, salah satu pemimpin gerakan perlawanan Islam Palestina (Hamas) menekankan, Tidak ada satu pun tujuan yang ditetapkan oleh penjajah dalam serangan di Gaza yang tercapai, dan Perlawanan akan menghalangi tercapainya tujuan-tujuan rezim Zionis.
Hizbullah Lebanon juga memainkan peran efektif dalam menghadapi rezim Zionis dalam beberapa hari terakhir dan memainkan peran bersama kekuatan Perlawanan Palestina.
Solidaritas dan keselarasan kelompok-kelompok Perlawanan di Palestina dan Lebanon dalam melawan Tel Aviv menunjukkan semakin melemahnya militer Zionis.
Proses ini menyebabkan otoritas Zionis dan analis Barat mengakui ketidakmampuan tentara Zionis menghadapi Poros Perlawanan.
Konsekuensi dari kegagalan berturut-turut militer rezim Zionis dalam operasi Badai Al-Aqsa juga adalah terbentuknya protes internal di Israel dan krisis politik bagi pemerintahan Netanyahu.
Krisis ekonomi di Wilayah Pendudukan diperburuk oleh kebijakan agresif Perdana Menteri Zionis, dan pemerintahan Netanyahu yang goyah berada di ambang kehancuran.
Tindakan tidak manusiawi yang dilakukan militer Zionis dan pembunuhan massal terhadap masyarakat Gaza juga membuat kasus para pemimpin rezim Zionis semakin kelam di mata opini publik dunia.(sl)