Serang Yaman, Babak Baru Petualangan AS dan Barat di Kawasan
Sehari setelah disetujuinya rancangan resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat yang mengutuk apa yang disebut sebagai serangan Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah, Washington menargetkan Yaman dalam babak baru petualangannya di kawasan.
Sebelumnya, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui resolusi 2722 yang diajukan Amerika Serikat dengan 11 suara mendukung dari 15 anggota Dewan Keamanan.
Resolusi ini tidak ada hubungan dengan alasan utama serangan Ansarullah Yaman di Laut Merah dan dukungan Washington terhadap rezim Zionis Israel dalam pemboman Jalur Gaza.
Dengan cara ini, dapat diprediksi bahwa AS yang bekerja sama dengan mitranya, Inggris, telah mempersiapkan serangan terhadap Yaman.
Amerika Serikat dan Inggris Jumat (12/01/2024) dini hari melancarkan serangan gabungan ke Yaman menggunakan kapal perang, pesawat tempur, dan menembakkan rudal dari kapal selam.
Departemen Pertahanan AS (Pentagon) juga mengumumkan bahwa negara ini, dengan bantuan Inggris dan dukungan Australia, Belanda, Bahrain dan Kanada, telah melakukan serangan bersama terhadap lokasi pelatihan, pangkalan udara, dan fasilitas drone Ansarullah Yaman.
Tentu saja Amerika sebagai eksekutor serangannya terhadap negara-negara seperti dulu di Irak dan Afganistan, kali ini juga untuk melegitimasi agresinya, ternyata telah melibatkan beberapa negara seperti Kanada, Bahrain, Belanda dan Australia dalam serangannya.
Menurut laporan, sebagai tanggapan terhadap agresi udara dan laut AS dan Inggris terhadap Yaman, Militer Nasional Yaman telah menargetkan sasaran AS dan Inggris di Laut Merah.
Satu jam setelah serangan AS dan Inggris di Yaman, diumumkan bahwa harga minyak global meningkat sebesar 2,5%.
Agresi baru yang dilakukan Amerika Serikat dan Barat terhadap Yaman dilakukan dengan dalih serangan Ansarullah terhadap kapal-kapal di Laut Merah, sementara pihak Yaman telah berulang kali menekankan bahwa untuk mendukung bangsa Palestina dan mengakhiri serangan-serangan ini, hanya kapal-kapal Israel dan kapal yang menuju pelabuhan Palestina Pendudukan yang menjadi target serangan.
Sekaitan dengan serangan AS dan Inggris di Yaman, Nasser Kanaani, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran, mengutuk serangan tersebut, serta menyebutnya sebagai tindakan sewenang-wenang dan jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Yaman.
Sehari setelah disetujuinya rancangan resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat yang mengutuk apa yang disebut sebagai serangan Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah, Washington menargetkan Yaman dalam babak baru petualangannya di kawasan.
Dari sudut pandang Republik Islam Iran, serangan terhadap Yaman dilakukan seiring dengan berlanjutnya dukungan AS dan Barat terhadap kejahatan perang rezim Zionis terhadap bangsa Palestina dan blokade total terhadap Gaza.
Menyadari dampak negatif dari agresi masa lalu Amerika dan sekutunya di kawasan, khususnya Afghanistan dan Irak, Republik Islam percaya bahwa serangan sewenang-wenang terhadap Yaman tidak akan menghasilkan apa-apa selain menambah ketidakamanan dan ketidakstabilan di kawasan.
Selain itu, AS dan Inggris justru berusaha mengalihkan perhatian masyarakat dunia dari kejahatan rezim palsu, kriminal dan agresor terhadap rakyat Palestina dengan memperluas payung dukungannya terhadap rezim Zionis.
Oleh karena itu, Republik Islam menyatakan keprihatinannya atas konsekuensi serangan tersebut terhadap perdamaian dan keamanan kawasan dan dunia.
Tehran bahkan telah berulang kali meminta komunitas internasional untuk merespons dan mengambil tindakan yang bertanggung jawab demi mencegah perluasan perang, ketidakstabilan dan mencegah ketidakamanan di Kawasan, sejak dimulainya babak baru agresi rezim Zionis di Gaza.
Sekalipun demikian, tampaknya Amerika Serikat dan Inggris telah melakukan kesalahan besar tidak hanya pada dirinya tapi juga pada Kawasan.
Mereka masih berusaha untuk menimbulkan kerusakan dan ketidakamanan tanpa belajar dari agresi dan penyerbuannya yang tidak efektif di kawasan, khususnya di Afghanistan dan Irak dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam situasi seperti ini, sudah sewajarnya jika kekuatan dan institusi internasional lain yang berpengaruh, memahami kondisi sensitif di kawasan dan dunia, berusaha mencegah perluasan perang rezim Zionis di tanah Palestina dan menghentikan agresi AS dan sekutunya terhadap Yaman dan negara-negara lain di kawasan demi memperkuat perdamaian dan stabilitas global.
Tentu saja tanpa melupakan usaha menyelesaikan akar permasalahan dari krisis lama di Asia Barat, yaitu isu pembentukan negara Palestina merdeka dengan Baitul Maqdis sebagai ibu kotanya.(sl)